Semua Bab Nama Perempuan Lain di Buku Harian Suamiku: Bab 71 - Bab 80
99 Bab
Bab 71
"Kamu mengirimi Wulan uang, Ris?" tanya Ibu. "Nggak, Bu! Arum hanya mengada-ada saja. Mana mungkin Haris mengirimi dia uang?" "Mas!" teriakku, hingga jahitan di perut terasa sedikit perih. "Apa, sih, Dek?" "Kalau kamu mau begini terus, aku nyesal udah nikah lagi sama kamu. Mending pisah!" ucapku. Bapak mengelus pundakku, sementara Ibu langsung memeluk. Sementara Mas Haris masih terdiam. "Jangan begini, Nduk. Haris, beritahu kami apa alasanmu mengirimi uang untuk Wulan?" tanya Bapak, yang sedari tadi diam. Mas Haris terlihat frustasi. Ia mengacak rambutnya dan akhirnya duduk di sebelah Lina. Kepalanya menunduk, seolah ia menyesali perbuatannya. "Maaf, Rum. Aku cuma kasihan sama dia. Aku yang membuat dia keluar kerja." "Kok kamu? Andai dia gak jahat sama aku, dia pasti nggak akn berhenti kerja dengan terpaksa begitu, Mas. Jangan menyalahkan dirimu. Aku benci itu." "Apa yang diucapkan oleh Arum itu benar, Ris. Andai, Wulan bisa bersikap lebih dewasa, pasti dia takkan mengalami
Baca selengkapnya
Bab 72
"Kinos?" Mas Haris berdiri di hadapanku, membuatku jadi menoleh padanya. "Mau apa kamu ke sini?" "Aku ingin bertemu dengan Arumi." "Mau apa bertemu dengan istriku?""Maksud aku, mau bertemu dengan Rumi. Yang pake kursi roda. Aku, kangen sama dia."Mataku seketika membeliak, begitupun dengan Mas Haris yang langsung minggir dan menatapku. Kinos, kangen Rumi? Tunggu, sebenarnya apa yang terjadi? "Duduk dulu, Kin," ucapku mempersilakannya duduk. Kinos mengangguk dan duduk di kursi satu lagi. Mas Haris duduk di depannya, sementara aku masuk untuk membuatkan minuman. Dalam hati bertanya-tanya, ada urusan apa Kinos sampai ingin menemui Rumi? Kangen? Apa mereka memiliki hubungan?Aku menggelengkan kepala. Tak mungkin. Bukankah Rumi mencintai Mas Haris? Lagi pula, sudah delapan bulan sejak wanita itu masuk ke pesantren. Bagaimana mereka bisa memiliki hubungan?"Silakan diminum," ucapku sambil menaruh cangkir berisi teh susu kesukaannya. "Makasih, Rum. Jadi, kedatanganku ke sini, ingin m
Baca selengkapnya
Bab 73
"Duh, yang cemburu," ucapku. "Dih, siapa juga yang cemburu?!" Mas Haris pun masuk ke dalam rumah, meninggalkanku yang terbengong sendiri dengan sikapnya. Allah, kenapa pula dia cemburuan? --Sesuai kesepakatan, hari ini Kinos datang lagi dengan dua orang anggota keluarganya pada pukul satu siang. Aku kenal mereka, om dan tante dari pihak Mamanya Kinos. Rumi juga sudah pulang dijemput oleh Mas Haris dan Hana kemarin. "Rumi? Ya Allah, lama sekali, Nak? Baru sekarang kita ketemu," ucap Tante Viola. "Iya, Tante. Alhamdulillah, baik. Tante sama Om gimana kabarnya?" "Alhamdulillah baik juga." Kami pun memulai acara. Om Stevan megutarakan kedatangan mereka untuk melamar Rumi. Tante Viola terus menggenggam tanganku, karena dulu kami memang cukup dekat. Jarinya mengelus pipi Renda yang tertidur di pangkuanku. "Kedatangan kami ke sini, ingin melamar Rumi untuk keponakan saya, Kinos. Bahkan, dia mengajak untuk nikah sekalian. Demi menghindari dosa." Kami cukup terkejut mendengar ucapan
Baca selengkapnya
Bab 74
Season 2 ( Arumi-Kinos)"Saya terima nikah dan kawinnya, Arumi Putri Nadir bintu Nadirun dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai!""Bagaimana saksi? Sah?" "Sah!" Suasana mengharu biru itu, masih terekam jelas dalam ingatanku satu tahun yang lalu. Saat Mas Kinos melamarku dan menjadikanku seorang istri. "Kita langsung pindah setelah sebulan kita di sini, ya?" pinta Mas Kinos, karena saat ini kami sedang di rumah orang tua Mas Haris. Mas Haris sendiri adalah lelaki yang dulu pernah berniat menikahiku, namun nyatanya, takdir tak berpihak pada kami. Entah karena cinta itu semakin memudar, atau memang sejak awal memang tak ada. "Iya, Mas. Aku ikut saja apa katamu," ucapku. Setelah sebulan di sana, kami memutuskan untuk pindah dari rumah Ibu ke rumah yang sudah dibeli oleh Mas Kinos. Awal rumah tangga, merupakan saat-saat bahagia yang tak pernah ingin kulewati begitu saja. Aku hidup bahagia di rumah ini. Memiliki Mas Kinos dan Kak Karin sebagai kakak iparku. Namun nyata
Baca selengkapnya
Bab 75
"Apa, Mas?" "Aku mau menikah lagi, Rum," ucap Mas Kinos sambil menundukkan kepalanya. "Me-menikah lagi? Tapi aku bagaimana? Bukankah kata kamu, akan setia sama aku, bagaimana pun keadaanku? Tapi sekarang ... Apa kamu malu mempunyai istri sepertiku, Mas?" tanyaku. "Bukan begitu. Aku tak pernah malu dan tetap menyayangimu. Aku ... Ingin punya anak, Rum. Anak yang mewarnai hari-hariku, dan juga merawatku di masa tua nanti," jelasnya yang seketika mematahkan hatiku. "Tapi kita bisa adopsi anak," jawabku, tak mau mengalah." Mas Kinos menggeleng. Hancur sudah harapanku, akan menjadi istri satu-satunya baginya. Kini, aku harus bagaimana? Haruskah aku berakhir di sini? "Dengan siapa, Mas?" "Ada. Dia anak ustadz di belakang rumah Kak Karina. Maafkan aku, Rum."Allahu Rabbi... Ternyata, dia datang ke sini bukan untuk meminta izinku, tapi untuk memberitahu bahwa ia akan menikah lagi. Jika begini, kenapa tak langsung ia selenggarakan pernikahan itu? Untuk apa ke sini? "Maafkan aku, Rum.
Baca selengkapnya
Bab 76
Mas Kinos menghela napas, sementara Ayu terlihat salah tingkah. Aku tak peduli andai dianggap tak pengertian. Kurang pengertian apa aku, sudah mau berbagi suami dengannya? Akhirnya, malam itu Mas Kinos tidur dengan Ayu. Dan untuk pertama kalinya aku tidur sendiri setelah menikah. Hatiku begitu sakit dan panas mendengar suara mereka berdua. Canda dan tawa dari Mas Kinos serta Ayu, membuat hatiku bagai ditusuk belati. Mas, apakah kamu tak ingat aku? Tak lama kemudian, lampu sebelah mati, bagaimana aku bisa tahu? Tentu, karena ac kamar ini dan kamar sebelah menyatu. Jadi separuh-an. Hal itu otomatis bisa membuatku melihat apakah lampu sebelah mati atau menyala. Tak lama, aku mendengar suara itu. Suara yang tak ingin kudengar dari mulut Mas Kinos ketika bersama wanita lain. Allahu Rabbi! Aku tak kuat! --Pagi hari. YaAku tak bisa tidur semalaman. Itu sebabnya, pagi ini aku keluar kamar lebih awal dari biasanya. Mbok Minah membantuku memetik sayuran. Tak ada obrolan di antara kami s
Baca selengkapnya
Bab 77
"Jadi, ini masakan siapa? Kamu atau Rumi?" tanya Mas Kinos pada Ayu. "Mbak Rumi, Mas. Ayu cuma bantu menggorengkan perkedel," jawab Ayu. Aku tersenyum menang. Jangan kira, kalau fisikku tak sempurna, maka kamu akan seenaknya menindasku, Yu. Aku mengantarkan Mas Kinos sampai ke depan, sementara Ayu mengikutiku di belakang. Aku sudah menduga, wanita itu pasti tengah kesal saat ini. Tapi, apa peduliku? Dia saja tak peduli pada hatiku dan seenaknya mengambil Mas Kinos. "Aku berangkat dulu. Kalian yang akur, ya." "Kamu nggak ambil libur, Mas? Kita kan harus honeymoon," pinta Ayu. "Nggak bisa, Yu." "Kantornya Mas Kinos itu nggak memperbolehkan orang beristri dua. Kamu mau, kalau pernikahan kalian ketahuan dan Mas Kinos dipecat? Mau makan batu, kamu?" tanyaku pada Ayu yang langsung dijawab dengan gelengan kepala. Mas Kinos mengulurkan tangannya padaku dan berpamitan. Tak lupa, ia pun mencium pipi kanan dan kiriku, serta kening. Hal yang sama, dilakukannya pada Ayu. Meski sudah memper
Baca selengkapnya
Bab 78
"Hahaha, becanda, Yu." "O-oh, iya, Mbak. Aku pikir apa," ucapnya lagi. Mulai kutuang telur, gula, dan pengembang ke dalam baskom mixer lalu membiarkan adonan dikocok hingga putih kental berjejak. setelahnya kutuang adonan kering dan juga cokelat bubuk, karena pemesan menginginkan blackforest untuk base kue-nya. "Mbok, mau ke mana?" tanyaku. "Itu, kayaknya sudah selesai, mau jemur dulu bentar," ucapku. "Eeh, nggak usah. Mbok kan lagi bantuin saya. Yu, tolong jemurin baju, ya?" pintaku. "Eh? Aku, Mbak?" tanyanya. "Yaiya, masa aku?" Ayu segera mengangguk dan berlalu ke belakang. Aku tersenyum, jangan harap kamu bisa menindasku, Yu. Kamu nggak tahu aja, perbuatanku di masa lalu. Bisa-bisa kukirim santet buat kamu! "Bu, apa nggak papa? Nanti kalau dia ngadu sama Bapak gimana?" tanya Mbok Minah. "Ah, sudah, Mbok. Itu urusan saya. Itu tolong masukin adonannya ke oven ya, Mbok. Saya mau bikin adonan krimnya dulu." "Siap, Bu. Sekalian Mbok mau lipetin kardus."Awalnya, pekerjaan ini
Baca selengkapnya
Bab 79
Aku segera duduk tegak setelah mendengar ucapan Mas Kinos. Ayu, minta pindah? Kenapa? "Memangnya kamu apain dia?" "Kamu nuduh aku, Mas?" tanyaku tak percaya. "Bukan. Aneh aja, kalau Ayu tiba-tiba minta pindah gitu.""Ya mana aku tahu, Mas!" sungutku sambil mengalihkan pandangan. Otakku berkelana ke sana dan ke sini. Tunggu! Apakah karena peristiwa tadi siang? Apa karena ia kusuruh untuk ikut membersihkan rumah? "Sebenarnya, aku suruh dia buat bantuin bebenah." "Apa? Kok kamu gitu, Dek? Kan ada Mbok Minah," ucap Mas Kinos. "Ingat, Mas. Mbok Minah untuk asistenku, bukan asisten dia. Yang bayar Mbok Minah juga kan Ibu, bukan kamu!" "Iya, maaf." Mas Kinos memelukku. Allah, jaga dia untukku. Tak apa hatinya berpaling, asal otaknya masih bisa berpikir jernih. "Maafkan aku ya, Dek. Aku sudah mengkhianati pernikahan ini. Aku malah hampir tak percaya denganmu," ucapnya. Aku mengangguk. Mungkin terkesan aku ini bucin. Tapi, andai kalian mengalami posisiku, pasti tak akan berpikir beg
Baca selengkapnya
Bab 80
Seketika Ayu menunduk, sementara aku langsung masuk ke dalam rumah. Terlihat Renda yang sedang gemar berjalan ke sana dan ke mari. Ia datang mendekat, dan tersenyum riang. Meski kami jarang bertemu, namun sepertinya Renda bisa mengenaliku karena kami sering melakukan panggilan video. "Halo, Sayang." "Alo," jawab Renda. Gadis yang berumur hampir dua tahun itu sudah pandai berbicara. "Oh, iya, Bu, itu Rumi bawakan kue kesukaan Ibu, sekalian untuk acara malam ini." "Acara?" tanya Ayu. "Iya, malam ini mau ada acara selametan di sini. Kamu, bantuin mereka ya, Yu?" pintaku. "Aku, Mbak?" "Iya, kamu. Kenapa?" "Tapi aku nggak tahu caranya, Mbak." "Tinggal bantuin metik sayuran seperti mau masak biasa kok, gak sulit. Emang kamu nggak pernah masak?" tanyaku. Ayu terlihat salah tingkah. Memang, sedari awal ada yang aneh dengan tingkah Ayu. Ia seakan seperti seorang putri yang tak biasa melakukan apa-apa. Kata Mbok Minah, kemarin pun ia salah ketika menjemur. Bajunya tak dibalik dulu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status