All Chapters of Karir Melejit Setelah Dicampakkan Suami: Chapter 61 - Chapter 70
126 Chapters
Desi
Setelah mendengar perkataan Desi semalam, aku semakin yakin dengan keputusanku. Aku merasa lega jika Rendi juga sudah bisa merelakanku. Candra yang sekarang menjadi penjemput setiaku sudah menunggu di depan. "Reina langsung pamit ya Bu." Kataku setelah sarapan." "Iya Re. Hati hati." Jawab Ibu."Salam buat Candra." Lanjut Bapak. Candra sengaja tidak mampir dulu karena sudah siang. Dia takut jika mampir akan membuatku terlambat sampai dikantor."Baik Pak." Jawabku lalu keluar meninggalkan Bapak juga Ibu yang masih meneruskan sarapannya."Maaf hari ini aku datang agak siang Re." Kata Candra."Iya gak papa Ndra. Ini juga baru jam setengah tujuh lewat sedikit. Masih ada beberapa menit lagi kok." Jawabku."Ya udah yuk langsung berangkat aja." Ajakku kemudian.Dalam mobil Candra menanyakan tentang Bu Serli."Apa Kak Serli menghubungimu lagi?" "Tidak Ndra. Dia belum menghubungiku. Mungkin hari ini?" Kataku."Jawab seperti yang aku katakan ya Re. Aku gak mau Kak Serli bertindak terlalu j
Read more
Tanggal pertunangan
Sore harinya ketika aku hendak pulang, kulihat Rendi berdiri di dekat pintu keluar. Dia seperti sedang menunggu seseorang. Mungkinkah Desi yang dia tunggu?Aku berjalan melewatinya, ku sapa dia seperti biasa."Hai Ren." Sapaku."Em, ada yang mau ku tanyakan sama kamu!" Kata Rendi serius."Ada apa?" Tanyaku."Apa kamu benar benar akan menikah?" Tanya Rendi."Iya Ren. Kamu udah tau ya?" Tanyaku."Mudah sekali bagimu untuk berpaling Re! Kata Rendi."Kecewa aku pernah mengenalmu!" Lanjutnya kemudian pergi."Ren. Maaf jika ini melukaimu." Kataku.Rendi tidak peduli dengan apa yang ku ucapkan. Dia berjalan terus meninggalkanku, semakin jauh." Awalnya aku takut kamu akan terluka, namun setelah aku tau kamu udah dapat penggantiku, itu membuatku sedikit lebih lega." Sambungku.Rendi yang sudah berjalan, kemudian berbalik arah. Dia kembali menghampiriku."Apa kamu bilang?! Dapat penggantimu!!!! Maaf Re, aku bukan orang sepertimu. Tidak mudah bagiku melupakan seseorang yang begitu berarti dihid
Read more
Cerita Fida
Fida menjemputku pagi ini, Dia sengaja ku telepon semalam karena Candra gak bisa menjemputku. Fida yang memang sudah lama tidak berangkat bareng, dia dengan senang hati mau menjemputku."Oke, besok ku jemput." Katanya semalam. Fida memintaku untuk mengirim alamat rumah Ibu. Pagi harinya.Tin tin. klakson mobil Fida beberapa kali berbunyi, itu tandanya dia sudah menungguku didepan."Wait!!! Teriakku yang belum selesai sarapan. Karena tidak ingin Fida menunggu lebih lama lagi, aku segera mengambil roti tawar yang sudah diisi selai lalu memasukkannya ke dalam mulutku."Maaf telat." Katanya."Gak telat kok Da." Jawabku seraya masuk ke mobil. Mulutku penuh dengan roti yang baru saja ku makan."Emang kamu lagi sarapan ya?" Tanya Fida."Iya. Baru makan dikit, eh kamu udah klaksoni mulu." "Aduh maaf dong. Aku kan gak tau kalau kamu lagi sarapan." Ujarnya."Nih aku bawa roti, mau gak?" Kataku seraya menyodorkan tupperware berisi roti tawar yang berisi selai itu."Gak usah. Aku baru sarapan
Read more
Ikut perintah pak Hisyam
Hari ini hari sabtu, aku libur bekerja. Seperti yang sudah dikatakan Pak Hisyam kemarin, aku akan ikut dengannya juga Bu Serli.Aku menunggu dijalan yang biasanya untuk menunggu taksi. Pak Hisyam akan menjemputku disana.Selang berapa menit aku menunggu, ku lihat sebuah mobil berwarna merah berhenti. "Ayo Re!" Teriak suara dalam mobil, ternyata Pak Hisyam.Aku bergegas menghampiri lalu masuk ke mobilnya."Selamat pagi Bu." Sapaku yang juga melihat Bu Serli."Iya Pagi." Jawabnya Bete.Aku merasa sedikit tidak enak padanya, karena aku lebih memilih untuk menerima ajakan Pak Hisyam.Dalam mobil itu, suasana canggung sangat terasa. Aku bahkan tidak berani untuk berbicara sepatah katapun.Setengah jam kemudian, kami sampai dirumah Candra. Ku lihat rumahnya lebih luas dan lebih besar dari rumah Rendi. Sepertinya keluarga mereka lebih berada dari pada keluarga Rendi.Tante Eni yang melihat kedatangan kami segera menyambut dengan wajah sumringah. "Kamu ke sini juga Re?" Tanya Tante Eni ya
Read more
Setir mobil
Karena tidak ingin membuatku canggung dengan Bu Serli, Candra menyuruhku untuk tinggal dulu seventar dirumahnya. Membiarkan Pak Hisyam dan Bu Serli untuk pulang terlebih dahulu."Ya udah kami duluan ya Re." Kata Pak Hisyam ramah. Sedang Bu Serli, dari tatapan matanya dia terlihat sangat marah. Dia langsung pergi tanpa berpamitan dulu dengan Tante Eni."Udah biarin aja Re. Memang seperti itu wataknya." Kata Tante Eni setelah bersalaman dengan Pak Hisyam.Usai Pak Hisyam pergi, Tante Eni menyuruhku untuk duduk sebentar dengannya. Candra membiarkan kami untuk ngobrol berdua."Jadi dia pernah nyuruh kamu buat bujuk Candra kembali padanya?" Tanya Tante Eni."Iya Tante. Kok Tante bisa tau?""Iya, Candra yang bilang. Besuk lagi gak usah dekat dekat dengan dia ya Re. Nanti sifat baikmu terpengaruh oleh sifat buruknya." Lanjut Tante Eni."Apa Bu Serli jarang ke sini Tante?" Tanyaku akhirnya."Bukan jarang lagi Re, hampir gak pernah. Mungkin dia menganggap orang tuanya sudah meninggal kali." Ki
Read more
Mobil baru
Minggu Pagi Candra menjemputku tanpa sepengetahuanku. Dia tiba tiba sudah berada dirumah menikmati secangkir kopi bersama Bapak."Udah Bangun Re?" Tanya Candra melihatku yang baru keluar kamar."Loh kok?" Kataku kaget. Kenapa dia gak nelpon atau kirim pesan dulu jika mau datang?"Iya. Candra udah dari tadi disini. Bapak mau bangunin kamu katanya gak usah." Sahut Bapak."Loh ngapain datang pagi banget?" Tanyaku yang tidak mengetahui jam berapa itu."Coba kamu lihat jam dulu Re, baru mengatakan itu. Jangan bikin malu Bapak lah didepan Candra." Lanjut Bapak.Memang sekarang jam berapa? Kulihat jam dinding yang menempel tepat diatas pintu kamarku.Astaga, udah jam sembilan lebih. Malunya aku baru bangun. Kenapa Candra musti ada disini lagi."Em, Maaf. Habis tadi malam tidur agak larut, sengaja. Kan hari ini libur " Kataku lirih."Ya udah sana mandi. Katanya mau pergi sama Candra?" Kata Bapak.Pergi? Kemana? Bukankah kita gak ada janji pergi hari ini?"Bapak sendiri gak ke showroom tumben
Read more
Sikap Bapak
Candra berpamitan pulang setelah mengantarkanku. Dia bahkan tidak bilang jika kami dari showroom. Bagaimana jika Ibu dan Bapak nanti kaget ketika mobilnya datang. Apa yang harus ku katakan?"Jalan jalan dari mana Re?" Tanya Ibu setelah Candra pulang."Dari_dari showroom Bu." Jawabku."Ngapain? Bukannya mobil candra masih bagus?" Tanya Ibu lagi."Iya Bu." "Lalu? Ke showroom cuma liat liat doang?""Em, sebenarnya_sebenarnya_""Sebenarnya Kak Reina dibeliin mobil sama Candra Bu." Sahut Diki tiba tiba yang entah dari mana asalnya."Beneran Re?!" Tanya Ibu serius."Bener gak Kak?" Tanya Diki.Dari mana dia tahu? Memangnya aku sudah memberitahunya?"Sok tau." Ujarku."Ya bisa saja kan." Lanjutnya.Sepertinya Diki memang belum mengetahui yang sebenarnya. Dia hanya asal menebak."Jangan deh Re. Kasian Bapakmu, malu nanti." Ujar Ibu."Kenapa malu Bu?""Ya karena kamu minta dibeliin mobil, padahal kalian belum resmi menikah." Sambung Ibu."Jika Candra yang memaksa gimana Bu?" Tanyaku."Jadi b
Read more
Jam Tangan
Candra berpamitan pulang setelah mengantarkanku. Dia bahkan tidak bilang jika kami dari showroom. Bagaimana jika Ibu dan Bapak nanti kaget ketika mobilnya datang. Apa yang harus ku katakan?"Jalan jalan dari mana Re?" Tanya Ibu setelah Candra pulang."Dari_dari showroom Bu." Jawabku."Ngapain? Bukannya mobil candra masih bagus?" Tanya Ibu lagi."Iya Bu." "Lalu? Ke showroom cuma liat liat doang?""Em, sebenarnya_sebenarnya_""Sebenarnya Kak Reina dibeliin mobil sama Candra Bu." Sahut Diki tiba tiba yang entah dari mana asalnya."Beneran Re?!" Tanya Ibu serius."Bener gak Kak?" Tanya Diki.Dari mana dia tahu? Memangnya aku sudah memberitahunya?"Sok tau." Ujarku."Ya bisa saja kan." Lanjutnya.Sepertinya Diki memang belum mengetahui yang sebenarnya. Dia hanya asal menebak."Jangan deh Re. Kasian Bapakmu, malu nanti." Ujar Ibu."Kenapa malu Bu?""Ya karena kamu minta dibeliin mobil, padahal kalian belum resmi menikah." Sambung Ibu."Jika Candra yang memaksa gimana Bu?" Tanyaku."Jadi b
Read more
Saran Bapak
"Itu tadi siapa Re?" Tanya Candra ketika kami sudah dalam perjalanan. "Dia Rendi Ndra. Manajer Pemasaran kantor." Jelasku."Oh." Jawab Candra singkat. Dia tidak bertanya lebih soal Rendi lagi."Kenapa Om Heru ingin bertemu denganku? Mungkinkah dia tidak suka dengan caraku membelikanmu mobil Re? Apa karena kita beli mobil di luar Showroomnya?" Tanya Candra."Bukan Ndra. Bapak tidak mempermasalahkan soal kita beli mobil dimana." Jawabku."Lalu?""Dia cuma mengira jika aku yang memintamu membelikan mobil.""Emang kamu gak bilang jika aku yang ingin membelikanmu mobil?" "Aku udah bilang. Cuma Bapak tetep aja mau ketemu kamu dulu." Lanjutku.Candra diam lalu mengendarai mobilnya dengan cepat. Tidak butuh waktu lama, kami akhirnya sampai juga dirumah."Tapi Bapak belum pulang Ndra." Kataku yang memang tau jam berapa Bapak pulang dari showroom."Ya udah gak papa. Aku akan tunggu, itung itung sambil mengenal Reza lebih dekat." Sambungnya.Kami lalu masuk. Di dalam ternyata Bapak sudah pula
Read more
Reza kecelakaan
Setelah Candra pulang, kami segera masuk. Bapak memberi sedikit nasihat lagi padaku. Dia melarangku untuk menerima hadiah atau pemberian Candra selama kami belum sah jadi suami istri."Kamu paham kan?""Iya Pak." Jawabku.Bapak juga Ibu melakukan itu sebenarnya untuk melindungiku juga. Penilaian orang tua tentang janda pasti selalu berkonostasi negatif. Walaupun bukan kita yang minta dan hanya diberi oleh pasangan kita, tapi mereka tetap menganggap bahwa seorang janda tetaplah janda."Ya udah Pak. Reina mandi dulu." Kataku yang kemudian meninggalkan Bapak juga Ibu.Ketika aku hendak pergi ke kamar mandi, tiba tiba ponselku berdering. Ku buka ponselku lalu kulihat siapa yang menelepon. Ternyata Bu Serli. "Halo, selamat malam Bu." Sapaku."Selamat malam Re. Lagi ngapain?" Tanya Bu Serli akrab sekali."Ini lagi mau mandi Bu. Ada apa Ibu menelepon saya?" Tanyaku."Oh lagi mau mandi. Saya cuma mau tanya, Bagaimana dengan Jamnya? Apa kamu suka?" Tanya Bu Serli.Astaga Jam tangan. Aku samp
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status