Semua Bab Dendam Membara Sang Pewaris!: Bab 41 - Bab 50
113 Bab
41. Dua Hati Menjadi Satu
Sembari menenangkan Adelia, Aldan memberi isyarat pada Faizal dengan gerakan tangannya.Faizal mengerti dan cepat tanggap. Dia menyeret mereka satu per satu ke sudut ruangan. Lalu dia langsung mengintrogasi para penjahat, sembari memberikan hadiah pukulan. Tentu ini bagian dari pengalihan dan kewaspadaan agar mereka tidak mendengar sesuatu hal sensisitif yang bisa merusak rencana balas dendam Aldan. Rahasia identitas pimpinan white master itu harus tetap terjaga, termasuk Putra nama samarannya.Sementara Adelia masih menangis di pelukan Aldan. Mungkin jiwa Adelia akan terguncang jika tidak ada Aldan disisinya. Berkat Aldan, hidupnya selamat dari para monster yang hampir mengotori tubuhnya.“Terima kasih, Putra.” Adelia lebih menenggelamkan wajahnya di dada Aldan. Dia merasakan kenyamanan dan ketentraman di pelukan pria tampan yang kini menjadi miliknya, seolah-olah masalah hilang seketika. Bahkan dia melupakan masih ada orang banyak di ruangan itu.“Emm sudah tugasku menjagamu.” Aldan
Baca selengkapnya
42. Menghukum Para Penjahat
Mendapat bentakan dari Aldan, tentu saja Adelia membulatkan mata. Namun, keterkejutan tak berlangsung lama ketika melihat Aldan mengedipkan mata berulang kali sambil tersenyum konyol. Itu menandakan bahwa Aldan sedang bercanda dan bermaksud menakut-nakuti para penjahat.Benar saja, para penjahat di bawa sana terlihat gemetaran dan berteriak dalam keadaan mulut tertutup. Tergambar jelas ketakutan menghiasi wajah mereka seperti seekor tikus yang melihat kucing.Faizal tak bisa menahan tawanya melihat reaksi para penjahat yang terlihat sangat lucu dan menghibur, “Ada apa? Kenapa kalian meriang?”“Is,” panggil Aldan, seketika Faizal menghentikan tawanya dan menoleh le arah sang bos.“Ya?”“Bawa perempuan ini ke luar dan cepatlah kembali, bawa senjata pusaka putih. Aku mau main dengan mereka,” titah Aldan begitu dingin, membuat Adelia langsung protes dengan mata melotot.Aldan megedipkan mata, memberi isyarat pada Adelia bahwa ucapannya hanya sekedar menakut-nakuti para penjahat.Pancingan
Baca selengkapnya
43. Come On, Let's Start The Game
Hendrawan menemui beberapa media yang berkumpul di kantor polisi. Dia tetap melebarkan senyuman kepada mereka yang berlomba-lomba memberikan pertanyaan.“Terima kasih kepada teman-teman wartawan yang datang ke kantor polisi. Saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian yang mewakili isi hati masyarakat Indonesia. Pertama, pihak kepolisian masih menyelidiki kasus ini. Kami masih mendalami video rekaman itu dengan menemui saudara I. Apa motifnya saudara I mengatakan seperti itu? Apa saudara I membuat pengakuan secara sadar atau dalam tekanan dan dipaksa orang lain? Kami masih menyelidikinya. Kami juga berusaha mencari tahu orang yang menyebar video rekaman dengan meretas saluran televisi,” terang Hendrawan berhenti sejenak.Hendrawan kembali melanjutkan keterangannya, “Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia agar tidak mudah percaya sebelum terbukti kebenarannya. Pengakuan saudara I belum tentu benar. Polisi tidak mungkin menerima sogokan karena itu merupakan bentuk kejah
Baca selengkapnya
44. Kedatangan Tamu Tak Diundang
Jam 22.00 wib, di rumah Adelia.Aldan, Adelia, dan Faizal selesai mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawa ke persidangan, termasuk mengcopy rekaman itu dan disimpan di beberapa flasdisk.“Aku gak sabar menunggu hari esok,” ucap Adelia dengan wajah begitu semringah. “Akhirnya kebenaran bakalan terungkap.”Aldan tersenyum penuh arti menatap wajah cantik milik Adelia hingga akhirnya mata mereka bersitatap.“Hey udah dong jangan lihatin aku terus. Nanti kamu cepet bosen,” kata Adelia tersenyum manis sembari merapikan anak-anak rambutnya.“Aku gak pernah bosen melihat wajah gadisku. Cantik, manis, ngangenin, gemesin, apalagi ya ... Emm pokoknya kamu sempurna. Kayaknya kamu bukan manusia deh, tapi bidadari yang turun dari langit,” puji Aldan, membuat wajah Adelia memerah merona.“Ih apaaan sih. Kalo disuruh ngegombal rajanya kamu tuh.”Aldan meraih tangan Adelia. Mereka saling bersitatap, penuh cinta.Aldan tiba-tiba memasang wajah konyolnya, “Aku gak gombal kok, serius deh. Aku ngomon
Baca selengkapnya
45. Menghukum Kedua Kalinya
Aldan dan Faizal sudah memakai topeng dan aksesoris penyamaran lainnya. Mereka berjalan ke arah jendela dan mendapati para penjahat yang bergerak menuju belakang rumah. Hanya menyisakan dua orang yang berjaga di depan. Aldan tersenyum miring, “Sip, kita gak perlu memancing mereka ke belakang.” Aldan memutar badannya dan berjalan ke ruangan belakang dengan wajah dinginnya, sedangkan Faizal setia mengikuti dari belakang. Dan benar saja, mereka melihat gagang pintu rumah yang bergerak-gerak. Aldan dan Faizal bergerak hati-hati ke arah pintu. Mereka mendapati sebuah pergerakan kawat yang memutar-mutar di lubang gagang pintu. Terdengar juga bisikan-bisikan dari arah luar, membuat Aldan dan Faizal menerbitkan senyuman miring di bibir. CEKLEK! Salah satu penjahat berhasil membobol pintu hanya dengan sebuah kawat. Satu orang mulai membuka pintu perlahan-lahan, sedangkan teman lainnya telah siaga dengan memegang sebuah pistol di tangan. Kepala satu orang menyembul, mengintip situasi. Sek
Baca selengkapnya
46. Cewek Selalu Benar
Adelia mondar-mandir di dalam kamar. Dia sangat gelisah, dia mengkhatirkan keselamatan Aldan. Tiga puluh menit lamanya dia menunggu, tetapi masih belum ada kabar dari kekasihnya.“Putra, kenapa kamu belum ke atas sih.” Adelia semakin gelisah, berulang kali dia mengusap keringat yang mengkilap di wajah cantiknya.Adelia berjalan ke arah pintu. Dilema melanda pikirannya, ragu-ragu antara ingin membuka atau tidak. Namun, rasa penasarannya lebih besar. Dia memberanikan memutar kunci yang terpasang di dinding pintu.“Tuhan, lindungi saya.” Adelia perlahan-lahan membuka pintu dengan napas memburu dan jantung berdetak kencang.Adelia memasang tatapan penuh waspada, dia mengintip terlebih dahulu untuk memastikan keamanannya.“Daarrr ....”“Huaaaa!” Adelia kaget bukan main, tiba-tiba Aldan sudah berdiri di luar pintu dan mengagetkannya. Tentu jantung Adelia seperti ingin lepas dari tubuhnya.Aldan tertawa lucu, “Kaget ya?”Aldan berhenti tertawa ketika melihat Adelia mulai menitikkan air dari
Baca selengkapnya
47. Mencari Sebuah Kebenaran
“Kalian hanya perlu menjalankan tugas sesuai dengan rencanaku,” ucap Hendrawan menatap bergantian pada Malik dan Ferdinan. “Besok di pengadilan putuskan Iqbal kalau dia melakukan kejahatan. Baru kita bisa menyusun rencana berikutnya, sekaligus membebaskan Iqbal.”“Iya, Pak. Aku sudah berbicara empat mata dengan anakku. Dia setuju dan mau mengakui kejahatannya di pengadilan besok,” respon Malik.Ferdinan tertawa sumbang, “Tapi jangan lupa hadiah yang kamu janjikan, Malik. Kasus ini bukan perkara mudah bagiku.” Malik tertawa renyah, “Mobil antik milikku besok pagi sudah berada di halaman rumahmu pak Ferdinan.”“Lalu bagaimana dengan bagianku?” sambung Hendrawan tersenyum tipis.Malik kembali tertawa renyah, “Seperti yang pak Hendrawan minta. Malam ini rekening Bapak akan bertambah 1 miliar.”Setelah selesai membicarakan kesepakatan, mereka pergi ke rumah masing-masing.***Adelia masih penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Aldan dan Faizal dalam melawan para penjahat.Adelia mencari
Baca selengkapnya
48. Sejarah Pasukan White Master
Tiga tahun yang lalu! Terjadi peristiwa pembantaian di desa terpencil, Malaysia. Warga setempat menjadi korban kebengisan para terorris, tanpa ampun membunuh semua orang yang melawan. Perdana menteri memerintahkan angkatan tentara Malaysia untuk melumpuhkan para teroris. Pertempuran dan adu strategi pun tak terhindarkan. Namun, angkatan tentara Malaysia kewalahan karena para teroris menyandera warga setempat untuk dijadikan tameng. Bahkan beberapa prajurit perang banyak yang gugur di medan perperangan. Berbagai strategi dilakukan angkatan tentara perang, dimulai dari penyamaran hingga negosiasi. Namun, para teroris terlalu pintar untuk dikelabuhi. Semuanya berakhir sia-sia dan nyawa prajurit tumbalnya. “Apa yang harus kita lakukan, Jenderal? Mereka tidak bisa dibodohi. Kita harus cepat bertindak, sudah banyak korban yang meninggal.” Salah satu prajurit perang melapor. Sang Jenderal perang bingung. Dia bisa saja memerintahkan prajuritnya untuk melakukan penyerangan besar-besar
Baca selengkapnya
49. Sejarah Pasukan White Master (2)
Aldan dan Faizal pun melenggang pergi menjalankan misi berbahaya. Mereka berhenti di semak-semak yang tidak terkena pengawasan kamera pengintai. Di depan sana ada beberapa mayat prajurit dan warga setempat yang begelimpangan.“Kita harus tidur di samping orang yang gugur,” kata Aldan.Faizal mengangguk, “Benar, kita harus memasuki area pengawasan mereka.”Di titik ini, Aldan dan Faizal sama-sama mengeluarkan sebuah cairan berwarna merah yang terbungkus plastik di saku celana. Mereka mengoleskan cairan itu ke baju dan calana agar seolah-olah terlihat seperti darah.“10 detik, Faiz,” ucap Aldan, Faiz pun mengangguk mengerti.Di detik selanjutnya, Aldan berucap lagi, “Apa Jenderal sudah siap?”“Siap.” Suara terdengar dari benda kecil yang terpasang di telinga Aldan dan Faizal.“Oke. Tekan tombol enter, sekarang,” titah Aldan.“Sudah.” Bersamaan dengan jawaban itu, Aldan dan Faizal berlari cepat ke arah mayat yang berada di depan sana. Mereka langsung tiduran dalam posisi tengkurap di sa
Baca selengkapnya
50. Sejarah Pasukan White Master (3)
Faizal terkekeh geli, “Bagaimana? Apa komplotanmu datang? Haha mereka gak akan datang karena saudaraku sudah duduk di tempat layar komputer yang mengawasi seluruh kamera pengintai di daerah ini.” Orang itu membuka mata lebar-lebar, “Apa maksudmu?”“Saudaraku sudah berhasil masuk ke sana dan membunuh temanmu.”“Apa maksudmu?” orang itu bertanya kembali. Wajahnya semakin panik.“Ah sudahlah. Aku gak punya banyak waktu untuk menjelaskan padamu,” ucap Faizal santai. Lalu , dia tiba-tiba memberikan pukulan keras tepat di leher orang itu. UAKKKKKK!Orang itu memuntahkan isi perutnya yang disertai darah akibat pukulan kejutan yang begitu keras di leher, salah satu area titik vital manusia. Pukulan itu mengakibatkan cedera leher dan gangguan saraf.Tak mau menunggu lama, Faizal kembali memukul keras leher orang itu untuk mengakhiri hidupnya.“Huh ....” Faizal menghela napas panjang. Lalu dia bergerak cepat melepas pakaiannya untuk mengganti dengan pakaian khas kelompok teroris.Faizal berja
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status