All Chapters of Desahan Dikamar Tamu: Chapter 21 - Chapter 30
89 Chapters
Bab 21 Rencana menginap di toko
Merasa bosan iseng aku membuka aplikasi biru, sekedar mengalihkan pikiran. Sebenarnya aku tidak begitu aktif di sosial media, hanya sekedar pelempiasan dikala bosan, itu pun hanya melihat status teman-teman dan kabar berita. Tak ada yang menarik, segera kututup aplikasi biru dan beralih ke aplikasi hijau. Aku memicingkan mata tatkala melihat status Mas Hasan. Statusnya di unggah tadi pagi. Gambar tangan dua orang berbeda kelamin sedang bertaut, statusnya tanpa keterangan. Aku screen shut statusnya. Siapa tahu, suatu saat akan berguna. "Akan ku kumpulkan bukti sebelum bertindak, Mas. Diamku bukan berarti aku bodoh."Aku menggenggam ponsel dengan begitu kuat. "Bu, Ibu!" seru Lita tiba-tiba sudah di depanku. Gadis berjilbab ungu itu melambai-lambaikan tangannya di depan mata. "Astagfirullah ... kamu kebiasaan ya, Lit," ucapku sambil mengelus dada. Lita cengengesan. "Habisnya ... Ibu melamun. Dari tadi aku panggil nggak nyahut-nyahut," ucapnya. "Oh iya, Bu. Kemarin ada pel
Read more
Bab 22 Lebih Nyaman Berada di toko
Lita memang mengetahui masalah rumah tanggaku dengan Mas Hasan. Bukan aku yang memberitahu, tapi Lita pernah melihat sendiri perlakuan Ibu dan Mas Hasan padaku. Waktu itu Lita sedang main ke rumahku, tapi belum juga masuk ke dalam rumah, gadis itu sudah mendengar omelan Ibu. Lita langsung pulang tidak jadi main. Esoknya saat di toko ia langsung bertanya masalahnya.Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi, setelah mendudukkan Zulfa di kursi depan samping supir. Ku panaskan sebentar mobil lalu membawa roda empat ku itu menuju taman. "Bun, Ufa mau main ayunan boleh?" tanya Zulfa, tangannya menunjuk ayunan yang ada di tengah taman. "Boleh, Sayang, tapi hati-hati ya, Nak." Zulfa mengangguk dan langsung berlari menghampiri ayunan. Di sana sudah ada seorang anak perempuan sedang bermain sendiri. Dari kejauhan aku memperhatikan. Anakku begitu senang bermain ayunan. Dia pun mulai ngobrol dengan anak yang ada di sebelahnya. Anakku memang mudah sekali bergaul, dia anak yang sup
Read more
Bab 23
Hampir KeceplosanKuhentikan langkah kaki, dan menarik tangan Zulfa yang sedang kugandeng, hingga Zulfa juga menghentikan langkahnya. Aku berjongkok mensejajarkan badanku dengan Zulfa."Sayang, kita itu hanya nginap di toko. Nanti juga kita pulang ke rumah, Nak. Zulfa nggak boleh ngomong kayak gitu, Nenek itu nggak marah. 'Kan Nenek kalau ngomong memang begitu, suaranya kencang."Zulfa mengangguk pelan. Kuangkat kembali badan berdiri, lalu mengajak Zulfa meneruskan langkah. Bagaimana pun, aku tidak mau Zulfa membenci Neneknya.Sampai di toko, aku membuka pintu separoh, lalu masuk dan menutup kembali pintu kaca itu, menguncinya dari dalam, lalu mencabut anak kunci. Biar nanti kalau Lita datang, dia bisa masuk menggunakan kunci yang ada padanya."Sayang, kamu masuk mandi ya. Bunda juga mau mandi ini," ucapku menyuruh Zulfa masuk ke kamarnya untuk mandi. Setelah putriku itu masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, aku menyeret langkah menuju kamarku.Baru saja membuka pintu kamar. Aku di
Read more
Bab 24
Drama Apa lagi, Ren?Aku tersenyum miring mendengar pertanyaan Mas Hasan. Kutatap dia yang juga menatapku dengan rahang mengeras. Dia mencurigai ku, padahal dialah yang pantas untuk dicurigai."Aku tidak bersama siapapun. Jadi tidak ada yang perlu aku jelaskan. Bukankah kamu sendiri yang bilang, Mas. Jangan pernah ikut campur urusanku."Aku meninggalkan Mas Hasan, Ibu, dan tamu silumannya itu. Meladeni mereka tidak akan pernah ada habisnya. "Dasar menantu durhaka! Tidak punya akhlak!" Ku abaikan makian Ibu yang menggema ke seluruh ruangan.Belum sempat aku masuk ke dalam kamar, Mas Hasan menarik tanganku. Ternyata ketiga manusia itu mengikutiku sampai ke depan pintu."Kita belum selesai, Mila! Kamu harus menjelaskan, sama siapa kamu di taman!" bentaknya. Ya Tuhan ... tolong lepaskan aku dari keluar toxic ini. "Astaga, Hasan ... wanita apa yang telah kamu nikahi ini. Benar-benar tidak berguna. Bisa-bisanya dia enak-enak di luar sama laki-laki lain, sementara kamu di rumah kelaparan.
Read more
Bab 25
Rencana Busuk Iren dan Bu Tuti"Aw ... sakit," pekik Iren menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai. Entah drama apalagi yang wanita ini akan mainkan."Mas, sakit. Mbak Mila mendorongku. Padahal aku hanya bertanya, kenapa pesan makannya hanya buat dia dan Zulfa. Aku sama ibu 'kan juga lapar, tapi dia malah mendorongku." Kuputar bola mata mendengar ucapan Iren. Suaranya sudah mirip desahan. Jijik! Ternyata dia sengaja menjatuhkan dirinya karena ada Mas Hasan.Daripada aku muntah oleh kelakuan istri siri Mas Hasan itu, lebih baik aku masuk ke dalam kamar.Aku masuk ke dalam kamar mengabaikan tatapan Mas Hasan.***POV AuthorBu Tuti menggelengkan kepalanya melihat sikap Mila yang cuek. Seakan dirinya yang sedang duduk adalah mahluk kasat mata yang tak terlihat.Dia tidak terima dengan semua perubahan Mila. Ia mau, Mila seperti dulu lagi. Menurut semua apa yang ia perintahkan, tanpa protes. Mila yang sekarang ini, Mila yang bar-bar dan pembangkang."Kenapa lagi, Bu. Kok marah gitu mukanya."
Read more
Bab 26
Ternyata Dia"Zulfa ... kamu ngapain di sini, Nak? Bunda cariin. Zulfafa mau apa?"Iren Dan Bu Tuti spontan menoleh pada asal suara. Seketika kedua wanita itu saling pandang, lalu menoleh kembali pada Mila dan anaknya.Keduanya merasa was-was. Jangan-jangan Mila mendengar obrolan mereka. Iren mengamati ekspresi Mila. Dia ingin mencari tau, apakah Mila mendengar percakapannya dengan Bu Tuti, lewat raut wajah. Namun ia yakin jika Mila tidak mendengar apa-apa. Buktinya Mila cuek dengan mereka, tapi tatapan Iren melekat pada sosok Zulfa.Iren melotot melihat Zulfa yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam. Ada raut cemas dan takut dalam tatapan anak tirinya itu."Apa anak itu dengan ya?" batinnya bertanya–tanya. "Ah ... biarin aja. Anak kecil mana tau apa-apa," ucap hati kecilnya lagi.***"Bun ... Bunda harus jaga diri ya." Aku menautkan kedua alisku mendengar ucapan Zulfa. Wajah putriku itu terlihat khawatir. Entah apa yang membuatnya khawatir, tapi aku melihat ketakutan dari sorot
Read more
Bab 27
Diculik?Hem! Lita berdehem kecil menarik perhatianku dari Zulfa dan Lili. Spontan Aku menoleh. "Oh iya, silakan duduk, Pak." Aku mempersilakan tamu yang belum kutahu siapa namanya itu. Jariku menunjuk meja di depan kasir. "Lit, kamu di sini aja. Temenin saya," ucapku mencegah Lita hendak melangkah meninggalkanku. Aku tidak terbiasa bicara hanya berdua dengan lawan jenis. Kalau tidak ada yang menemani. Biasanya ada Zulfa bersamaku. "Oh ... iya, iya tidak apa-apa," ucap pira itu seolah mengerti pikiranku. "Silakan, Pak." Lagi aku mempersilakannya duduk, karena dari tadi masih saja berdiri. Kuanggukan kepala pada Lita, mengisyaratkan supaya ia juga ikut duduk bersama kami.Aku duduk berdampingan dengan Lita, sementara laki-laki itu duduk di depan kami. "Mmm, begini, Bu?" ucapannya terhenti. "Mila, Pak," balasku mengerti. "Begini, Bu Mila. Saya ini baru buka kafe. Saya berencana mau nambah menu buat kafe saya. Kebetulan beberapa hari yang lalu, Ibu saya mencicipi kue d
Read more
Bab 28
Fitnah Ibu dan Iren"Kemarin, saat Ibu pamit keluar, Zulfa memberitahuku, jika neneknya dan wanita yang bernama Iren itu, punya rencana jahat. Mereka ingin melenyapkan Ibu dan membuang jasad Ibu ke jurang." Mataku membulat mendengar penuturan Lita. Pantas saja, kemarin pagi Zulfa mengingatkan supaya aku menjaga diri. Ternyata anakku itu tau rencana busuk Neneknya dan Iren. Ya Tuhan ... tega sekali Ibu berniat melenyapkan ku."Nah ... Zulfa membaca pesan dari Pak Hasan mengajak Ibu bertemu di taman. Zulfa curiga, jika itu rencana, Bu Tuti dan wanita itu."Alisku bertaut, pesan kemarin dari Mas Hasan. Apa mungkin Mas Hasan juga bersekongkol dengan Iren dan Ibu untuk melenyapkanku?Air mata jatuh membayangkan Mas Hasan begitu tega ingin melengmyapkanku. Padahal, jika dia sudah tidak menginginkan diri ini, kenapa tidak melepaskan saja, tanpa harus berbuat dosa dengan membunuhku? "Saya langsung menghubungi Pak Revan. Maaf, Bu, jika aku lancang, tapi aku nggak tau harus minta tolong siap
Read more
Bab 29
Kemarahan Mila"Mana mau dia ngomong. Apa kamu nggak lihat, dia pulang diantar siapa? Ya pastilah dari selingkuh. Sampai-sampai anaknya ditinggal sendiri di toko. Benar-benar perempuan jalang." Aku membuang pandang pada Ibu. Aku yakin dia tau apa yang terjadi, tapi bisa-bisanya dia malah memfitnahku."Iya lah, Mas ... apalagi kalau bukan selingkuh. Laki-laki tadi itu yang bertemu dengannya di taman waktu itu. Mereka memang sering jalan berdua kok. Aku pernah lihat malah," ucap Iren mengompori, tapi semua ucapannya fitnah.Kutatap Ibu dan Iren bergantian. "Kalian jangan memfitnahku!" ucapku dengan menekan setiap kata. Ibu mencabik mulutnya."Apa Ibu dan Iren benar-benar tidak tau aku kemana?" tanyaku lagi. Ibu dan Iren spontan saling pandang."Mas, apa kamu lupa dengan pesanmu menyuruhku datang ke taman dekat kantormu?" Mas Hasan mengerutkan kedua alisnya."Apa maksudmu? Mana ada aku mengirimimu pesan. Kemarin ponselku ketinggalan di rumah." Aku menatap Ibu dan Iren. "Jadi benar? I
Read more
Bab 30 Ponselku Mana?
Kubalikkan badan lalu berlari menuju kamarku. Kali ini hatiku benar-benar hancur. Ternyata selama ini aku di tipu. Pantas saja Iren sangat yakin bisa tinggal selamanya di rumah ini. Ternyata dia juga istri Mas Hasan.Kututup pintu lalu menguncinya. Tubuhku merosot ke lantai. Lutut tidak kuat lagi menopang badan. "Ayah ...." Aku melipat kedua lutut lalu menenggelamkan wajahku diantara keduanya, menangis tanpa suara. Hatiku benar-benar hancur tak berbentuk.Zulfa ....Kuangkat wajah saat teringat Zulfa. Kuusap kasar sisa air mata di kedua pipi. Hatiku hancur begini, bagaimana dengan Zulfa? Ya Tuhan ... jangan sampai anakku mendengar semuanya. Bagaimana perasaannya saat mengetahui, jika Iren adalah Ibu tirinya.Kuangkat badan berdiri. Masuk ke kamar mandi, dan mencuci muka. Setelah selesai, kuseret langka pelan keluar dari kamar mandi.Aku mengambil koper di atas lemari, dan memasukkan semua pakaianku ke dalam koper. Tekatku sudah bulat, malam ini juga aku akan keluar dari rumah ini.
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status