All Chapters of Rahasia Sang Dokter: Chapter 141 - Chapter 150
166 Chapters
Extra Part 1
Beberapa minggu kemudian ... Aline sontak bangkit dari kursi meja makan begitu sepiring nasi goreng seafood mendarat di meja. Ditutupnya mulut dengan tangan lalu sekonyong-konyong berlari kecil meninggalkan meja dan Adam yang tertegun melihat tingkah sang istri. "Loh, mbak Aline kenapa, Mas?" tanya mak Surati dengan wajah bingung. "Bentar, Mak. Biar Adam susul!" Adam kontan bangkit, setengah berlari mengejar kemanan istrinya itu pergi. Ia tertegun ketika mendengar suara-suara itu. Suara itu berasal dari kamar mandi di dekat dapur dan di sana Adam melihat istrinya tengah jongkok di depan kloset sambil memuntahkan isi perutnya. "Lin ... hey, kamu kenapa, Sayang?" Adam menghampiri sang istri, memijit tengkuk Aline perlahan-lahan. Aline mengangkat tangan, melambai sebagai tanda bahwa dia baik-baik saja, setelah membilas kloset, ia bergegas bangkit, dibantu Adam melangkah mendekat ke wastafel. "Pelan-pelan, Sayang. Kita ke dokter, ya? Biar aku telepon papa. Kamu libur dulu. Kamu pu
Read more
Extra Part 2
Aleta tengah sibuk memilih desain undangan ketika pasangan itu muncul dari depan pintu. Aleta hanya melirik sekilas, matanya kembali fokus ke layar iPad yang ada di tangan. "Cie yang mo kawin!" goda Aline lalu meletakkan plastik dengan dua kotak donat di atas meja. "Bawel. Iya deh yang udah kawin, tiap malem kawin." balas Aleta yang belum menyingkir dari layar iPad. Kontan Aline menimpuk kembarannya itu dengan bantal sofa, sementara sang suami segera menjatuhkan diri di sofa dan merogoh saku celana. "Sirik aja! Mama mana?" tanya Aline yang nampak celingak-celinguk mencari sang mama. "Di atas. Ntar juga turun. Teriak aja, biasanya juga teriak-teriak kalo di rumah. Nggak usah jaim-jaim napa? Mentang-mentang ada suami." balas Aleta sekenanya. Aline mendesah, ia menahan diri untuk tidak ribut dengan Aleta. "Untung aku lagi nggak pengen gelud, Ta. Tunggu sembilanan bulan lagi, ayo gelud. Ku tantang kamu!"Aleta kontan mengangkat wajah dari depan layar. IPad itu ia turunkan, diletakk
Read more
Extra Part 3 - End
"Tanyain tuh, Ta, sama si Kelvin. Dia punya rahasia apa. Jangan sampai pas kawin jadi salah paham kayak aku sama mas Adam kemarin." gumam Aline dengan mulut penuh kwetiau. Kontan Adam terbatuk-batuk, ia segera meraih gelas miliknya, meneguk air dalam gelas sampai habis tandas. "Perempuan ya ampun, bener-bener nggak bisa lupa, ya, kalo pasangan ada dosa atau salah." desah Adam lirih dengan wajah memelas. "Oh jangan harap!" desis Aleta yang langsung diikuti anggukan kepala oleh Aline. "Tul! Jangankan masalah yang baru kemarin, dosa yang dibuat sepuluh tahun tiga bulan dua belas hari yang lalu aja kita masih inget. Ya nggak?" tanya Aline yang dibalas anggukan kepala oleh Aleta. Agaknya bukan hanya makanan yang membuat mereka kompak dan akur, tetapi juga ketika memojokkan lawan jenis seperti sekarang ini. "Ampun dah, ampun!" ucap Adam pasrah sambil kembali menyuapkan kwetiau jatahnya. "By the way, bukan cuma aku aja yang harus introgasi si Kelvin. Kamu juga tuh introgasi lagi si Ad
Read more
Bonus - Extra Part 4
"Kampret tau nggak sih, Ta? Semua panik kamu koma, eh taunya kamu nge-prank!" Aline masih tidak terima, kini hanya dia dan Aleta yang duduk di meja makan. Adam ada panggilan cito, mamanya entah tadi keluar izin mau beli sesuatu. Jadilah saudara kembar itu mengobrol sambil terus mengunyah dimsum yang rasanya tidak ada habis-habisnya. "Gimana lagi? Udah mentok. Kalo nggak gitu, aku kudu kawin sama Adam gitu? Lah, ogah!" Aleta kembali memasukkan dimsum ke dalam mulut, mendadak ia celingak-celinguk menatap ke sekeliling. "Kenapa? Ada apa lagi?" tanya Aline yang sadar dengan perubahan ekspresi kembarannya itu. "Mama belum balik, kan?" ia masih mengamati sekitar, sementara Aline menggeleng perlahan. "Belum, kenapa?""Kau tau, Lin? Tujuanku pura-pura koma juga buat ngasih pelajaran mama sama papa. Seenaknya aja mereka maksa anak kawin? Kalo gini mereka kan kapok."Aline mendengus, ia memutar bola matanya dengan gemas. Iya, tapi bagaimanapun juga yang untung tetap Aleta karena dia kini m
Read more
Bonus - Extra Part 5
Aline meletakkan ponsel begitu sambungan video terputus. Ia menatap geli Aleta yang tengah memijit pelipis setelah kenyang diomeli Sri tadi. Siapa yang tidak murka, kalau ternyata orang yang selama ini dikhawatirkan dengan sangat ternyata hanya berbohong? Siapapun pasti murka. "Kamu sih! Aku kena omel, kan?" gerutu Aleta kesal. "Eh biarin! Lagian kamu nggak adil, mama sama papa aja udah kamu ceritain, kenapa Eyang enggak?" protes Aline yang tentu saja mencari pembelaan. Aleta mendengus, kembali mengusap wajahnya dengan frustasi, sementara Aline hanya mengangkat bahu sambil meraih gelas miliknya. "Ya masalahnya kamu kan tau, Lin, Eyang itu kadar kecerewetannya berlipat ganda dari mama sama papa. Mama sama papa pas aku jujur cuma ngomel paling pol sehari, nah eyang? Pegang omongan aku, besok dia kesini pas nikahan aku pasti masih ngomel panjang kali lebar."Aline terkikik. Benar apa yang dikatakan Aleta itu. Memang Eyangnya itu begitu cerewet. Jangan heran, orang tempo dulu pasti be
Read more
Bonus - Extra Part 6
Tok ... tok ... tokAline yang baru saja naik ke atas ranjang dan meluruskan kaki kontan mendesah. Siapa lagi yang mengetuk pintu kamarnya ini? Untung saja Aline tidak mengunci pintu, ia hanya tinggal duduk dan berteriak. Melihat siapa yang lantas masuk ke dalam kamarnya. "Siapa?" tanya Aline memastikan, tentu tidak sembarang orang boleh masuk ke dalam kamar pribadinya. "Aleta, Lin! Buka pintunya!"Kening Aline berkerut, ia memperbaiki posisi duduknya lalu balas berteriak dari atas ranjang. "Masuk aja, Ta. Pintunya nggak aku kunci." teriak Aline keras-keras. Klek. Pintu terbuka, nampak Aleta masuk ke dalam kamar, bergegas naik ke atas ranjang dan goleran tepat di sisi Aline. "Tumben mau masuk kamarku, katanya kamarku kayak perpustakaan, bau buku!" olok Aleta sambil melirik Aleta yang nampak nyaman berbaring di kasur. Aleta mengangkat wajah, berguling hingga kini terlentang di atas ranjang. "Memang! Tapi ada beberapa alasan kenapa aku lantas mau masuk kamarmu." Aleta menatap Al
Read more
Bonus - Extra Part 7
Aleta tersenyum, ia menghampiri tubuh yang membelakanginya itu, meraih dan mendekap tubuh itu erat-erat. Nampak sosok yang tengah mencuci tangan itu terkejut, terkekeh sambil melanjutkan aktivitasnya mencuci tangan. "Sayang ...." panggil Aleta lirih. Tidak ada jawaban yang dia dapatkan, yang ada hanya berhentinya gemericik air dan kran yang dimatikan. Tubuh itu beringsut memutar, membuat mereka kini berhadapan dengan saling melemparkan pandang. "Ya? Kenapa?" alis tebal itu bertaut, dengan kening berkerut, wajah Kelvin terlihat sangat penasaran dan begitu ingin tahu. "Aku bobo sini boleh?" entah keberanian dari mana, yang jelas kalimat itu yang mendadak keluar dari bibir Aleta. Mata Kelvin membulat, menatap sang kekasih dengan tatapan tidak percaya. Ditatap sedemikian rupa membuat Aleta mencebik, kembali meraih tubuh itu dan menyandarkan kepalanya di dada Kelvin. "Eh ... kamu kenapa sih, Yang?" tanya Kelvin terkejut. "Serius mau tidur sini?""Ya serius lah!" tukas Aleta tegas. "
Read more
Bonus - Extra Part 8
"Ya tapi, kan, masa i--"Kalimat Aleta terpotong oleh suara dering ponsel milik Aline. Aline segera meraih ponsel miliknya dan membulatkan mata ketika tahu siapa yang menelepon dirinya. "Diem dulu, Ta. Mertua nih!" ujar Aline memberi kode. "Halo, ada apa, Ma?"Aleta kembali merebahkan tubuh di atas ranjang, menyimak celotehan Aline yang nampak serius dengan ponsel menempel di telinga. "Kapan, Ma?" alis Aline berkerut, ia menoleh menatap Aleta yang memperhatikan dia sejak tadi. "Coba Aline bilang sama mas Adam dulu, Ma. Ini mas Adam-nya ada cito di rumah sakit. Aline di rumah mama Desi, Ma." lapor Aline dengan suara lirih. "Nanti deh Aline kabari ya, Ma."Tampak Aline menurunkan ponsel dari telinga, membuat Aleta menghela napas panjang dan beringsut bangkit. "Mau diajak ke dokter kandungan sama bumer, nih?" tanya Aleta yang kepo dengan apa yang tadi saudarinya bicarakan dengan mertua. "Bukan. Biasa mau diajak piknik. Staycation gitu. Tau sendiri, kan, mamanya mas Adam gimana?" pon
Read more
Bonus - Extra Part 9
Aline menghela napas panjang, testpack-testpack itu berjejer di lantai kamar mandi. Apakah tidak ada kado lain yang bisa mereka berikan selain puluhan testpack bekas pakai milik Aline? "Mas, kurang berapa sih?" Aline sudah mengantuk, sementara Adam, dia masih semangat mencelupkan ujung testpack itu ke dalam urine milik Aline yang ditampung di jar kecil. "Bentar, masih kurang dua puluh lagi." jawab Adam santai tanpa memalingkan wajah. Dua puluh lagi? Aline kontan melotot, ingin rasanya dia berteriak namun sudah kehabisan daya karena matanya sendiri tinggal lima watt saja. Aline menguap, mengutarakan kantuknya dalam bentuk lain. Harap-harap Adam peka, kalau tidak, entah harus berapa lama dia berdiam diri di dalam kamar mandi bersama Adam macam ini. "Udah ngantuk, Sayang?" Adam masih tidak menoleh, untungnya sih dia peka. "Iya, Mas! Ngantuk banget udahan." jawab Aline menegaskan. Dia memang sudah begitu mengantuk. Dan kegiatan mencelupkan ujung testpack itu sangat membosankan sekal
Read more
Bonus - Extra Part 10
"Kamu mau ikut Adam pulang, Lin? Nggak di sini aja?"Sebuah pertanyaan langsung menyapa Aline begitu dia masuk ke dalam ruang makan. Aline tersenyum, menarik kursi dan duduk di atas kursi yang ada di seberang mamanya. "Iya, ikut dong. Papa gimana kerjaannya?" Aline meraih secangkir chamomile tea, menyesap cairan hangat itu hingga tinggal separuh di dalam cangkir. "Beres, lancar. Kamu masih sering komunikasi sama Rosa, Lin?"Aline mengambil selembar roti, melirik sang papa sekilas lalu meraih toples selai kacang. "Masih, Pa. Tiap hari malah berkabar terus. Sering video call juga sama Refal." Jawab Aline seraya mengoleskan selai kacang di atas selembar roti. "Dia itu kemarin mau dicarikan jodoh sama papa mertuamu. Eh nolak." Beni menyuapkan nasi ke dalam mulut, papanya itu harus selalu sarapan dengan nasi, sebuah kebiasaan yang sama sekali tidak bisa diganggu gugat. "Memang udah nggak mau nikah lagi, Pa. Pengennya cuma sekali seumur hidup." sebuah prinsip yang membuat Aline terkes
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status