Semua Bab Berbagi Apartemen dengan Ketua BEM: Bab 51 - Bab 60
116 Bab
Menjauh
Kaila menangis. Di depannya. Untuk kedua kalinya. Angkasa tidak tahu apa yang sudah dilalui oleh Kaila selama ini sampai-sampai dia selalu ingin mendorong orang lain pergi darinya. Sampai dirinya begitu sulit percaya kepada orang lain lagi. Kenapa gadis ini begitu rapuh? Kenapa dia selalu membuat dirinya semakin khawatir? Kenapa Kaila selalu membuatnya selalu ingin melindungi dirinya? Kaila menghapus air matanya yang terus-terusan turun meskipun dia sudah menghapusnya berulang kali. “Ah, shit, gue seharusnya gak nangis,” keluhnya sembari menghapus air matanya di depan Angkasa. Kaila sedang berusaha keras untuk menghentikan air matanya, tapi sepertinya kali ini terasa sangat sulit. Menstruasi dan moodnya yang buruk tidak membantu sama sekali dan membuat air matanya malah semakin deras. Angkasa masih diam di tempatnya. Ia sebenarnya ingin berangkat dari duduknya dan merengkuh tubuh Kaila ke dalam pelukannya, tapi ia menahannya karena tahu kalau gadis itu tidak akan menyukainya. Na
Baca selengkapnya
Simpanan Rektor
Senin kembali datang dan Kaila sudah dari pagi keluar apartemennya. Kemarin dia tidak bekerja di kafe karena perutnya masih terasa sakit, namun hari ini perutnya sudah baik-baik saja meskipun kadang masih terasa nyeri sedikit, setidaknya tidak separah kemarin dan dua hari yang lalu. Kaila kira dia yang paling pagi datang, tapi sepertinya salah karena ia melihat Ghina yang juga sudah datang dan duduk di kursi yang ada di depan. Ini baru jam delapan sedangkan jadwal kelas mereka jam setengah sembilan, masih tersisa tiga puluh menit lagi dan mereka berdua sudah berada di kelas ini. Ghina menoleh karena mendengar suara langkah kaki. Kaila hanya menatapnya datar dan mengambil tempat duduk di tengah-tengah. “Gue gak tahu kalo lo temen dekat Kak Asa,” ujarnya tiba-tiba dan menatap Kaila dari jarak yang tidak terlalu dekat, tapi juga tidak terlalu jauh karena Ghina ada di pojok kanan depan sedangkan Kaila ada di tengah-tengah di posisi kiri. Kaila bersandar di kursinya dan menatap Ghina
Baca selengkapnya
Kembali ke Awal
Setelah keributan kecil yang melibatkan Kaila, Ghina, dan Bumi tadi pagi, Kaila pergi ke depan bersama Tania. Jangan tanya Kaila kenapa dia pergi ke depan rektorat bersama dengan Tania, karena gadis itu yang mengekornya. Dan alasan kenapa dia pergi ke depan rektorat adalah karena perlombaan antar Universitas sudah dimulai. Seharusnya mereka punya dua kelas hari ini, tapi karena dosen yang kedua tidak masuk jadinya mereka pulang cepat, dan ini juga baru jam setengah satu siang. Kaila masih punya waktu sebelum ke kafe. “Waduh rame bener,” ujar Tania ketika mereka berdua sudah sampai di depan rektorat. Acara ini diadakan bukan hanya di depan rektorat, namun pusatnya ada di sana. Di depan gedung rektorat ada lapangan besar dan ada juga lapangan basket beserta futsal, sebenarnya semuanya bisa dilakukan di sana tapi beberapa pertandingan seperti badminton tidak bisa dilakukan di sana karena tidak ada lapangannya. Beberapa pertandingan lainnya dilakukan di fakultas yang memiliki lapanga
Baca selengkapnya
Penutupan
“Sepi deh hari ini.” Popi bersandar di kursinya dan begitu juga dengan Kaila dan Yansa yang juga duduk di kursi. Sedari tadi hanya ada beberapa pelanggan yang datang dan sekarang hanya ada mereka bertiga, tidak ada pelanggan satu pun. “Sejak acara di kampus kalian sih ini kafe mulai sepi, soalnya pada ke kampus kalian buat liat pertandingan,” ujar Yansa dan diiringi anggukan oleh Kaila dan Popi. “Bener juga,” sahut Popi. “Gue kalo gak ada part time ini juga bakalan mejeng di kampus sih, siapa tahu ada cowok yang kepincut sama gue,” ujarnya dan menaikturunkan alisnya. “Yang kemarin gimana emang, Pop?” tanya Yansa terkekeh karena sejak Popi kerja di sini, ia sudah mengajak banyak sekitar empat pemuda yang berbeda. Popi menggelengkan kepalanya. “Gak cocok sama gue. Dia gamers, males banget gue,” balas Popi. Kaila sedari tadi hanya menyimak percakapan dua orang itu dengan air es yang ada di tangannya. Sedari tadi ia menyesap minumannya karena ia merasakan hausnya tidak hilang-hilang
Baca selengkapnya
Demam
Kaila bangun dari tidurnya di jam sembilan pagi. Dia mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu dengan berbaring di kasurnya dan menatap langit-langit kamarnya sembari tangannya meraih ponselnya yang ada di sisi kanan. Ia membukanya dan mendapati satu buah pesan dari Angkasa. From: apartmate Gue gak pulang lagi malam ini, jangan lupa kunci balkon Dia tidak membalasnya lagi karena pesan itu adalah pesan semalam dan dia sudah tertidur saat itu. Kaila berangkat dari tidurnya dan segera memulai harinya dengan membersihkan kamarnya serta mengganti spreinya. Dia melakukan pekerjaan rumah, dan membersihkan seisi apartemen. Mumpung dirinya sedang semangat nih. Dia menghabiskan pagi sabtunya dengan membersihkan apartemennya. --- Tak banyak yang Kaila lakukan setelah membersihkan apartemennya. Ia hanya menonton televisi dan memesan banyak makanan karena ia hanya ingin menikmati hari liburnya. Dia berleha-leha di depan televisi sampai malam dan sampai Angkasa pulang dengan wajah yang pucat d
Baca selengkapnya
Jangan Jauhin Gue, ya.
Kaila terbangun ketika mendengar suara Angkasa yang masih merintih. Dia memeluk dirinya sendiri dan tampak kedinginan dengan mata yang masih terpejam. Sedari tadi Kaila tidur di kamar Angkasa, tapi tidak di ranjangnya melainkan ia hanya duduk di samping ranjangnya dan merebahkan kepalanya di samping Angkasa karena tangan Angkasa masih menggenggam tangan Kaila semalam, namun kali ini sudah terlepas. “Kenapa, Sa?” tanyanya dan langsung mengecek keadaan Angkasa. Kaila menempelkan tangannya di dahi Angkasa dan panasnya sudah sedikit turun karena minum obat juga mungkin karena kompresan. Namun Angkasa berkeringat sedikit banyak. “Ennghhh.” Angkasa hanya merintih seperti orang demam kebanyakan. Ada orang yang ketika demam tidak mengeluarkan suara seperti ini, tapi ada juga yang seperti Angkasa, dan Kaila juga termasuk seperti Angkasa jadi kurang lebih dia tahu bagaimana rasanya. Kaila mengusap wajahnya karena tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia benar-benar tidak pernah merawat or
Baca selengkapnya
I Think I Like You
“Jangan jauhin gue ya.” Kaila membeku di tempatnya dengan posisi yang masih sama, sedikit membungkuk dan tangannya masih berada di dahi Angkasa. Dia benar-benar terlihat seperti patung yang bodoh karena ucapan Angkasa barusan. Semalam Angkasa juga mengatakan hal ini, namun semalam ia antara sadar dan tidak sadar jadi Kaila tidak begitu mempermasalahkannya, tapi kali ini Angkasa seratus persen sadar dan fakta kalau mereka berdua saling menatap satu sama lain membuat Kaila semakin kewalahan. Kaila menarik tangannya dari dahi Angkasa dan berdiri dengan benar. Ia menoleh ke sembarang arah asal jangan pada pemuda itu. Terlihat sekali kalau dirinya saat ini sedang kebingungan dengan ucapan Angkasa barusan. “Lo udah makan, ya?” tanya Kaila yang mengalihkan pembicaraan dan melihat ke westafel ada piring kotor di sana. Angkasa tidak menjawab. “Makan apa? mie?” tanyanya lagi dan melirik Angkasa sekilas, tapi setelah itu melihat ke arah westafel lagi padahal tidak ada yang menarik di sana.
Baca selengkapnya
Gue Harus Apa?
Kaila merasakan jantungnya berhenti saat itu juga. Wajah Angkasa yang dekat sudah membuatnya kesulitan, dan ditambah dengan ucapan yang baru saja pemuda itu katakan. Dia tidak tahu harus apa. Dia ingin kabur dari sini dan mengunci dirinya di kamar, tapi Kaila tidak bisa. Angkasa masih mengurungnya. “Gue suka sama lo,” ujarnya sekali lagi. Kaila mengalihkan pandangannya dan mentap pundak Angkasa saja, ia tidak bisa menatap Angkasa tepat di matanya dengan jarak sedekat ini. “Lo demam, Sa. Jadi gue maklumin kalo lo ngawur,” ujar Kaila berusaha sekuat tenaga untuk membalas ucapan Angkasa barusan. “Gue udah sembuh,” sahut Angkasa. “Lo udah nyentuh dahi gue tadi kan? Dan panas gue udah turun seratus persen, Kai.” Ya, Kaila tahu itu. Ia tahu kalau panas Angkasa sudah turun sejak ia menyentuh dahi pemuda itu tadi, tapi dia hanya mengatakan itu untuk membohongi dirinya sendiri. Dia tidak ingin mengetahui kalau Angkasa menyukainya. Dia tidak ingin mempercayainya. “Gue harus apa, Kai?” ta
Baca selengkapnya
Malam Minggu
Terdengar suara ketukan di pintu. “Udah tidur belum?” tanya Angkasa dari luar sana. Kaila segera berdiri dari tidurannya dan membuka pintunya dengan cepat, ia mendapati Angkasa berdiri di depan pintunya. “Kenapa?” tanya Kaila di ambang pintu. “Mau ikut gue keluar gak? Cari angin sama cari makan,” ujar Angkasa dan menyandarkan tubuhnya di dinding samping kamar Kaila. Kaila melirik jam dinding mereka. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Kaila juga tertarik untuk keluar dan mencari jajanan atau mungkin angkringan karena terakhir makan tadi sekitar jam lima sore dan wajar saja kalau sekarang dia kembali lapar. “Mau deh,” sahut Kaila dan keluar dari kamarnya dengan cepat tapi dihentikan oleh Angkasa. “Kenapa?” tanya Kaila menatap heran. Angkasa tidak kalah heran. Ia menatap Kaila dari atas sampai ujung kakinya dan menaikkan alisnya. “Lo serius mau keluar pake baju dan celana pendek kayak gitu?” tanyanya. “Dingin lho,” lanjutnya dan Kaila baru tersadar. Dia memang mema
Baca selengkapnya
Gue Mau Dengar
Angkasa benar-benar sinting. Hanya itu yang bisa Kaila katakan saat ini. Bagaimana tidak, dia bisa-bisanya mengatakan hal itu dengan enteng dan seakan ia benar-benar menyukai Kaila, sedangkan di sisi lain, Kaila berusaha dengan keras agar tidak jatuh pada Angkasa. “Jadi gak makan mie nya?” tanya Angkasa kemudian karena Kaila hanya diam saja sedari tadi. “Jadi, gue laper,” sahut gadis itu dan berjalan ke arah Bapak penjual mie ayam. Untung saja mereka kebagian tempat di sana karena memang sangat ramai. Kenapa deh tiap malam minggu selalu ramai kayak gini? Padahal malam lain juga bisa, ucap Kaila yang sebenarnya hanya kesal karena terlalu ramai di sini. Ia tidak menyukai keramaian tapi dia harus ke sini karena kelaparan. Pada akhirnya rasa lapar memang selalu menang. “Gimana kuliah lo?” tanya Angkasa tiba-tiba ketika mereka berdua sedang menunggu pesanan. “Tiba-tiba banget?” tanya Kaila balik karena memang ini tib-tiba banget Angkasa bertanya tentang kuliah Kaila. Biasanya pemud
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status