All Chapters of Suami Baru untuk Istriku : Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
malam pertama Fadhil dan Nisa
Pagi ini Fadhil merasa lebih bugar. Pasalnya ia tadi malam bermimpi kakinya diusap dan dibersihkan menggunakan air hangat oleh Nisa. Kejadian di mimpi itu Fadhil ceritakan saat sarapan, didengar pula oleh Bu Sri. Nisa yang mendengar hal itu hanya diam tanpa berkomentar, wanita itu merasa sedikit malu jika harus mengatakan kalau itu semua bukan mimpi, melainkan dirinya yang melakukan itu secara nyata.Bu Sri pun tak mau ikut campur dalam obrolan keduanya, meski dirinya tahu jika Nisa benar-benar melakukan itu semalam. Wanita itu tidak berkata sepatah kata pun, ia justru menggigit bibir bawahnya menahan tawa. Sepolos ini putranya jika berhadapan dengan wanita.Allahu, Fadhil. Bu Sri dibuat heran saat Fadhil yang terlihat dewasa di hadapannya mendadak seperti anak kecil jika berhadapan dengan Nisa.Bu Sri geleng-geleng kepala dibuatnya.Usai sarapan, Nisa mengantarkan Fadhil sampai teras. Bekal makanan yang tersimpan di dalam kotak berwarna merah itu disimpannya di dalam mobil, lalu sete
Read more
malam pertama Fadhil dan Nisa *b
Pemandangan selama perjalanan pun membius mata Keduanya. Hamparan pepohonan dan persawahan hijau yang begitu luas memanjakan mata. Berbeda dengan apa yang jarang mereka lihat selama di Jakarta, hanya gedung bertingkat juga bangunan yang berjejer rapat. Tapi di sini, semuanya tampak asri dan tenang.Sesampainya di tanah lot, Bu Sri dan Nisa berjalan bergandengan sambil menikmati pemandangan pantai yang ada di bawah. Pemandangan batu karang yang menjadi ciri khas tempat wisata itu mereka abadikan dalam kamera, keduanya berfoto bergantian, lalu meminta tolong pada seseorang yang melintas untuk mengambil poto keduanya.Banyak hal yang keduanya lalui hari ini. Bu Sri dan Nisa benar-benar menikmati waktu bersama. Nisa bersyukur memiliki mertua sebaik ibunya Fadhil. Pukul tiga sore Keduanya pun pulang dan sebelum magrib sudah tiba di rumah. Bu Sri pamit untuk langsung beristirahat dan tidak akan ikut makan malam dan meminta Nisa untuk tidak menunggunya. Nisa manut dan membiarkan sang mertua
Read more
Imran depresi
Tujuh bulan kemudian ....Di sudut sebuah bar, tampak seorang lelaki berambut ikal duduk dengan beberapa botol minuman keras tersaji di meja. Wajah lelaki itu terlihat berantakan dengan garis bawah matanya yang menghitam. Kepalanya terus mengangguk saat musik DJ menggema di seluruh ruangan. Beberapa wanita berpakaian seksi melintas, tapi tidak ada seorang pun yang berani mendekat.Dua orang lelaki mengenakan pakaian serba hitam berdiri di pojok bar memperhatikan ke arah lelaki yang tengah asyik menenggak gelas beralkohol itu. Tangannya meraih ponsel dan menelepon seseorang. Usai menelepon, disimpannya lagi benda itu ke dalam jaket kulit hitam.“Hayuk,” ucap lelaki yang mengenakan jaket kulit hitam, lantas keduanya mendekati lelaki yang tengah asyik mabuk.Kedua lelaki bertubuh besar dan berlengan kekar itu berdiri di kedua sisi dan dengan segera mencekal lengan Imran. Imran yang sedang dalam pengaruh alkohol tentu tidak bisa melawan saat tubuhnya diseret paksa keluar dari tempatnya. T
Read more
seorang wanita
Sebagai hukuman untuk diri sendiri, Imran memilih untuk tetap diam di dalam kamarnya. Ia tidak mau berbuat yang aneh-aneh dan malah merepotkan orang tuanya dan semakin khawatir atas sikapnya yang kekanak-kanakan. Sebagai balasan atas sikap orang tuanya yang masih peduli, Imran akan tetap berada di rumah itu sampai sang papa yang mengatakan padanya untuk kembali bekerja seperti biasa. Imran yang sedang menatap ke arah luar jendela menoleh saat pintu kamarnya diketuk, Bu Surya masuk dengan setelan pakaian yang sedikit rapi. Alis Imran bertautan.“Mama mau ke mana?”“Antar Mama, yuk, Im, ke tempat Alifah. Mama pengen liat cucu Mama.” Bu Surya berucap sambil tangannya merapikan rok gamis bagian bawah yang sedikit terlipat. Wajah senjanya terlihat teduh saat memakai jilbab berwarna maroon yang senada dengan pakaiannya.“Cucu?” tanya Imran heran.“Adikmu itu wes melahirkan, loh, Im,” ucap Bu Surya menjelaskan.“Kapan? Kok Imran nggak tahu?” Imran semakin bingung.Bu Surya menghentikan gera
Read more
Nisa hamil
Proyek di Bali sudah berjalan, kini lelaki itu tidak terlalu dibuat sibuk bahkan tidak perlu sampai lembur. Fadhil bisa pulang lebih cepat, atau malah tidak usah datang ke proyek karena bisa ditangani oleh asistennya.Pagi ini Nisa menyiapkan sarapan seperti biasa, akan tetapi saat masakannya siap dan tinggal menunggu Fadhil di meja makan, lelaki berkacamata itu tak kunjung datang. Tidak biasanya Fadhil terlambat datang untuk sarapan. Penasaran, Nisa menyusul Fadhil ke kamar.“Kak, sarapan udah siap!”“Huek ... huek ....”Nisa dibuat terkejut saat mendengar Fadhil muntah-muntah. Ia bergegas ke kamar mandi. Di sana Fadhil tengah membungkuk di depan wastafel, wajahnya pucat.“Astagfirullah. Kakak kenapa?” Nisa panik dengan tangan kanannya memijat tengkuk Fadhil.“Huek ....” Lelaki itu kembali muntah. Entah apa yang dimuntahkan. Hanya air yang keluar dari mulutnya.Nisa masih mengusap tengkuk Fadhil, raut wajah Nisa benar-benar khawatir.“Kakak salah makan, ya?” tanya Nisa. Fadhil mengge
Read more
Imran ta'aruf
Kabar kehamilan Nisa tersebar dengan cepat dan sampai di telinga Imran. Lelaki itu tengah duduk di depan meja kerjanya, tangan kanannya meremas ponsel yang sedang menyala. Menampilkan snap dari Fadhil yang update status tentang betapa bersyukurnya ia istrinya sedang mengandung.Imran melamun diiringi mata yang berembun, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Bu Surya masuk ke dalam kamarnya dan berdiri di hadapan.“Im ....” Bu Surya memanggil pelan, tangannya meletakkan secangkir teh hangat di meja. Wajah Imran sedikit mendongak dan tanpa malu-malu menatap mata sang mama.“Ma ... Nisa ....”“Hamil, ya? Mama sudah tahu.”“Akhirnya Nisa menjadi wanita seutuhnya, ya, Ma.” Imran berusaha untuk tersenyum, meski air matanya menetes. Hanya di depan sang mama Imran bisa bersikap cengeng seperti ini.Bu Surya menatap iba pada putra sulungnya itu. Bagaimana pun ini semua adalah keinginan Imran sendiri, mau tidak mau, Imran harus menerimanya dengan lapang dada. Harus ikhlas meski sulit untuk mele
Read more
Nisa cemburu
Berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Mungkin itu adalah pepatah yang pas untuk Fadhil. Berawal dari lamarannya ditolak, lalu Imran secara sukarela memberikan Nisa padanya. Lalu kini, sudah saatnya Fadhil meraup kebahagiaan, buah dari kesabarannya dahulu. Saat-saat yang dinanti pun akan segera tiba, kehadiran malaikat kecil di tengah-tengah keluarga kecilnya.Sungguh, tidak ada doa yang sia-sia jika dilangitkan dengan ikhlas. Yakinlah atas apa yang Allah kehendaki pada nasib hambanya, tentu demi kebaikannya. Tentunya, Allah tidak akan memberikan cobaan pada hambanya, melebihi batas kemampuannya. Yakinlah.Fadhil menikmati momen morning sikness yang membuatnya muntah pada pagi hari. Juga ngidam akan makanan yang sulit untuk ditemukan. Beruntungnya Fadhil memiliki rekan bisnis juga teman-teman di Bali yang berkenan membantunya mencarikan makanan tersebut. Tidak peduli jika ia harus merogoh kantong lebih dalam, asalkan keinginann
Read more
Nisa marah
Nisa sedikit berlari menuju rumah, lalu dengan cepat ia masuk kamar dan mengunci pintu. Ia tidak mau Fadhil melihatnya menangis karena hal sepele. Cemburu melihatnya mengobrol dengan seorang teman. Ya ... itu sepele.Selama ini Nisa bisa bersikap biasa saja, akan tetapi. Perasaannya saat melihat Fadhil mengobrol tadi membuat hatinya sedikit panas, mungkin saja itu pengaruh hormon ibu yang sedang hamil, jadi gampang baperan. Bisa saja itu hanya bawaan bayi yang tidak suka melihat sang papa mengobrol dengan wanita lain.Entah lah, Nisa bingung. Yang ingin ia lakukan saat ini hanya lah sendiri. Tanpa Fadhil atau siapa pun yang mengganggunya.Fadhil masuk rumah dengan nafas ngos-ngosan, bahkan nyaris saja menabrak Bi Sumi yang membawa ember dan kain pel. Beruntung Fadhil langsung ngerem dan insiden tabrakan pun bisa dihindari.“Ya Allah, Bi. Maaf” ucap Fadhil. Bi Sumi menganggukkan kepalanya dan berlalu. “Kamu kenapa?”“Astaghfirullah ...!”Bu Sri datang dan berdiri di belakang Fadhil, m
Read more
Nisa melahirkan
Fadhil harus semakin hati-hati dalam melakukan sesuatu hal. Berbicara tentang apa pun Nisa sensitif. Terlebih jika hal yang dibicarakan ada kata wanita. Sudah bisa dipastikan jika sikapnya akan berubah, yang semula manis, ujungnya malahan menangis.Pernah suatu hari Nisa menyaksikan saat seorang tetangganya menyapa Fadhil yang sedang menyiram tanaman, serta merta Nisa langsung masuk ke dalam kamar dan langsung menangis. Fadhil dibuat keteteran dengan sikap istrinya. Bukan karena capek melihat tingkah Nisa yang seperti anak ABG yang memiliki over protective pada pasangannya, melainkan Fadhil khawatir pada bayi yang dikandungnya. Pun kesehatan Nisa bisa terganggu. Maka dari itu, demi menjaga suasana, Fadhil memilih untuk terus berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar.Kehamilan Nisa membuat banyak perubahan. Fadhil yang semakin sabar, juga Nisa yang sikap cemburunya bikin geleng-geleng kepala. Tapi Nisa dan Fadhil berusaha untuk tidak menunjukkan rasa kesal yang ada di hati
Read more
Imran betah menduda
Allah sudah menjamin kehidupan manusia di bumi. Tidak perlu khawatir akan kekurangan. Allah menyuruh kita untuk berusaha dan berdoa. Kedua hal itu tentunya harus dilakukan seimbang. Doa tanpa usaha, itu bohong. Sedangkan usaha tanpa doa, itu sombong. Begitulah pepatah yang ada.Kehadiran bayi di tengah-tengah kehidupan Fadhil dan Nisa membawa banyak perubahan. Fadhil yang semakin siaga menjaga Nisa dan memberikannya perhatian lebih agar tidak terkena syndrom baby blues. Bergantian menggendong bayinya jika terbangun malam hari dan Nisa bisa istirahat. Bu Sri terlihat antusias membantu Nisa merawat juga menjaga bayi mungil itu. Tidak seperti cerita menantu dan mertua yang sering terjadi, yang malah mertua yang membully menantu, atau mertua yang enggan membantu dan banyak lagi kisah negatif tentang itu semua. Sedangkan Bu Sri berbeda, ia justru membantu Nisa bahkan ia mengajari Nisa cara memandikan bayi dengan baik agar tidak menangis.Nisa merasa beruntung memiliki mertua selembut dan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status