Semua Bab Suami Baru untuk Istriku : Bab 31 - Bab 40
55 Bab
malam pertama yang tertunda *A
Imran menatap nanar ke arah mobil sport yang mengangkut pengantin dan keluarga besarnya dan kini bergerak menjauh rumah keluarga Surya. Kedua tangan Imran mengepal kuat menahan amarah yang memuncak di kepala. Celotehan yang didengarnya dari para tamu membuat Imran panas, bagaimana mungkin ia tidak tahu masa lalu Nisa dan Fadhil. Jika benar dulu Nisa lebih memilih lamarannya daripada Fadhil, lantas apa yang kini dilakukannya. Memberikan Nisa begitu saja pada Fadhil. Bodoh!Imran merutuki dirinya sendiri. Sifat bodohnya telah membuang keindahan rumah tangganya sendiri. Merobohkan mahligai cinta yang sudah susah payah dibangunnya dan malah memilih setia dengan kehampaan.Imran merasa frustrasi, lalu tanpa pamit pada keluarganya, Imran pergi begitu saja. Kembali ke apartemennya dan mengurung diri di sana. Setidaknya di sana tidak ada yang tahu bagaimana kacau hati dan pikirannya.Di dalam mobil, Nisa duduk di sebelah Fadhil dengan wajah menunduk. Dadanya berdebar sedikit kencang kala ia
Baca selengkapnya
malam pertama yang tertunda *b
Asisten rumah tangga membantu sang majikan memasukkan barang-barang milik Nisa yang dipacking dalam koper jauh-jauh hari sebelum hari pernikahan. Barang-barang itu lantas dimasukkan ke dalam kamar Fadhil tentunya.Fadhil menuntun dan menggandeng tangan Nisa saat keduanya masuk rumah. Bu Sri mengikuti dari belakang, hatinya merasa bahagia saat melihat putra semata wayangnya kini menikah dengan wanita yang selama ini selalu disebut dalam doa.Entah seperti apa perasaan Nisa sekarang. Kini Fadhil adalah suaminya dan Bu Sri adalah mertuanya. Nisa sudah mengenal mereka jauh sebelum mengenal keluarga Imran. Bu Sri dan Fadhil adalah orang baik dan berhati mulia, tidak pernah sekali pun Nisa merasa asing dengan mereka.“Nisa ....” Bu Sri bersuara saat mereka sudah berada di dalam rumah.“Iya, Bu.”“Selamat datang Nisa. Rumah ini, rumah Nisa juga. Jangan sungkan.”“Iya, Bu. Makasih,” ucap Nisa seraya tersenyum.“Ibu masuk dulu.”Nisa membiarkan Bu Sri berlalu dan meninggalkan dirinya berdua de
Baca selengkapnya
Nisa, boleh saya cium kamu? *a
Mobil yang dikendarai Fadhil berhenti di sebuah minimarket yang letaknya tidak jauh dari rumah, saat kakinya hendak keluar mobil, tiba-tiba ada hasrat ingin sedikit bercermin. Dan ternyata ... ia masih mengenakan pakaian pengantin lengkap dengan peci berwarna putih.Astagfirullah!Fadhil kembali menutup pintu mobilnya. Batinnya merutuki dirinya sendiri karena terlalu ceroboh. Apa jadinya jika orang-orang yang sedang berbelanja di sana melihat dirinya dengan setelan seperti ini. Bisa-bisa dicap pengantin lari, atau malah lebih parah dicap orang gila.Bingung. Fadhil mencari sesuatu yang bisa menutupi badannya. Ia membutuhkan jaket yang tergeletak di jok belakang.Tangan Fadhil bergerak ke jok belakang, biasanya ia akan meletakkan jaket atau baju ganti di sana. Untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Untung saja, Fadhil pernah menyimpan kaus putih di sana yang ia simpan dalam paper bag.“Alhamdulillah,” ucap Fadhil. Ia bergegas melepas peci dan mengganti pakaian pengantin itu
Baca selengkapnya
Nisa, boleh saya cium kamu? *b
“Astagfirullah, maaf, Kak.” Wajah Nisa tertunduk malu. Nisa sendiri lupa kapan terakhir ia tertawa seperti tadi, bahkan kejadian sepele seperti ini bisa membuatnya tertawa.“Kenapa harus minta maaf. Jangan kaku gitu, Nisa.” Fadhil merebahkan tubuhnya dekat Nisa yang dalam posisi duduk. Kepala Fadhil bahkan disengaja menyentuh lutut Nisa.Nisa membiarkan Fadhil rebahan dan secara perlahan kepala lelaki itu naik ke pangkuan Nisa. Rasa nyaman membuat Fadhil memejamkan matanya. Nisa membiarkan Fadhil, meski tangan lelaki itu kini memeluk pinggangnya. Jantung Nisa kini berdebar kencang, seolah merasakan cinta pertama.Aduh!“Kak ...,” panggil Nisa.“Iya, Nis.” Fadhil membuka matanya dan menatap wajah Nisa.“Mandi dulu, sana.”“Nggak mau!” seru Fadhil sambil tersenyum dan kembali memejamkan matanya.“Kok gitu!” seru Nisa. Sikap manja Fadhil membuat Nisa merasa seperti kembali ke masa lalu. Bersahabat dengan Fadhil tanpa melibatkan perasaan. Lalu kini ia kembali berada dalam jarak dekat den
Baca selengkapnya
Imran frustrasi
Aaarrggghhhh ....Imran membanting segala apa yang ada di hadapannya. Apartemen miliknya yang biasa terlihat rapi kini seperti habis kena perang. Vas bunga, guci yang terletak di sudut ruangan pun ada yang pecah, hiasan meja yang terbuat dari kaca berserakan di lantai.Imran terduduk di sudut ruangan dengan memeluk lutut. Wajah lelaki itu terlihat kacau balau. Pandangan matanya kosong, karena memang kehidupannya benar-benar sudah berakhir sejak Nisa sah menjadi milik Fadhil. Imran benar-benar sendirian kini.Seharusnya Imran sudah bisa ikhlas melepas Nisa karena memang ini semua yang diinginkannya, tapi Imran tidak sadar jika ikhlas tidak semudah mengucapkan kata ‘ikhlas. Masih ada hati yang dipaksa untuk tulus, meski itu membuat hidupnya tidak fokus.Penyesalan tiada guna. Nasi sudah menjadi bubur, Nisa tidak akan pernah kembali padanya dan kini sudah ada lelaki penggantinya yang akan mengukir senyum di wajah wanita pujaannya.Di saat pikirannya yang masih berantakan, ocehan para tam
Baca selengkapnya
Imran frustrasi *b
Mobil melaju, selama perjalanan, Bu Surya tetap mencoba menghubungi Imran, tapi hasilnya tetap sama seperti tadi. Tidak ada yang bisa dilakukan selain berdoa, berharap Imran tidak melakukan hal yang nekat.Pak Surya berusaha mengemudi dengan tenang, meski pada kenyataannya, lelaki itu pun sama khawatirnya. Tapi sebagai seorang lelaki, ia harus bisa mengendalikan suasana agar tetap tenang dan bisa menenangkan sekitarnya.Tidak berselang lama, mobil orang tua Imran sampai di apartemen. Bu Surya yang masih mengenakan setelan kebaya berlari ke arah lobi dan bergegas naik lift ke lantai 12. Disusul Alifah juga Pak Surya. Sampai pada akhirnya mereka tiba di depan pintu kamar Imran, Bu Surya berulang kali menekan bel, tapi yang Imran tak kunjung membukanya.“Aduh, pake kode, lagi,” ucap Bu Surya kala melihat kunci apartemen yang hanya bisa dibuka menggunakan kode angka.“Kayaknya Alifah tahu kodenya, Ma. Tanggal pernikahan Mas Imran sama Mbak Nisa.” Kali ini Alifah maju dan menekan beberapa
Baca selengkapnya
Nisa menerima kehadiran Fadhil
Layaknya seperti pengantin baru, Nisa kini berada di dapur membantu Bi Sumi menyiapkan makan malam. Nisa tidak perlu banyak bertanya pada Bi Sumi soal kebiasaan Bu Sri atau pun Fadhil, karena dari dulu saat ia sering bermain atau belajar kelompok sudah sering diberitahu apa yang disukai Fadhil.“Bi ... mulai saat ini, keperluan bapak sama ibu biar saya yang siapkan, ya,” ucap Nisa kala meletakkan piring di meja. Bi Sumi yang sedang menuang sayur ke wadah pun mengangguk.Tak lama, muncul Bu Sri dan langsung mengambil posisi duduk di ujung meja. Lalu setelahnya Fadhil yang duduk di sebelah kanan sang ibu.Fadhil yang muncul setelah mandi terlibat lebih segar. Terlebih pakaian yang dipilihnya terlihat sangat pas dan serasi jika disandingkan dengan Nisa. Bu Sri tidak banyak komentar tentang keduanya, kini ia bisa sedikit lebih tenang tentang Fadhil, karena mulai saat ini, akan ada yang memperhatikannya secara detail.Nisa duduk di sebelah Fadhil, Bi Sumi pun berlalu dari dapur setelah izi
Baca selengkapnya
pindah ke Bali
Nisa sudah lebih luwes mengurus Fadhil. Lelaki itu bukan tipe orang yang ribet, apa pun yang Nisa masak, ia makan. Pun dengan sang mertua, Bu Sri tentu tidak banyak protes selama itu bisa membuat anaknya tersenyum. Bu Sri bisa sedikit tenang sekarang, pasalnya ia tidak harus lagi menunggu Fadhil pulang dari kantor, karena kini sudah ada Nisa yang tentu saja dengan senang hati menggantikan posisi itu.Bu Sri kini bisa menikmati masa tuanya dengan melihat putra semata wayangnya itu bahagia. Jika pun nantinya ia akan segera mendapatkan cucu, itu adalah bonus dari Allah. Bagi Bu Sri saat ini adalah, Fadhil sudah hidup bahagia bersama wanita yang diidamkannya.Fadhil mengerjakan pekerjaan kantor yang tertunda di rumah, terlebih proyek untuk di Bali yang sebentar lagi akan dibuka. Tiga hari lagi, ia dan keluarganya akan terbang. Tentu saja Nisa manut atas apa keputusan Fadhil. Untuk rumah yang ditempati saat ini akan disewakan, bila perlu dijual.Fadhil sudah menyiapkan rumah di Bali. Berka
Baca selengkapnya
pindah ke Bali *b
Nisa berusaha menetralkan gejolak hatinya, lalu dengan senyuman yang ramah ia mendekati Fadhil dan berdiri di sisinya. Nisa kembali mengulurkan tangannya dan kali ini, wanita itu menyambut uluran tangan Nisa.“Nah, gitu, dong. Keluarga kami itu kalo ada keluarga yang datang, atau tamu sekali pun, harus disambut. Jangan cuma bengong aja!” seru wanita itu sinis.Nisa yang merasa jadi kambing hitam hanya diam saja. Ia tersenyum kecut. Sementara Fadhil dan Bu Sri hanya diam tanpa berkomentar. Bi Sumi pun dibuat tidak percaya atas apa yang dilihatnya. Sang majikan dibuat tidak memiliki muka oleh keluarganya sendiri. Jahat.Wanita itu lalu menyerahkan kunci rumah lalu bergegas pergi karena masih ada kepentingan lain. Fadhil menyerahkan kunci itu pada Bi Sumi agar membukanya, sementara Fadhil mengantarkan sang bibi sampai mobilnya terparkir.Nisa dan Bu Sri masuk ke dalam beristirahat, sementara Fadhil ditahan oleh sang bibi di sana.“Kamu nggak salah milih wanita yang bekas orang?” pertanya
Baca selengkapnya
proyek di Bali
Fadhil merasakan bahagia luar biasa. Hatinya terus mengucapkan syukur karena doa-doanya selama ini terjawab sudah. Allah memberikan apa yang diinginkannya dan kini ia harus menunaikan apa yang sudah menjadi kewajibannya. Membahagiakan Nisa lahir batin.Sikap Nisa pun selalu membuat Fadhil merasa terbang. Terlebih Nisa tidak pernah lupa untuk mengatakan bahwa dirinya mencintai dan menyayangi Fadhil. Yah ... Nisa selalu mengatakan itu dan bisa bangkit secepat ini dari keterpurukan di masa lalu. Nisa sudah bisa melupakan Imran, ia pun tidak mau terus-menerus merasa berdosa karena sudah lalai sebagai seorang istri dengan memikirkan orang lain.Pembukaan proyek masih beberapa hari lagi, jadi selama Fadhil belum sibuk, ia sengaja mengajak Nisa serta sang ibu berjalan-jalan menikmati sunset di pantai Kuta.Namun, Bu Sri selalu menolak ajakan sang putra dengan alasan capek. Padahal Bu Sri sengaja enggan berangkat supaya Fadhil bisa lebih leluasa menikmati waktu berdua dengan Nisa.Sore itu la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status