Semua Bab Mencintai Kakak Sahabatku: Bab 21 - Bab 30
117 Bab
Kenyataan
Ramon menghentikan mobilnya di depan bungalow menjelang tengah malam. Sepanjang perjalanan tadi hanya kebisuan yang ada diantara dirinya dan Ganis.“Turunlah! Lekas istirahat. Sudah malam,” ujar Ramon dengan nada datar. Ganis yang sudah bisa menetralisir perasaannya hanya mengangguk dan membuka pintu mobil.“Maafkan aku. Aku sudah melewati batas,” ucap Ramon menatap Ganis singkat sebelum kemudian menutup pintu mobil.“Kakak mau kemana malam-malam begini?” tanya Ganis sedikit terkejut karena ternyata Ramon hanya berhenti untuk menurunkan dirinya saja.“Kau tak perlu tahu,” ucap Ramon dingin dan segera menghidupkan mesin mobilnya dan melajukanya meninggalkan Ganis yang sedikit termangu. Mungkin lebih baik memang Ramon tak menginap membayangkan apa yang bisa diperbuat pria itu kepadanya. Gadis itupun segera masuk ke dalam Bungalow.Sementara itu Ramon terus mengendarai mobilnya dengan hati rusuh. Hasratnya pada Ganis yang tak tersalurkan membuatnya frustasi. Ia sungguh tak habis pikir de
Baca selengkapnya
Pergi Keluar
Ganis mundur beberapa langkah.“Bukan begitu kak,” seru Ganis sedikit terkesiap dan berusaha menghindari pandangan Ramon. Ramon segera melepaskan tangannya dan berlalu begitu saja. Ganis dapat bernafas lega. Setidaknya Ramon tak menciumnya secara tiba-tiba. Ganis melihat Ramon kini berdiri di dekat jendela dapur sambil melihat suasana di luar.“Ngapain lihat-lihat! cepetan bikinin aku sup jamurnya,” seru Ramon lagi sambil mulai bertelepon.“”Eh iya kak,” jawab Ganis masih belum terbiasa dengan perubahan sikap Ramon. Ganis pun langsung melesat ke dapur dan mulai membuka kulkas dan menyiapkan jamur dan bahan-bahanya. Untungnya saat belanja tadi Ganis sengaja membeli jamur agak banyak. Ia berharap memang Ramon akan segera mengunjungi bungalow dan makan sup jamur kesukaannya.Saat sibuk memasak Ganis mencuri-curi pandang dan juga dengar apa yang dilakukan Ramon. Wajah Ramon saat itu tersenyum kecil dengan nada berbisik. Pasti ia sedang bertelepon mesum dengan kak Sofia tunangannya. Enta
Baca selengkapnya
Tidur Bersama
Sedang apa gadis itu sekarang. Tadi ia meninggalkan Ganis menangis di kamar mandinya. Ramon segera menelepon Pak Dirman.“Hallo Pak Dirman,”“Ya ada apa Pak Ramon?” jawab Pak Dirman yang baru saja sampai di rumah setelah mengantarkan Ganis bertemu temannya.“Aku ingin kau lihat Ganis di Bungalow. Sedang apa gadis itu. Kalau dia baik-baik saja laporkan padaku,” ucap Ramon mengkhawatirkan kondisi Ganis.“Maaf Pak Ramon saya baru saja mengantarkan Non Ganis pergi keluar menemui temannya,” ujar Pak Dirman sedikit takut karena langsung mengantarkan Ganis tanpa melapor dulu pada Ramon. “Kira-kira kau tahu siapa temannya dan mau pergi kemana mereka,” sahut Ramon kini mulai kesal. “Dia bertemu teman laki-lakinya. Mereka pergi naik motor entah kemana. Saya juga tak begitu paham,” jawab Pak Dirman sudah siap untuk diomeli lebih lanjut.“Kenapa kau tak mengikutinya? kenapa tak tanya kemana perginya dan juga jam pulangnya?” bentak Ramon entah kenapa menjadi panas mendengar Ganis pergi dengan co
Baca selengkapnya
Mendadak Pergi
Kali ini Ganis tak mau lagi terlena oleh ciuman Ramon. Ia cukup waspada untuk tidak larut sebelum ada kepastian hubungan seperti apa yang akan mereka jalani nanti.“Kak tolong hentikan!” bujuk Ganis menghindari pagutan Ramon ke arah lehernya.“Bukannya kau ingin melayaniku. Kau mencintaiku dari dulu bukan?” ucap Ramon membelai pipi Ganis lembut.“Darimana kakak tahu?” seru Ganis melebarkan matanya. Ramon memeluk Ganis hangat. Ganis tak bisa menolaknya. Sangat nyaman sekali.“Aku melihat tanda Love di foto bersama Marco. Aneh kenapa kau malah menyukaiku daripada Marco sendiri,” seru Ramon menyusupkan wajahnya ke bahu gadis itu. Ganis menggeleng pelan. Ia nggak menyangka Ramon telah tahu perasaannya jauh sebelum tadi pagi ia mengakuinya secara langsung pada pria itu. “Tidakkah kita bisa menjalani ini apa adanya saja dulu. Butuh waktu juga untukku menjelaskan pada Sofia tentang apa yang terjadi,” ujar Ramon kini menatap mata hitam pekat milik Ganis. Ganis tersenyum kecil. Ini sungguh me
Baca selengkapnya
Rindu
Ganis terbangun saat matahari hangat menerpa wajahnya dari jendela. Ia menggeliat pelan dan membuka matanya. Ia rasakan Ramon sudah tak ada di sebelahnya. Ia tersenyum teringat apa yang terjadi padanya semalam bersama Ramon. Sentuhan Ramon yang begitu lembut dan gelayar nikmat yang akan terus mengusik pikirannya. Ia membuka selimut yang membungkus tubuhnya. Wajahnya memanas saat menatap tanda-tanda pagutan merah di beberapa tempat di bagian leher dan dadanya. Sejenak ia merinding teringat gimana Ramon menggoda dengan bibir dan lidahnya menerbangkannya ke awan sampai ia begitu nyenyak tertidur.Ia sadar suasana terasa begitu sunyi sekali. Jangan-jangan kak Ramon sudah pergi berangkat bekerja tanpa sempat minum kopi pagi ataupun sarapan. Ganis buru-buru turun dari ranjangnya. Pakaian bawahnya masih rapi. Ramon sama sekali tak berniat mencari keuntungan saat dia lemah. Ramon tidak melakukan persetubuhan sama sekali. Ganis kini yakin Ramon tak ingin menyakitinya. Pria itu hanya ingin me
Baca selengkapnya
Kejutan Untuk Semua Orang
Tak ingin larut kembali dalam ingatan tentang Ganis, Ramon bergegas keluar untuk menikmati udara pagi dengan berolahraga di luar. Cuaca di luar lumayan bersahabat. Lama ia tak menikmati waktu di rumahnya sendiri. Saat ia kembali ke bangunan utama tampak bibi Carmen yang telah sibuk di dapur dan Simon yang sibuk memangkas rumput. Suasana rumah yang begitu hidup membuatnya teringat saat-saat awal mula ia tinggal di rumah ini. Ia masih 5 tahun saat orang tuanya membawanya ke sini. Banyak kenangan yang membahagiakan. Ibunya dulu masih tak memakai asisten rumah tangga. Rumahnya juga dulu tak sebesar sekarang. Dulu ibunya sangat senang memasakkannya sup jamur. Sampai diusianya yang menjelang remaja ibunya mengalami depresi karena ayahnya diketahui punya hubungan dengan wanita lain tatkala ayahnya merantau ke Indonesia dan menjadi pelatih sepak bola di sana. Kemudian Paman Fabio dan bibi Sabina datang bersama Tobias. Ibunya semakin parah bahkan melarang ada sup jamur lagi. Sup jamur adalah
Baca selengkapnya
Bau Pria Lain
“Aku harus pulang,” ujar Sofia segera meraih kemeja dan celana jeansnya. Sebastian langsung meraih tubuh Sofia dengan kasar.“Tidak saat aku masih ingin Sofia,” ucapnya kesal. Bibirnya kembali meraup bibir Sofia dan tangannya meremas bukit kembarnya. Sofia berontak. Ia mendorong Sebastian hingga terjengkang ke belakang.“Cukup Sebastian. Kita selesai sampai di sini. Ramon telah datang,” ujar Sofia tegas dan segera keluar ruangan.Sebastian mengumpat dengan keras. Ia merasa terhina dan direndahkan. Sofia meninggalkannya seperti seonggok sampah tak berguna. Sofia meninggalkannya hanya karena tunangannya telah pulang. Pria itu menggeram dan bergegas masuk ke kamar mandi dan menuntaskan hasratnya di sana. Sumpah serapah terus ia dengungkan. Bisa-bisanya Sofia meninggalkannya dengan hasrat yang masih belum tuntas. Ia bersumpah Sofia akan membayar semuanya. Sofia akan berlutut dan akan memohon-mohon padanya.Sofia keluar dari ruangan sambil mengenakan pakaiannya dengan terburu-buru. Maria m
Baca selengkapnya
Perintah Dari Negeri Jauh
Ganis tertegun lama.“Kau tak perlu banyak berpikir. Kita jalani saja,” ucap Shine.“Tapi Shine aku..,” ucap Ganis tersendat. Tangan Shine mengelus pipi Ganis lembut. Tentu saja Ganis tak siap dengan semua ini. Tiba-tiba pesan Ramon langsung muncul di kepalanya. Apa salahnya mencoba dengan orang lain.Shine perlahan mendekatkan wajahnya dan membungkuk. Ganis merasakan bibir Shine singgah di bibirnya. Yang ada di pikirannya adalah cara Ramon menciumnya. Sungguh ia tak bisa melakukannya dengan pria lain. Ganis mendorong pelan Shine.“Ini terlalu cepat Shine. Aku sungguh tak bisa. Aku tak punya perasaan sama sekali padamu,” ucap Ganis sehalus mungkin. Wajah Shine langsung menggelap. Sungguh ia ingin cintanya bersambut manis.“Tak apa Ganis. Sungguh aku bisa menunggunya,” sahutnya tak putus asa.“Sungguh aku tak bisa,” ucap Ganis memaksa dirinya tegas. Ia juga kasihan kalau harus memberi harapan kosong pada Shine atau menjadikannya hanya pelarian saja. Perasaannya saat ini jelas ada pada
Baca selengkapnya
Apartemen
Hari itu setelah rutinitas paginya membersihkan bungalow dan sarapan Ganis minta diantarkan Pak Dirman ké apartemen Ramon. Sesampainya di apartemen Ganis langsung memasukkan kunci dan membukanya.Ganis kagum dengan suasana di apartemen itu. Sangat mewah dan nyaman. Ganis langsung terharu begitu melihat ada foto Maco yang dibingkai dan digantung di ruang depan. Tak mau berlama-lama Ganis mulai membersihkan ruangan depan dan dapur terlebih dahulu. Setelah itu ia mulai ké ruangan dapur dan kamar. Setelah semua bersih Ia mulai melihat daftar di ponselnya. Ganis mulai menelpon Ramon. Ia tak bisa memilah barang tanpa menghubungi sang pemilik secara langsung. Saat itu Ramon baru bangun dari tidurnya di mansion kediamannya di Buenos aires. Ia sangat senang menerima panggilan video dari Ganis. Rasa rindu pada wajah manis Ganis sedikit terobati. Jantung Ganis berdesir begitu kembali melihat wajah Ramon. “Ya Nis ada apa?” tanya Ramon menahan senyum di wajahnya. Wajah Ramon tampak masih baru b
Baca selengkapnya
Terbongkar
Ganis mulai menghubungi Ramon lagi. Namun kali ini tak ada jawaban. Jadi Ganis langsung memotret Kato berikut wanita dari panti penitipan hewan. Masih tak ada balasan. Ia pun kembali menekan ikon panggilan video. Kali ini juga ia mengeraskan speaker suaranya agar wanita itu bisa mendengar. Ramon yang saat itu baru saja mandi dan hanya mengenakan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya langsung meraih ponselnya. “Ya ada apa lagi Nis?” tanya Ramon. Melihat wajah Ramon yang tampak segar dengan rambut basahnya dan juga tubuh bagian atas yang sangat epik membuat Ganis terhenyak sejenak. “Nis?” seru Ramon lagi merasa aneh melihat muka Ganis yang tak berkedip menatapnya. “Eh iya. Ini kucing Marco,” kata Ganis gelagapan langsung mengarahkan ponselnya pada Kato. “Kirain apa? Memang ada apa dengan kucing itu. Kenapa ia ada di apartemen?” ujar Ramon nggak menyangka kalau kucing itu akan kembali ke apartemen. “Aku harus bagaimana? Kato datang dari panti. Ada biaya yang harus dikeluarkan,”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status