All Chapters of Mencintai Kakak Sahabatku: Chapter 31 - Chapter 40
118 Chapters
Merindukanmu
Malam itu Ganis meminta Pak Dirman mengantarkannya lagi ke bengkel. "Non Ganis jangan pulang malam-malam," kata Pak Dirman sebelum pergi."Apa Pak Dirman disuruh kak Ramon terus mengawasiku?" ujar Ganis kini jengkel. Rasanya ia tak memiliki kebebasan sedikitpun."Ya itu perintah Pak Ramon. Dia sangat mengkhawatirkan anda Nona," seru Pak Dirman terus terang. Ia ingin Ganis mengerti betapa Pak Ramon selalu memikirkan keadaannya."Katakan padanya malam ini aku akan senang-senang sampai pagi. Tak ada yang bisa melarangku. Kak Ramon bukan apa-apaku. Aku sudah dewasa dan tahu apa yang aku perbuat," ucap Ganis kesal. "Jangan begitu Nona. Jangan membuat saya kesulitan," seru Pak Dirman dengan wajah memohon."Toh kak Ramon akan menikah. Dia pergi tak akan kembali. Semua akan dijual. Jadi Pak Dirman mulai hari ini bebas mengurusi urusanku," kata Ganis langsung berbalik dan menaiki motor yang telah berhenti di depannya. Shine telah sampai di depan bengkel untuk menjemput Ganis. Shine pun melar
Read more
Tak Tahan
Ganis tersadar saat ia mendengar suara keributan. Ia sedikit terkejut dengan pikiran yang nyaris masih terpengaruh alkohol. Ia melihat Shine sedang bertengkar dan berkelahi dengan Pak Dirman.“Shine pergilah! kenapa kau meladeni kakek tua ini?” teriak Ganis masih terhuyung setengah sadar. Ia tak tahu pasti kenapa mereka bertengkar.“Ya kau seharusnya pergi. Pemuda kurang ajar!” tantang Pak Dirman.“Pak tua jangan ikut campur urusanku. Kalau Ganis tak melarangku aku sudah membalasmu. Nis aku pergi dulu. Kita ketemu lagi nanti,” ucap Shine sebelum pergi.Ganis hanya mengangguk dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Samar-samar ingatannya mulai kembali. Di bawah guyuran shower malam itu Ganis menggigil. Pak Dirman telah menyelamatkannya dari ulah bejat Shine. Tak menyangka Shine mencuri kesempatan. Tadi ia sungguh mengira Shine adalah Ramon. Akibatnya Shine bisa mencuri ciuman bibirnya. Untungnya Pak Dirman tiba-tiba muncul dan langsung memukul Shine. Apakah setiap laki-laki akan ter
Read more
Terhanyut
Pagi itu Ramon sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia sedang menuju meja makan untuk makan bersama dengan keluarga pamannya ketika ia menerima pesan dari pak Dirman. Di Indonesia saat ini sedang malam hari dan Pak Dirman melaporkan Ganis yang pergi berpesta dengan Shine. Ramon menghela nafas khawatir. Ia tak tahu apa yang bisa terjadi di pesta nanti. ‘Ganis tidak seperti biasanya. Saya tak bisa mengawasinya Pak Ramon. Saya kewalahan. Ia marah pada anda dan kelihatannya sangat merindukan anda Pak Ramon,’ tulis Pak Dirman. Kemudian Pak Dirman juga mengirimkan beberapa video CCTV yang ada di rumah. Ramon menunda untuk melihatnya. Ia ingin sarapan tanpa memikirkan apapun. Hari ini juga ada rapat penting. Jadi ia butuh konsentrasi. Semoga Ganis tidak gegabah dan berakhir mabuk atau yang lebih parah tidur tanpa sadar di ranjang pria tidak jelas. Shine pasti menjaga Ganis. Ia ingat penampilan Shir yang terlihat bukan pria mesum dan mata keranjang. Sarapan berlangsung seperti biasanya.
Read more
Kacau Balau
Alfaro mendesah berat. Tobias masih tampak santai. Sementara Mathias masih sibuk bertelepon dan juga mencoret jadwal.“Anak itu kembali lagi pergi secara tiba-tiba. Jalan pikirannya seperti apa aku makin tak mengerti. Ini sudah kurang seminggu pernikahannya,” gerutu Alfaro geram. Ia menahan diri untuk tidak langsung menelpon Ramon dan menyuruhnya kembali. Ramon masih calon menantunya bukan menantunya. Posisi Ramon yang lama ditinggalkannya baru saja ditempatinya kembali. Tak sampai sebulan ia sudah meninggalkannya. Tentu saja kinerja perusahaan sangat dirugikan. “Aku tak percaya kalau kakak sepupuku pergi hanya karena tertarik dengan bisnis di Indonesia. Indonesia bukan negara yang akan membuatnya kaya,” ucap Tobias sinis sambil melipat kedua tangannya di dada.“Lantas apa yang kau pikirkan selain bisnis yang membuat Ramon pergi? Marco telah tiada,” tukas Alfaro menatap tajam Tobias.Tobias tersenyum tipis.“Mungkin seorang wanita eksotik,” ujarnya membuat Alfaro marah.“Dia sudah ak
Read more
Katy dan Kato
Dalam balutan matahari pagi yang hangat di dapur dalam bungalow Ganis sedang memasak dengan Ramon yang ada di sekitarnya. Tampak kemesraan diantara keduanya. Ramon memeluk Ganis dari belakang dan mengecup tengkuknya. Ganis tersenyum melanjutkan untuk mengiris wortel. Masakan sederhana saja. Sebisa Ganis. Ramon suka masakan simpel. Memasak dimsum kuah yang segar di pagi hari. “Kak lepaskan. Biar cepat selesai,” seru Ganis mencoba mengendurkan pelukan Ramon di perutnya.“Hmm,” Ramon hanya menggeram. Tubuh Ganis sungguh bikin candu. Ia tak pernah puas. Mulutnya kembali memagut leher jenjang gadis muda itu. Rambut cepak Ganis ternyata begitu menggoda. Ganis memekik kecil. Ia kemudian meletakkan pisaunya dan menghadapi Ramon. Ramon segera menyerang bibir gadis itu. Tangannya mulai merapah punggung Ganis panas. Dalam suasana sunyi pagi itu mereka kembali terbawa gairah. Ramon menidurkan Ganis di meja dapur. Ia mulai melolosi semua pakaianya. Cecapan lidah terdengar basah. Ramon kembali me
Read more
Kejutan
Hari itu untuk pertama kalinya Ganis naik pesawat. Tentu saja terlihat norak. Apalagi Ganis seorang gadis yang mulutnya tak bisa diam. Ia terus mengoceh mengomentari semua yang dilihatnya. Bukanya malu. Ramon yang sudah hampir 5 tahun lebih tinggal di Indonesia dan sudah fasih berbahasa Indonesia tak begitu masalah. Malah ia merasa komentar Ganis cukup lucu.“Nis jangan makan terlalu banyak!” kata Ramon memperingatkan. Tangan Ganis berhenti untuk meraih makanan di depannya. Mereka kini sedang terbang menuju lombok tengah. Ganis langsung begitu bersemangat. Impiannya dengan Marco akan terwujud. Menonton motoGP di sirkuit Mandalika.“Kenapa memangnya. Sayang bukan kalau tak dihabiskan,” kata Ganis menatap Ramon. “Kau tak pernah naik pesawat. Aku tak mau kau jetlag dan kemudian muntah. Itu akan sangat merepotkan,” ujar Ramon tak mau mengambil resiko. Waktu mereka terbatas. Begitu turun dari bandaramereka akan langsung menuju sirkuit dimana motoGP akan segera berlangsung. Ia tak mau Ga
Read more
Seperti Mimpi
Malam itu setelah menonton motorGP Ramon mengajak Ganis pergi ke penginapan dekat sirkuit Mandalika. Setelah mendapatkan kamar mereka makan malam terlebih dahulu. Makan malam paling mewah dan juga romantis. “Ini sangat berlebihan,” ujar Ganis menatap meja bertaplak putih dengan pendar lilin. “Tidak kalau untuk dirimu Ganis. Kau layak mendapatkanya,” ujar Ramon menggeser duduk untuk Ganis. Ganis menatap hidangan yang tersaji begitu sempurnanya. Ada anggur merahnya juga. “Ini nyata. Aku nggak mimpi, kan?” seru Ganis duduk dan masih terpesona melihat makanan yang bukan saja terlihat enak tapi juga penataannya yang estetik. Tentunya dimasak dan disajikan oleh Chef resort dengan hati-hati. Ramon membungkuk dan berbisik dekat telinga Ganis. “Anggap saja ini mimpi terindah kita,” Ganis tersenyum kecil menyentuh pucuk hidung Ramon mesra. Ramon mengecup dahi Ganis kemudian duduk di seberang Ganis. “Mari kita makan. Kau pasti sudah lapar,” serunya. Dan benar saja perut Ganis langsung berb
Read more
Pulang
Setelah Sofia menelepon semua jadi tak menyenangkan. Ganis tak bisa menikmati jalan jalan ke desa tanpa membayangkan Sofia yang kini hancur. Ramon berusaha untuk mengajak Ganis melihat pemandangan di pantai tapi Ganis sudah tak berminat. "Kak kita pulang. Segera kakak temui kak Sofia. Aku tak ingin pernikahan kakak batal gara-gara aku. Ramon tak bisa membujuk Ganis lagi. Mau tak mau ia harus menghadapi kenyataan yang ada. Meninggalkan Ganis dan menikahi Sofia itulah takdirnya. itulah jalan yang benar. Ia melihat Ganis kini tampak tegar. Entah kenapa kini hatinyalah yang hancur. "Nis kukira kita bisa punya waktu sedikit lagi," ujarnya menatap Ganis muram."Sebanyak apapun kita tak akan cukup kak. Kita pulang sekarang atau kita akan terjebak menjadi penghianat cinta," kata Ganis tegas. Ramon meraih tangan Ganis erat. Ia mendesah berat."Nis kita kawin lari saja. Persetan dengan Sofia," ujar Ramon penuh emosi. "Aku tak pernah bisa berbahagia di atas penderitaan wanita lain kak. Ayolah
Read more
Ketemu Rival
Sofia turun di depan sebuah Bungalow lumayan besar. Dari luar tampak pepohonan yang lumayan asri.“Kau boleh pergi Sergio!” kata Sofia menatap garasi. Ada mobil Ramon di sana. Tak salah Ramon memang menghabiskan waktunya bersama gadis jalang itu disini. Perlahan Sofia berjalan menuju pintu utama. “Maaf anda siapa?” tanya seseorang tua mengagetkan Sofia.“You siapa?” tanya Sofia balik. Pak Dirman menatap seluruh penampilan Sofia menyelidik. Wanita Bule yang sangat tak tahu sopan santun pikirnya.“Saya Pak Dirman. Penjaga Bungalow ini. Ada perlu apa anda ke sini? apa anda kenal dengan pemilik Bungalow ini?” tanya Pak Dirman tak bisa membiarkan sembarang orang masuk tanpa izin.“Perlu You tahu ya. Aku adalah tunangan Ramon. Bukannya Ramon ada di dalam? jangan halangi aku untuk masuk,” kata Sofia terus menerobos untuk membuka pintu. Pak Dirman langsung pasang badan menghalanginya.“Pak Ramon sedang keluar. Saya akan telepon dulu orangnya kalau Pak Ramon kasih izin baru saja perbolehkan a
Read more
Tak Sadarkan Diri
Di sanalah Ramon sedang mencumbu Sofia dengan ganasnya. Di atas ranjang yang beberapa hari lalu juga menjadi saksi percintaan Ganis dan Ramon. Ganis berusaha untuk tetap membuka matanya tanpa air mata. Dadanya terasa sesak ketika Ramon melucuti bajunya. Ganis berusaha memegangi dadanya. Ramon sama sekali tak menoleh pada Ganis. Ia hanya akan berkonsentrasi pada tubuh Sofia yang kini juga telah polos. Rasa mual mulai menguasai Ganis ketika mendengar desahan Sofia. Tangannya mulai gemetar, kakinya nyaris tak bisa menapak menyaksikan Ramon mulai menggenjot Sofia dengan brutalnya. Jeritan Sofia memenuhi ruangan diiringi geraman Ramon. Ganis sudah tak bisa menahan rasa mualnya yang memuncak. Ia langsung berlari keluar Bungalow. Di teras ia memuntahkan semua isi perutnya. Beberapa menit Ganis harus merasakan kepalanya yang pening dan perut yang serasa diperas. Untuk kemudian akhirnya ia tumbang tak sadarkan diri. ***** Ramon tak bisa melanjutkan semua ini. Segera saja ia menarik dirinya
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status