All Chapters of Thirty Days: Chapter 31 - Chapter 40
50 Chapters
Mr. Adam, Inspektur, dan Nohan
Nohan sudah hendak membersihkan toilet siswa, saat tiba-tiba namanya dipanggil dari arah pintu oleh seseorang. "Nohan!"Nohan menoleh, dan melihat Mr. Henry berdiri di sana menatapnya. "Ada yang bisa kubantu, Mr. Henry?" tanya Nohan bergegas mendekat pada Mr. Henry. Mr. Henry menggeleng sebagai jawaban, "Tidak ada, Nohan! Hanya saja kau dipanggil ke ruang BK oleh Mr. Adam!" jelas Mr. Henry dengan wajah seriusnya. Apa ini perihal polisi? Apa ini yang menyebabkan Dev mengamuk padanya? Ya sepertinya begitu. Nohan menganggukkan kepalanya, "Baiklah aku akan segera kesana, Mr. Henry!" saut Nohan sopan. Mr. Henry juga mengangguk, dan hendak melangkah pergi. Tetapi entah mengapa mendadak berhenti kembali, dan menoleh pada Nohan. "Bertahanlah, Nohan!" kata Mr. Henry tersenyum seolah menyemangati Nohan. Nohan ikut tersenyum meski itu tipis. Setelahnya Mr. Henry benar-benar melengang pergi meninggalkan Nohan. "Apa aku harus kesana? Apa ini pilihan yang tepat?" tanya Nohan pada dirinya
Read more
Three Day
Hari berikutnya, saat Nohan hendak berangkat ke sekolah. Saat itu juga Paman Khamdi mengatakan sesuatu, yang membuatnya terdiam cukup lama."Aku tahu sesuatu telah membuatmu jadi begini, Nohan! Jika kau ingin menyerah, nanti setelah pulang sekolah katakan saja padaku!" kata Paman Khamdi tersenyum ramah. Nohan menganggukkan kepalanya, "Terima kasih, Paman Khamdi!" saut Nohan tersenyum. "Pergilah! Dan hati-hati di jalan, jangan lupa untuk belajar dengan rajin!" kata Paman Khamdi saat Nohan mencium punggung tangannya, tanda ia berpamitan hendak berangkat ke sekolah. Nohan menengok ke sana kemari, tetapi kemudian ia berhenti kala suara Paman Khamdi menginterupsinya. "Mr. Dharma sedang sakit, Nohan! Jadi pergilah, nanti aku akan menyampaikan salammu padanya!" kata Paman Khamdi tersenyum hangat. Nohan mengangguk patuh, "Baiklah, Paman! Kalau begitu aku pergi, selamat pagi!" pamit Nohan yang segera berlari keluar pekarangan rumah. "Selamat pagi! Hati-hati!" balas Paman Khamdi sembari b
Read more
Melawan Mereka
Nohan mendesis marah, tangannya terkepal makin kuat. "Kau marah?" ejek Jay memandang Nohan remeh. "Hanya marah saja tapi tidak bisa melawan kami, sungguh percuma!" ejek Ray yang masih berdiri di depan Nohan. Nohan memandangi Ray dengan perasaan jengkel luar biasa, ia menatapnya tajam. Dan tanpa pernah ada yang menduganya, detik itu juga Nohan mendorong Ray hingga terjatuh begitu saja. Nohan bahkan langsung memukul Ray yang dalam posisi telentang, ia memukulnya secara membabi buta. Bugh...Aku membencimu. Bugh...Ini balasan untuk orang tidak waras sepertimu. Bugh...Aku membencimu hingga ke urat nadiku. Bughh..."HEI ANSOS!" teriak Jay menggelegar, ia berusaha menarik Nohan agar berhenti memukul Ray. Tetapi Nohan sudah kehilangan ketakutannya, keberaniannya kembali meluap membuatnya tak takut apapun risikonya. Bugh...Mati saja kau. Bughh...Aku membencimu melebihi apapun di dunia ini. Bugh...Jio dan Ren yang melihat situasi makin tak terkendali mendekat. Ray sudah tak
Read more
Melenyapkan Mereka
"Kemana anak itu ya, Tuhan?" monolog Mr. Adam bertanya-tanya.Nohan, Dev, dan Edy sudah berada di dalam gudang sekolah. Ketiganya berusaha mengendalikan deru napas masing-masing, jangan sampai terdengar keras. Mereka masih bernapas tergesa-gesa lantaran baru saja saling memukul. Edy melongok ke jendela, dan menatap Dev mengatakan bahwa Mr. Adam baru saja pergi. Kini ketiga anak manusia itu sudah berdiri saling berhadapan, saling menatap sengit bak musuh bebuyutan. "Kita selesaikan kali ini!" tegas Dev yang diangguki oleh Edy. Nohan hanya menyeringai mendengarnya. Kalian berdualah yang akan selesai. Batin Nohan penuh dendam. "Kau! Dasar pecundang!" ejek Dev dan mulai melancarkan pukulan ke arah Nohan, yang sayangnya meleset. Bugh...Nohan balas memukul Dev, dan tepat mengenai pangkal hidungnya membuat Dev meringis menahan sakit. Dev mundur sementara, kemudian Edy maju menyerang Nohan. Bugh...Belum sempat melayangkan pukulan, Nohan sudah menonjoknya terlebih dahulu. Dan kali i
Read more
Four Day
Hari berikutnya saat Nohan hendak berangkat sekolah, Paman Khamdi mengajaknya duduk sebentar di teras rumah. "Duduklah, Nohan! Aku ingin mengatakan sesuatu padamu setelah aku mendengar ceritamu semalam," kata Paman Khamdi tersenyum hangat seperti biasanya. Nohan tersenyum, dan menganggukkan kepala. Buru-buru ia duduk di sebelah Paman Khamdi--di kursi anyaman rotan. "Ada apa, Paman?" tanya Nohan yang sudah duduk bersebelahan dengan Paman Khamdi. Paman Khamdi menarik napasnya dalam, lalu tersenyum menatap Nohan. "Nohan! Kau telah berhasil melenyapkan mereka berdua, maka kau juga harus melenyapkan empat berikutnya!" kata Paman Khamdi serius, "Kau harus bisa melenyapkan mereka dalam waktu tiga puluh hari, atau jika kau mampu melakukannya jauh lebih cepat, itu jauh lebih baik, Nak!" lanjutnya menepuk bahu Nohan. Nohan terdiam cukup lama."Tapi kenapa?" tanya Nohan penasaran. Ia merasa kenapa harus? Kenapa harus melenyapkan mereka? Kenapa harus melenyapkan Jay, Jio, Ray, dan Ray? Ken
Read more
Buku Bersampul Hitam
Nohan pada akhirnya mau tak mau harus menceritakannya pada Mr. Adam. "Aku mengalami perundungan, Mr. Adam," cerita Nohan membuat Mr. Adam terkejut, memandangi Nohan tak percaya. Tetapi ia memilih diam, dan membiarkan Nohan melanjutkan ceritanya. Nohan menarik napasnya dalam, "Mereka berempat adalah pelakunya, mereka menghancurkan hidupku, mimpiku, segala hal yang kupunya! Aku membenci mereka, Mr. Adam! Mereka sering memukulku, menyiramku dengan sesuatu yang menjijikkan, bahkan jika bisa mungkin mereka akan membunuhku," cerita Nohan dengan wajah serius, "Aku sungguh ingin melawan mereka, tapi selalu saja keberanianku menghilang, aku tidak tahu dia kemana. Dan pada akhirnya aku menjadi manusia yang lemah.""Aku tidak bisa melawan mereka, Mr. Adam. Selama bertahun-tahun, hingga akhirnya kemarin aku bisa melakukannya, aku melawan Ray, membuatnya jatuh ke lantai dan kupukul dia. Lalu karena Jio memukulku dari belakang, aku kehilangan fokus. Ren dan Jay akhirnya membawa Ray ke UKS, dan s
Read more
Semua Hal Tentang Ayah
Nohan terkesiap melihat siapa yang berdiri di hadapannya--yang baru saja memanggilnya. "A-Ayah?" Seseorang itu tersenyum lebar, dan merentangkan tangannya meminta dipeluk. Nohan terdiam cukup lama, wajahnya basah air mata. "Nohan! Ayah di sini," seseorang itu bersuara lagi, tersenyum lebar dan makin lebar merentangkan tangan. Sungguh ini ayahnya? Sungguh, Tuhan? Ternyata benar, ternyata benar bahwa Nohan memang sangat mirip dengan ayahnya. Wajahnya sangat mirip, seperti duplikat yang sengaja diciptakan Tuhan. "Ayah?" Seseorang itu mengangguk, sampai ketika Nohan berjalan mendekat--hendak memeluknya. Saat itu semuanya hilang, seseorang itu dan senyumannya, rentangan tangannya, dan suaranya--semuanya hilang dalam seketika. Nohan terdiam, jadi Nohan berhalusinasi? Jadi ayahnya tidak sungguhan datang barusan? Kenapa, Tuhan? Kenapa barusan tidak sungguhan terjadi? Nohan kembali jatuh terduduk, ia menatap kosong sekeliling, dengan kedua tangan memegang erat buku bersampul hitam, y
Read more
Darwin
"Kau baik-baik saja?"Nohan terdiam melihat siapa yang kini berdiri di depannya. "Kenapa Ibu kesini? Kenapa kau tahu aku di sini?" tanya Nohan menatap ibunya. Ibu Nohan mendekat tetapi Nohan justru mengatakan sesuatu, yang membuatnya terdiam. "Jangan mendekatiku, Bu! Aku kecewa padamu, kau menjauhkan Ayah dariku, Bu!" kata Nohan menatap ibunya terluka. "Noh--han? Nohan!" panggil ibunya, tetapi Nohan mengabaikannya dan berlari keluar. Tetapi saat itu juga langkahnya terhenti di depan pintu gudang. "Kau selalu tidak percaya padaku, Bu! Tapi aku ingin mengatakan sesuatu padamu, aku bertemu Ayah! Aku bertemu Ayah tapi dia pergi setelah melihat Ibu, tapi aku tahu kau pasti tidak akan percaya, Bu!" kata Nohan dan berikutnya benar-benar melengang pergi. Ibu Nohan terdiam, ia jatuh terduduk begitu saja mendengar kalimat Nohan barusan. "Nohan? Kenapa? Kenapa sakitmu makin parah, Nak?" lirih Ibu Nohan menatap kepergian Nohan, yang makin jauh dari pandangannya. Sejauh Nohan yang makin h
Read more
Kamu Tidak Bisa Melarikan Diri
Nohan terdiam kala merasakan ada tangan, yang memeluknya. "Nohan! Dengarkan aku, kau harus bertahan, kau tidak bisa melarikan diri lagi, kau harus menghadapi mereka semua apapun risikonya," kata seseorang yang ternyata adalah Paman Khamdi, pelukannya makin mengerat saat Nohan makin menatap kosong sekitarnya. "Nohan! Nohan!" panggil Paman Khamdi melepas pelukkannya. "Nohan!" panggilnya lagi sembari menggoyangkan bahu Nohan kencang, berusaha membuat Nohan kembali."Aku ingin bertemu Ayah, Paman!" kata Nohan lirih, tatapannya semakin kosong. Paman Khamdi menatap Nohan makin khawatir, "Kau ingin bertemu dengannya? Kau ingin memeluknya bukan? Maka kau harus bertahan, kau harus tetap jadi Nohan! Kau harus mengalahkan mereka semua, Nohan! Kau bisa melakukannya!" tegas Paman Khamdi menatap Nohan berusaha meyakinkan.Nohan terkesiap, dan kembali menatap Paman Khamdi yakin."Aku akan bertahan, Paman! Aku akan bertahan demi Ayah, Paman! Aku akan bertahan!" katanya sembari mengepalkan tangan
Read more
Five Day
Hari berikutnya Nohan tidak berangkat sekolah, ia demam dan dirawat di rumah sakit, setelah mengalami kejang lantaran demam yang terlalu tinggi. Nohan terbaring lemah di rumah sakit, wajahnya damai meski lebam biru masih nampak di sana dengan jelas. "Aku akan membuatnya hidup kembali normal, Dama! Aku berjanji," monolog Paman Khamdi yang sedari tadi duduk di sebelah brankar Nohan. "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Nohan sepertinya sudah semakin parah, bukankah begitu, Khamdi?" tanya Ibu Nohan menatap nanar Paman Khamdi, yang duduk di seberangnya. Paman Khamdi menghela napas, "Kau sudah tahu keadaannya, Hanna! Akan percuma kalau aku berbohong dengan mengatakan bahwa Nohan baik-baik saja, sejauh ini aku sudah berusaha membantunya untuk bangkit, untuk melenyapkan mereka semua, dia berhasil melenyapkan dua dari mereka, itu artinya Nohan mau berusaha, dia mau berusaha sembuh," kata Paman Khamdi sembari menatap Nohan, yang sedari tadi malam belum sadarkan diri. Ibu Nohan mengangkat
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status