All Chapters of Satu Atap Dengan Gundik Ayahku: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
Bab 11
Aku menghirup napas dalam-dalam dengan rahang mengeras, lalu menatapnya dengan pandangan menantang."Bangga banget lo jadi anak pelakor?"Ia mengibaskan rambutnya ke belakang, hingga aroma shampo tercium olehku."Kalau gue jadi lo sih duh pasti malu banget. Camkan ya, bunda gue itu ga murahan, dia bisa dandan, tapi dandannya hanya dilihat sama suaminya, ga kaya nyokap lo kemana-mana umbar aurat.""Menjijikkan banget sih manusia kaya kalian itu, bisa tenang makan dan tidur dari hasil ngerebut suami orang." Aku menyunggingkan senyum lalu masuk kamar."Dasar Mak lampir!" Terdengar Tiara mengumpat****Hari demi hari kulalui di rumah ini, tak dapat dipungkiri tinggal satu atap dengan gundik ayah membuatku kadang stres dan tertekan, dan selama beberapa bulan ini berbagai macam usaha kulakukan untuk membuat retak hubungan ayah dan gundiknya Namun, yang membuatku jengah adalah ayah selalu baikan dengan Tante Miranda sekalipun mereka bertengkar hebat.Hubungan mereka bagaikan sebuah karang d
Read more
Bab 12.A
"Apa? Burhan mau ke rumahmu?" tanya bunda sambil menengadah menatap ayah."Iya, dia ga bisa datang ke acara wisuda Zara makanya datang ke rumah, tapi anterin Bundamu dulu gapapa, biar Ayah pulang duluan.""Ya udah kita pulang aja yuk, Bun, aku mau ketemu Om Burhan, sama Jessi 'kan ke rumahnya?" tanyaku semangat, semoga kuntilanak itu ada di rumah.Ayah berdiri sambil meraih kunci mobil. "Ga tahu tuh kalau Jessi, ya udah kalian berdua aja, Ayah duluan ya."Usai menghabiskan makanan aku pulang mengantarkan bunda ke grosirnya, setelah itu aku balik arah menuju rumah.****"Kak Zaraaa!" teriak Jessi saat turun dari mobilnya.Semenjak ayahnya sembuh dari penyakit kejiwaan anak itu berubah menjadi periang dan sering bercanda, gairah hidupnya telah kembali."Rambut baru ya?" tanyaku saat ia mencium punggung tanganku.Rambut anak itu dipotong pendek sebahu, membuat wajah bulatnya makin kentara, bukan hanya periang tapi sekarang tubuh Jesica sudah mulai berisi."Iya baru dipotong, bagus 'kan?"
Read more
Bab 12.B
"Kenal sih engga 'kan belum ketemu." Om Burhan terkekeh.Aku mendelik, ga jelas banget sih, apa jangan-jangan penyakit jiwanya itu belum sembuh total lagi?"Han, makan yuk, makanan udah pada mateng tuh," ucap ayah menghampiri kami."Masih kenyang, Mas," jawab Om Burhan."Tapi Jessi laper, temenin makan yuk, Kak," sahut Jesica sambil memegang perutnya.Aku terpaksa berdiri. "Ya udah ayok, tapi Kakak ga makan masih kenyang soalnya."Sambil menemani Jesica makan aku berselancar di aplikasi WhatsApp, melihat story' dan tak sengaja aku melihat status Tiara.Ternyata ia sedang belanja di sebuah mall terbesar di kota ini, di poto itu nampak Tiara sedang berdiri dan tersenyum menjinjing paper bag sebuah brand ternama.Sial*n! Berani-beraninya ia belanja barang mewah menggunakan uang ayah, aku saja anak kandungnya mikir lagi kalau mau belanja barang branded.Poto kedua menunjukkan Tante Miranda sedang tersenyum di sebuah restoran, di hadapannya tersaji makanan yang berharga fantastis.Geram, a
Read more
Bab 13
"Ada tamu, Yah?" tanya Tante Miranda.Wajah oval yang sudah mengendur itu mencoba kembali tenang setelah barusan merasa tegang, bibir tipisnya dipaksa tersenyum menutupi kegugupannya."Ini Burhan, adikku," jawab ayah"Oh adik, kok aku baru lihat, Mas?" tanya Tante Miranda sambil gabung duduk di sofa, sementara Tiara masuk ke dalam membawa barang belanjaan."Dia ... baru pulang," jawab ayah ragu.Setahuku selama Tante Miranda menikah dengan ayah ia tak pernah mengenal tentang silsilah keluarganya, bahkan restu saja tak pernah ia dapatkan dari ibu mertuanya.Nenek menentang keras perceraian ayah dan bunda juga pernikahan barunya dengan Tante Miranda. Namun, ayah sudah terlanjur dibutakan cinta hingga nasihat ibunya tak pernah dianggap.Sejak mereka menikah nenek tidak pernah lagi datang ke rumah ini, dan jika ayah mengunjungi nenek maka wanita tua itu selalu bersikap dingin."Dari mana? luar negri?" "Ga usah pura-pura bego!" sahutku dengan tegas.Sontak saja semua mata tertuju padaku.
Read more
Bab 14.A
"Selingkuh?" tanyaku tak percaya.Ternyata wanita itu memang sudah bakat menjadi pelakor sejak dulu, jika saja ayah tahu hal ini tentu ia akan jijik pada istrinya itu.Aku merenung sejenak saking sibuknya dengan aktivitas sendiri sampai tak tahu masalah sefatal ini yang menimpa saudara sendiri."Berarti Tante Dina bunuh diri gara-gara?" tanyaku sambil menganga.Om Burhan mengangguk. "Iya, gara-gara ga kuat lihat suaminya ini berselingkuh dengan wanita lain."Setitik air mata jatuh dari dari matanya, ia memandang jauh ke arah jendela yang terbuka."Om emang ga punya hati, Ra, istri sebaik Tante Dina malah disia-siakan sampai ia tak tahan lalu ...." Om Burhan sesenggukan.Dapat kulihat ada penyesalan besar di matanya, karena aku tahu betul Tante Dina istrinya itu sangat baik dan ramah, tak jauh beda dengan bunda.Aku jadi heran kenapa wanita-wanita yang baik seperti mereka harus menerima pengkhianatan dari suaminya?"Terus, hubungan kalian sampai sejauh mana? apa pernah menikah?" tanyak
Read more
Bab 14.B
"Kenapa hubungan Om sama Tante Miranda bisa putus?" tanyaku antusias."Selang beberapa bulan Tante Dina meninggal Om jadi terpuruk hingga usaha Om jadi bangkrut, gara-gara itu Miranda ninggalin Om, ternyata selama ini Om hanya dijadikan sapi perah saja, Ra." Ia menundukkan wajah.Aku mencebik, wajar saja Tante Miranda menjadikannya sapi perah, toh ia juga menjadikan perempuan itu pelampiasan nafsu."Dan karena ini juga Om jadi ... depresi?" tanyaku agak hati-hati.Ia menghela napas lalu merenung sejenak."Pertama Om terpuruk karena merasa bersalah sama Tante Dina, yang kedua Om juga putus asa karena bisnis yang selama ini diperjuangkan mati-matian hancur begitu saja.""Dan yang ketiga yang membuat Om tambah hancur adalah Miranda memutuskan hubungan kita lalu membina hubungan dengan lelaki lain.""Waktu itu Om mengira Miranda akan memberi kekuatan atas keterpurukan yang Om hadapi, nyatanya dia malah pergi.""Dan hal itu yang membuat Om merasa tertekan dan merasa semakin bersalah sama T
Read more
Bab 15
Keesokan paginya aku sarapan dengan semangat, bahkan beberapa kali bunda menangkap wajahku sedang senyum-senyum sendirian."Kenapa sih?" tanya Bunda menyelidik."Ga papa." Aku mengulum senyum."Lagi ... jatuh cinta yaaa."Aku mengeringkan mata, di usia dua puluh tiga tahun ini aku memang tak pernah mengenal cinta, bahkan berteman dengan lelaki pun sangat terbatas."Sama siapa, Arvin?" Bunda menautkan sebelah alis."What? Arvin? ngaco, dia itu bestie aku, Bun, jangan ngarang deh.""Ya ga apa-apa, Bunda lihat dia lelaki baik dan sopan, ganteng lagi, masa sih kamu ga suka, bukannya selama ini sering jalan bareng?"Setelah melihat ayah selingkuh aku jadi takut menjalin hubungan dengan lelaki, jangankan menikah berpacaran pun rasanya ogah, terlebih katanya pacaran itu suatu perbuatan haram karena mendekati zina."Kalau kalian saling suka mending langsung nikah aja, jangan pacaran-pacaran, dosa!" tegas bunda lagi.Aku menegak susu lalu bicara. "Siapa yang pacaran sih? siapa juga yang jatuh
Read more
Bab 16.A
(POV MAS DAMAR)Aku masih tercenung menatap layar ponsel, membaca berulang-ulang pesan dari Zara, juga mengamati betul poto-poto yang mirip dengan Miranda dan adikku Burhan.Dahulu saat masih menjalani hubungan diam-diam bersama Miranda aku memang sempat mendengar kabar selentingan kalau istriku itu pernah memiliki hubungan dengan Burhan.Namun, karena terlanjur cinta buta padanya membuatku tutup telinga dan mengabaikan selentingan itu.Terlebih aku tak bisa bertanya pada Burhan karena waktu itu ia tertimpa musibah yaitu istrinya meninggal, tak lama ia depresi sulit diajak komunikasi, maka aku semakin tak bisa bertanya banyak hal padanya.[Kamu dapat dari mana Poto ini, Ra]Kubalas pesan Zara dengan tangan bergetar, tak terbayang jika kabar ini benar.[Dari akun efbe Tante Miranda, Yah, ini] Zara mengirimkan balasan beserta screenshot profil efbe Miranda.[Mungkin itu orang lain, Ra, Mamamu 'kan ga punya akun efbe] balasku lagi.Karena yang kutahu Miranda hanya memiliki akun Instagra
Read more
Bab 16.B
"Jangan bohong, Mir. Kamu ikut andil 'kan dalam kasus bunuh dirinya Dina juga depresinya Burhan?" tanyaku dengan tatapan menohok.Miranda geleng-geleng kepala, sorot matanya semakin panik, bahkan ia melengos menatap ke arah lain dengan dada kembang kempis."Kamu ini apa-apaan sih? kenal juga baru sama adikmu itu." Miranda makin ngotot.Aku menyeringai sambil geleng-geleng kepala. "Ini buktinya Miranda, aku cuma minta kamu jujur.""Itu Poto editan, kamu tuh jangan bod*h deh, Mas, zaman sekarang jangan kan Poto Vidio aja bisa diedit pake wajah orang lain," kilah Miranda makin ngotot."Aku tuh paling ga suka dibohongi, Mir. Mau ngaku di hadapanku atau aku cari bukti yang lain dan kamu bakal malu?" Miranda balik badan menatapku penuh amarah."Emang kamu dapat dari mana Poto itu, Mas?! pasti ada seseorang 'kan yang ngirim ke kamu?" tanya Miranda ngegas."Aku dapat Poto ini dari akun efbe lama kamu, masih inget ga?" tanyaku sambil menatapnya tajam.Miranda tercengang, beberapa detik kemudi
Read more
Bab 17.A
Aku terkejut saat mendengar keributan di luar, kuputuskan untuk melangkah menuruni anak tangga, benar ternyata Tante Miranda sudah ada di bawah dan marah-marah.Aku terkejut sekaligus merasa senang ternyata poto-poto itu sudah mengguncangkan hidupnya, kalau begini jiwaku semakin tertantang, aku akan menjadi bensin dan menyiram ke dalam kobaran api amarah Tante Miranda."Aku punya bukti lebih kuat, Mas, kalau istrimu ini benar pernah jadi selingkuhan Burhan. Maaf, Mir, aku udah berusaha nutupin aib kamu, tapi kalau kamu mengusik Zara maka aku ga akan diam aja," ujar bunda membuatku tercengang."Bukti? karangan apa lagi sih yang mau kamu buat, Mbak?" Tante Miranda terlihat panik.Kepanikan di wajahnya itu membuatku semakin bahagia, bibirku tak berhenti mengembangkan senyum, akhirnya kebusukan wanita itu terbongkar."Naima, aku mau lihat bukti itu," ucap ayah sambil menatap bunda serius.Aku semakin senang saat melihat antusias ayah begitu besar ingin mengetahui kebusukan istri barunya.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status