All Chapters of Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami: Chapter 71 - Chapter 80
126 Chapters
Reza meninggal
Dalam keadanku yang masih menangis. Mas Yogi tiba tiba datang. Dia melihatku masih berada dalam pelukan Candra."Bagaimana keadaan Reza?!" Tanya Mas Yogi cemas."Dia masih di ICU, belum sadarkan diri." Jawab Candra.Mas Yogi memperhatikan Candra baik baik. Lalu dia melepas tangan Candra yang masih memelukku."Lepaskan!!" Katanya."Mas. Apa apaan sih kamu?" Kataku yang melihat tingkah kasarnya."Jadi seperti ini kelakuanmu sekarang?! Kamu tidak pecus urus Reza karena sibuk gonta ganti pacar?!!!" Bentak Mas Yogi.Candra yang melihatku dibentak olehnya segera membelaku."Jangan bicara keras pada perempuan." Katanya yang langsung berada didepanku."Memang kamu siapanya Reina?!" Tanya dia emosi."Sudah ku bilang aku tunangannya!!!" Kini Candra mulai membentak Mas Yogi."Kamu memang perempuan murahan Re!!! Dimana tunanganmu yang satunya lagi???!!!" Teriak Mas Yogi yang membuat orang disekitar menatap kami.Plaaaakkkkkkkkk, Sebuah tamparan keras mengenai pipi Mas Yogi. Tamparan dari Bapak. D
Read more
Suasana berduka
Sudah berkali kali aku pingsan sebelum Reza dimandikan. Aku bahkan tidak bisa ikut memandikan jenazahnya.Setelah semua beres, kami keluarganya juga beberapa tetangga ikut dalam prosesi pemakaman Reza. Candra menggandeng tanganku. Ibu dan Bapak berdiri disampingku. Mas Yogi juga ikut mendampingiku. Prosesi pemakaman berjalan lancar. Para tetangga berbondong bondong pulang setelah semuanya selesai, disusul Ibu juga Bapak.Aku masih terpaku disana. Melihat gundukan tanah yang mengubur anakku itu."Semoga kamu bahagia disana Nak." Kataku lirih.Candra dan Mas Yogi juga masih menemaniku. Mas Yogi tampak sedih juga menyesal."Maafkan Papa Za. Gara gara keegoisan Papa, kamu harus melihat orang tuamu berpisah. Pasti berat buatmu Nak." Ujarnya.Setelah mendoakannya, Candra kemudian mengajakku untuk pulang. Mas Yogi yang masih bersedih disana, ku tinggalkan begitu saja. Walaupun kasihan, namun dia tetap bukan suamiku lagi.Sesampainya dirumah, kulihat tamu tamu sudah berdatangan. Mereka dat
Read more
Cerita Diki
Malam itu, masih dalam suasana duka. Ibu dan Bapak berpamitan untuk pergi ke rumah sakit. Mereka ingin menemani Diki, Bagaimanapun juga, Reza telah tiada."Kamu dirumah aja gak papa Re. Kami saja yang ke rumah sakit." Kata Ibu ketika berpamitan."Bolehkah Reina ikut, Bu? Reina ingin bertemu Diki juga. Kami belum bertemu sama sekali setelah dia sadar." Jawabku."Apa kamu gak papa Re? Lebih baik istirahat dirumah saja." Sahut Bapak."Tidak Pak. Aku ikut ke rumah sakit saja. Lagian aku hanya akan bersedih jika sendirian dirumah." Lanjutku."Baiklah." Kata Bapak lalu menyuruhku untuk bersiap siap.Usai bersiap kami langsung pergi ke rumah sakit. Diki pasti merasa sangat bersalah dengan kejadian ini. Om Riko ternyata sudah menunggu kami didepan. Dia karyawan paling setia di showroom Bapak."Mari masuk Re, hati hati." Katanya mempersilahkanku masuk ke mobil."Terimakasih Om." Jawabku masih lemas.Mobil segera berjalan setelah Ibu dan Bapak juga masuk. "Bagaimana kondisi Diki?" Tanya Om Ri
Read more
Ratna
Aku mengikuti Ratna masuk ke ruanh rawat Diki. Disana ku melihat dia masih bergaya sopan didepan Bapak juga Ibu. Dia benar benar sedang cari muka pada orang tuaku."Kamu tau Diki kecelakaan dari siapa?" Tanya Bapak sopan."Dari teman Om, Mas Yogi. Dia juga temanku." Katanya polos."Kamu juga kenal dengan laki laki brengsek itu?" Tanya Bapak kemudian."Apa Om bilang tadi? Laki laki brengsek? dia terlihat orang yang baik dan polos." Jawab Ratna."Jangan dekat dekat dengannya, nanti kamu masuk perangkapnya." Lanjut Bapak.Aku, Ibu dan Diki sangat tidak tahan mendengar Ratna membodohi Bapak seperti itu. Ingin sekali ku ungkap jika dialah wanita yang membuat Mas Yogi pergi meninggalkanku. Namun jika ku ungkap soal itu, Ratna pasti akan mengatakan soal hubungannya dengan Diki. Karena tidak ingin Bapak tau soal hal itu, Akhirnya untuk sekarang, aku terpaksa mengikuti permainannya."Oh gitu ya Om. Em, sebenarnya aku juga kenal seorang lelaki, Lelaki ini amat ku cintai. Namun sepertinya kelua
Read more
Polisi
Polisi menghubungiku setelah dua hari yang lalu ku laporkan masalah kecelakaan yang menimpa Diki."Selamat pagi Bu Reina." Kata pak polisi."Iya Pak, selamat pagi.""Kami akan mengabarkan, bahwasanya setelah kami selidiki, ternyata kecelakaan itu benar benar sengaja dibuat oleh seseorang." Kata pak polisi."Jadi beneran ada yang sengaja mau mencelakai adik dan anak saya Pak?""Iya Bu. Untuk sekarang kami masih mencari bukti, butuh beberapa hari untuk kami menyelidiki siapa orang yang ada dibalik ini semua.""Oh, baik pak kalau begitu.""Mungkin Ibu ada musuh atau seseorang yang punya dendam dengan Ibu?" Tanya Pak polisi."Sepertinya saya tidak punya musuh pak. Tapi orang yang tidak menyukai saya, ada." Kataku jujur.Benarkah Ratna? Hanya dia satu satunya orang yang tidak menyukaiku."Boleh Ibu beri tahu kami, agar kami dapat menyelidikinya." Kata polisi.Akhirnya, ku beritahu nama juga alamat tempatnya bekerja."Baik Bu. Terimakasih atas informasinya. Ini sangat membantu kami." Kata P
Read more
Mimpi
Empat hari sudah polisi menyelidiki kasus kecelakaan Diki. Namun belum ada kabar dari mereka. Sepertinya mereka belum menemukan siapa pelaku dari kasus kecelakaan ini."Kenapa melamun?" Tanya Candra yang masih berada dirumahku setelah menjemputku tadi."Masih nungguin kabar dari polisi Ndra." Jawabku."Soal apa?" Tanya dia yang memang belum ku beri tahu masalahnya."Kecelakaan Diki." Jawabku."Kamu lapor polisi Re?" Tanya Candra."I_iya Ndra. Diki berkata bahwa dia melihat sebuah mobil yang sengaja ingin menabraknya." Jawabku."Kenapa kamu gak kasih tau aku? Aku kan bisa menyelidikinya juga Re." Jawabnya."Maaf Ndra. Aku masih belum yakin soalnya, sehingga aku tidak memberitahumu. Aku hanya memberi tahu polisi saja. Mereka pasti akan menyelidiki lebih lanjut lagi." Jawabku."Dimana Diki? Bolehkah aku menemuinya?" Tanya Candra."Bukannya kamu udah sering menjenguknya?" Tanyaku. Candra memang hampir tiap hari menjenguk Diki ketika kesini."Ini masalahnya lain Re. Aku mesti bertanya leb
Read more
Kecurigaan Candra
Pagi harinya, saat kami sedang sarapan, terdengar suara mobil Candra datang. Sepertinya dia tidak kesiangan lagi hari ini."Assalamualaikum." Salam Candra.Aku keluar untuk mempersilahkannya masuk. Ku ajak dia ke ruang makan untukku ajak sarapan sekalian."Ayo ikut sarapan sekalian Nak Candra." Ajak Bapak."Iya Om, saya sudah sarapan barusan." Jawab Candra."Jadi gak mau gabung nih?" Tanya Ibu."Iya tante makasih. Lain kali saja." Jawab Candra.Karena Candra tidak ikut bergabung maka aku segera menghabiskan sarapanku. Merasa tidak enak jika membuatnya menunggu terlalu lama."Ya udah ayo!" Ajakku yang sudah menyelesaikan sarapan."Kok buru buru Re. Habisin dulu aja gak papa." Lanjut Candra."Udah Ndra. Aku udah kenyang." Jawabku.Kami pun berangkat setelah berpamitan.Dalam perjalanan, Candra terlihat khawatir. Sepertinya ada yang sedang dipikirkan."Kamu kenapa Ndra? Kok kaya cemas gitu?" Tanyaku."Em_em gimaja ya Re? Aku mau mulai ngomongnya dari mana?" Kata Candra."Ngomong aja, g
Read more
Tersangka
Sore itu ketika aku hendak membaringkan badan ke kasur, tiba tiba ponselku berbunyi. Telepon dari Candra."Halo, ada apa Ndra." Tanyaku. Candra meneleponku padahal baru saja pergi dari rumahku beberapa menit yang lalu."Aku baru saja nemuin Kak Serli. Dia terlihat bingung ketika ku tanya soal kecelakaan." Lanjut Candra."Berarti bukan dia pelakunya Ndra." Jawabku."Iya, sepertinya aku salah sangka Re. Oh ya, soal jam tangan yang tadi kamu titipin ke aku, udah aku kembalikan pada Kak Serli." Sambungnya."Apa dia marah?" Tanyaku."Dia diam saja. Dia beralasan jika dia cuma ingin dekat dengan calon adik iparnya." Ujar Candra."Mungkin memang benar apa katanya Ndra." "Gak mungkin Re. Dia bukan tipe orang seperti itu. Pasti dia punya niat lain, namun dia pandai mencari alasan." Sambungnya."Ya udah Ndra. Gak papa, asal dia gak marah. Dan soal kecelakaan itu, aku yakin bukan Bu Serli orangnya." Tambahku."Iya Re. Semoga polisi cepat menemukan pelaku yang sebenarnya." Ucap Candra.Setelah i
Read more
Toko batik
Pulang dari kantor polisi, aku meminta Candra untuk datang ke rumah. Memintanya untuk mengantarkanku ke butik. [Iya Re. Tunggu sebentar ya. Selesai urusan ini aku segera kesana.] isi pesan yang ku terima dari Candra.[Baik, aku tunggu ya.] Balasku.Setelah hampir satu jam menunggu, Candra belum juga datang. Tidak biasanya dia membuatku menunggu seperti ini.Setelah kubatalkan niatku untuk pergi ke butik, tiba tiba Candra datang. Dia meminta maaf karena telah membuatku menunggu terlalu lama."Iya gak papa Ndra." Jawabku."Kamu gak marah kan Re?" Tanya Candra."Egak Ndra. Santai aja, Oh ya aku tadi dari kantor polisi lo." Terangku."Ngapain? Apa pelakunya sudah tertangkap?" Tanya Candra."Iya Ndra. Ternyata dugaanku benar." Balasku."Jadi benar perempuan itu yang nabrak, Re?""Iya Ndra." Ucapku.Candra hanya menggelengkan kepalanya. "Apa suamimu sudah mengetahuinya?" Tanya Candra lagi."Sepertinya dia belum tau." Jawabku.Candra lalu menyuruhku untuk memberitahu Mas Yogi. Dia ingin a
Read more
Diki dan bu serli
Semenjak bertemu dengan Bu Serli di Toko batik kemarin, aku menjadi rendah diri dengan keluarga Candra. Mungkinkah orang tuanya juga bersifat demikian.Ibu yang melihatku termenung lalu menghampiriku. Dia kemudian duduk disebelahku."Kamu kenapa Re? Masih teringat Reza?" Tanya Ibu."Bagaimanapun juga dia tetap darah dagingku Bu." Jawabku."Iya Ibu tau. Memang tidak mudah untuk melupakannya. Oh ya, bagaimana persiapan pertunangan kamu? Udah siap semua kan?" Tanya Ibu."Udah Bu. Kemarin Candra dan aku pergi ke butik mencari Kemejanya dan juga kebayaku." Jawabku."Bagus lah kalau sudah siap. Oh ya, jangan lupa undang Fida juga Rendi, walaupun orang tuanya gak menyukaimu, tapi dia kan temanmu juga. Dia juga baik." Sambung Ibu."Iya Bu. Bagaimana kondisi Diki sekarang, Aku jarang ke kamarnya sekarang." Kataku."Dia sudah lebih baik Re. Namun dia belum mau kuliah. Entah kenapa." Kata Ibu."Ya udah, biar Reina yang tanya apa masalahnya ya Bu. Tapi beneran dia udah sehat kan?""Iya Re." Jawab
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status