Semua Bab Adikku Pemuas Nafsu Suamiku: Bab 41 - Bab 50
86 Bab
Ancaman Baru Anisa
Eric sudah sampai di ruangan Anisa. Wanita itu menatap tak suka melihat kedatangan Eric. Anisa menganggap semua nasib sialnya berawal dari Eric yang sudah mengusirnya dari rumah lelaki itu."Gimana keadaanmu Anisa?" tanya Eric dengan nada rendah. Wanita yang sedang berbaring lemah di atas ranjang itu sama sekali tak mau menjawab pertanyaan Eric."Apa polisi tidak memberitahumu kalau sudah dua kali ini aku berhasil menyelamatkan hidup kamu?"Eric bertanya dengan sedikit ketus karena merasa kesal mendapat tatapan kebencian dari Anisa. Wanita itu jelas terlihat seperti orang yang tak punya rasa terimakasih. Dua kali dia diselamatkan Eric tapi dia malah memperlakukan Eric seperti itu."Kau mendengar ucapanku kan, Anisa?"Anisa masih belum berniat merespon ucapan Eric. Bahkan memandang wajah Eric pun dia tak mau. Ini membuat Eric makin jengkel."Dani bunuh diri setelah gagal bunuh kamu. Aku sangat yakin dia terpaksa melakukannya karena ancaman seseorang. Kalau kamu ingin hidup tenang, tolo
Baca selengkapnya
Pengganggu Baru
Pov Author"Ini sih kabar baik, kalau kamu beneran mau terima anak saya, mulai sekarang berhenti memanggil saya Nyonya. Kamu boleh panggil saya 'Ibu' atau apapun yang kamu mau!" ucap Hani penuh antusias."Nyonya, ini terlalu awal. Bisa tidak kita bahas ini nanti saja!"Ola sedikit canggung mendapat perlakuan sangat baik Nyonyanya. Dia tetap berusaha menjaga jarak meski sudah diperingatkan oleh Hani dan Eric bahwa mereka sudah menganggap Ola keluarga mereka sendiri."Ya udah, karena kamu belum resmi jadian sama anak saya jadi kamu saya izinkan sementara waktu panggil saya 'Nyonya'. Sekarang saya mau tidur. Saya pasti mimpi indah malam ini karena denger kabar bahagia ini!"Ola hanya tersenyum dan menggelengkan kepala mendengar ucapan Nyonyanya. Dia kemudian kembali fokus mencuci piring."La, hentikan dulu pekerjaanmu. Tolong temani aku makan malam!"Hampir saja piring di tangan Ola lepas mendengar ucapan Eric yang tiba-tiba."Dokter belum tidur?" tanya gagap Ola."Aku enggak bisa tidur.
Baca selengkapnya
Nayla Mengamuk
Pov NaylaSudah dua minggu Mas Dani meninggal. Ibuku terlihat seperti robot hidup yang masih sangat terpukul karena kepergian Mas Dani secara mendadak seperti ini. Aku benar-benar tak tega melihat ibuku yang seperti ini. Akhirnya aku memutuskan untuk berhenti kuliah demi merawat ibu.Aku dengar Anisa sudah di masukan dalam penjara, hari ini aku berniat untuk menemui wanita pembuat masalah itu.Aku tersenyum penuh penghianaan saat dia menemuiku dengan seragam tahanan yang melekat di tubuhnya. Rasanya senang sekali lihat masa depan wanita itu hancur dalam penjara."Penjara ternyata tempat paling pas buat kamu. Kamu cocok banget pakai seragam itu!" ucapku dengan tertawa semringah di depan Anisa."Kamu boleh tertawa sekarang, tapi setelah aku kasih tahu sesuatu kamu bakal nangis sampai mengeluarkan darah nanti!" balas santai Anisa."Alesan saja, aku enggak penasaran sama sekali dengan ucapan mulut sampahmu!""Mulut sampah? Ok, aku akan beritahu satu rahasia yang memang sampai sekarang dir
Baca selengkapnya
Renata Belum Bisa Move On
"Sayang, ini kan masih pukul delapan malam. Kok kamu sudah tidur sih! Kamu sakit?"Adrian menyentuh bahu istrinya yang tidur membelakanginya. Renata yang pura-pura memejamkan matanya tidak mau menjawab pertanyaan suaminya.Karena Adrian penasaran,dia membalikan badan istrinya. Alangkah terkejutnya lelaki itu melihat wajah sembab istrinya."Jadi dari tadi, kamu sengaja tidur membelakangiku karena diam-diam nangis?"Renata yang tertangkap basah sedang menangis merasa malu oleh suaminya. Dia kembali merubah posisi tidurnya seperti semula."Kamu kalau lagi ada masalah cerita dong sama aku, sayang. Jangan apa-apa kamu pendem sendirian!" bujuk Adrian."Aku lagi butuh sendiri, Bang. Tolong sementara waktu jangan ganggu aku dulu!" bentak Renata. Adrian sedikit tersinggung dengan ucapan Renata, namun demi kebaikan istrinya dia menuruti saja permintaan istrinya. Bergegas Adrian bangkit lalu pergi menuju ruang keluarga. Tak lupa dia menyalakan sebatang rokok untuk menetralkan emosinya."Bang Adr
Baca selengkapnya
Adrian Kembali Marah
"Div, tolong Mbak hubungin Bang Adrian coba. Masa jam segini dia belum pulang kerja!" perintah Renata terhadap adiknya. Kondisinya masih belum baik jadi terpaksa ia minta tolong adiknya untuk menghubungi suaminya."Baik, Mbak." ucap Diva sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Dia kemudian menghubungi nombor abang iparnya namun nombor yang di hubungi ternyata tidak aktif."Nombor Bang Adrian enggak aktif, Mbak. Kayaknya dia beneran marah sama Mbak, deh!" ucap Diva sengaja memancing ketakutan kakak perempuannya."Alaaah...marah juga paling sebentar. Ya udah biarin saja. Nanti juga dia balik!"Renata kembali berbaring diatas ranjangnya kemudian dia mulai kembali menutup matanya karena masih merasa pusing dan mengantuk."Mbak, sebelum tidur minum obatnya dulu!" ucap Diva memperingati kakak perempuannya. Dengan terpaksa Renata mengambil obat yang di berikan adiknya kemudian meminumnya."Makasih, Div. Entah kenapa hari ini mataku sulit sekali ku buka. Rasanya mau tidur trs.""Sama-
Baca selengkapnya
Pengkhianatan Adrian dan Diva
"Tidur yang nyenyak ya, Mbak. Malam ini aku ingin Mbak membayar semua yang Mbak lakukan pada Bang Adrian!"Senyuman jahat muncul dari bibir Diva. Setelah gagal membuat kakak perempuannya minum obat yang sudah ia tukar dengan obat tidur, dia berhasil mencampurkan obat tersebut dalam teh hangat yang di minum kakaknya beberapa saat yang lalu. Tujuan dia melakukan ini semua karena ingin menggunakan waktu tak berdaya kakaknya untuk menggoda suaminya.Jarum jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Diva gelisah karena belum juga mendapati abang iparnya pulang ke kamar tersebut. Berbagai rencana padahal dia sudah susun serapih mungkin agar bisa menjebak abang iparnya itu.[Bang, kamu dimana?]Diva tetap mengirimi pesan abang iparnya meski dia tahu nombor lelaki itu tidak aktif. Dia ingin menunjukan perhatian lebihnya agar abang iparnya lebih peka pada perasaannya ketika pesannya dibaca lelaki itu nanti.Tiga puluh menit setelahnya, Diva mendengar sebuah langkah kaki menaiki anak tangga. Dia
Baca selengkapnya
Menjenguk Anisa
"Ya ampun, Bu. Kalau kita dapat jatah makanan kaya gini terus, gimana gisi kita terpenuhi!" protes Anisa yang jengkel karena setiap hari mendapat jatah makanan yang menurutnya jauh dari kata layak."Bawel, masih mending kita dapat jatah makanan geratis. Kamu tahu selama ini ibu kalau lapar korek-korek sampah cari makanan sisa.""Jatahku buat ibu saja, aku sama sekali enggak selera!""Kamu yakin? Nanti malem kamu kelaperan lagi loh kaya semalam sampai enggak bisa tidur!""Yakin!" ucap Anisa dengan raut wajah jengkel. Menurutnya lebih baik kelaparan daripada harus makan makanan yang tidak disukainya."Ya udah kalau gitu, ibu beneran habisin nih, ya!""Silahkan!"Dengan lahap wanita paroh baya itu menghabiskan makanan anaknya."Sampai kapan kita hidup gini terus ya, Bu. Penderitaan enggak ada habisnya. Mau hancurin Mbak Ola saja susahnya sampai harus dipenjara gini!""Kamu yang milih hidup susah. Coba waktu itu kamu nikmatin saja hidup dengan lelaki pilihan ibu, pasti sekarang kita hidup
Baca selengkapnya
Hampir Diculik
"Sayang gimana keadaan Anisa di dalam, dia baik-baik saja kan?" tanya Ola saat Eric masuk dalam mobilnya."Sangat baik, saking baiknya keadaannya sampai-sampai dari awal aku jenguk dia sampai pulang tadi enggak habis-habisnya dia maki-maki kita berdua. Ini terakhir kalinya aku nurut permintaan kamu buat jenguk adik sablengmu itu, ya. Lain kali, aku beneran ogah nemuin dia lagi." balas panjang lebar Eric. Melihat wajah kesal suaminya Ola tertawa."Iya-iya, sayang. Ini pertama dan terakhir kalinya aku minta tolong kamu. Udah, wajah kamu enggak usah di tekuk gitu. Gantengnya ilang tau!" goda Ola sambil mencubit pipi suaminya."Habisnya adik kamu ngeselin banget. Di penjara bukannya berubah malah makin menjadi!""Memangnya ngomong apa saja dia tadi?" tanya Ola penasaran."Ada dech. Kamu enggak perlu tahu. Btw, kita jadi ke mall kan?" Eric mengalihkan pembicaraan karena dia tak mau istrinya tahu tentang ancaman Anisa beberapa saat lalu."Iya jadi, dong. Nenek kamu kan ultah. Enggak mungkin
Baca selengkapnya
Akhirnya Terbongkar
"Sayang, bukannya kamu baru sembuh, ya. Kenapa kamu bersikeras untuk ikut ke acara ulang tahun Nenek? Kamu enggak takut sakitmu kambuh lagi?" tanya Adrian pada Renata. Sejak berhasil mendapatkan Adrian, Diva sudah berhenti memberi obat tidur pada Renata jadi keadaan Renata sudah mulai normal seperti biasanya."Aku segan sama Nenek kamu. Masa diacara pentingnya aku enggak bisa hadir."Adrian tersenyum getir, dalam hatinya masih saja menduga kalau istrinya masih punya perasaan lebih pada sepupunya. Adrian berpikir tujuan sebenarnya Renata ikut bukan semata-mata demi Neneknya melainkan demi bisa melihat Eric."Kalau gitu aku ajak Diva juga, ya. Kasian dia kalau sendirian di rumah."Adrian sengaja mengajak Diva karena dia tak mau merasa sakit hati melihat istrinya bertemu lelaki yang masih dicintainya. Adrian butuh penguat, dan satu-satunya yang bisa mengerti keadaannya sekarang hanya Diva."Kayaknya enggak perlu, deh. Besok pagi Diva ada kuliah, takutnya dia kecapaian karena pasti kita p
Baca selengkapnya
Pertengkaran Eric dan Adrian
"Eric, Ola. Kalian enggak perlu bawa hadiah. Nenek enggak butuh apapun. Liat kalian semua mau kumpul disini saja Nenek sudah senang sekali!" ucap Nenek Eric, Rianti."Enggak apa-apa, Nek. Ini kan hari bahagia Nenek, masa kami kesini dengan tangan kosong. Selamat ulangtahun ya, Nek. Kami sekeluarga cuma bisa mendoakan semoga Nenek selalu sehat, di kasih umur yang panjang dan tentunya selalu dikasih kebahagiaan.""Terima kasih sudah doakan yang baik-baik untuk Nenek. Owh ya, Eric. Kamu perlu tahu, Nenek udah tua. Nenek sudah enggak butuh apapun. Satu saja yang buat Nenek bahagia untuk sekarang. Kehadiran kalian semua. Setelah hari ini Nenek berharap kalian lebih sering ngumpul di rumah ini. Kalian mau mengabulkan permintaan Nenek?""Pasti, Nek. Tapi Nenek janji dulu kalau Nenek berhenti berkebun. Nenek sudah tua, aku enggak mau Nenek sakit karena kecapaian." ucap Erik."Bener kata Eric, Bu. Ibu harusnya menikmati hidup, bukan menghabiskan waktu di kebun." sela Hani."Ibu berkebun kan cu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status