Mencintai Kakak Sahabatku

Mencintai Kakak Sahabatku

By:  dwi23end  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings
112Chapters
2.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ganis jatuh cinta pada Ramon. Sosok pria dewasa yang merupakan kakak dari Marco sahabat baiknya. Ramon sendiri telah bertunangan. Ganis merasa akan sulit baginya mendapatkan cinta Ramon. Namun suatu kejadian tragis membuat Ganis mengalami hal yang tak terbayangkan bersama Ramon. Akankah Ramon akan jatuh cinta pada Ganis? Akankah Ganis mendapatkan kisah cinta bak dongeng bersama Ramon? "Ganis adalah kesalahan terbesar dalam hidupku. Kesalahan yang mengantarkanku pada cinta sejati yang tak pernah kupercaya" ( Ramon ) "Ada banyak pilihan untuk jatuh cinta. Dan cintaku jatuh pada pria yang layak jadi pamanku. Kejahatan yang dilakukannya padaku tak membuat Cintaku karam. Malah makin besar. Ternyata cintaku setulus ini. Aku tak menyukai cinta yang seperti ini. Aku ingin cinta yang realistis cover by pixabay and canva

View More
Mencintai Kakak Sahabatku Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
kiki34
Gila sih ini cara penulisannya. Bikin deg-degan. Awalnya cuma mau baca 1 bab eh ternyata lebih!
2024-04-19 18:55:31
0
user avatar
Zaid Zaza
Keren Bangeeet! Rugi Kalau Nggak Baca! Izin promo Thor! Mampir yok di novel, "ROH KAISAR LEGENDARIS"
2024-02-05 11:29:21
0
112 Chapters
Dalam Api Emosi
Suasana duka begitu kental terasa. Seorang gadis muda masih terisak tak jauh dari makam. Ia tak peduli gerimis membasahi tubuhnya. Di sekitar makam pendeta baru saja mengakhiri doanya. Semua membubarkan diri dalam keheningan. Seseorang pria berhenti di depan gadis itu. Matanya menatap penuh kebencian. Para pengikutnya ikut berhenti waspada di belakangnya. “Kau masih di sini? Rupanya kita harus bicara. Bawa dia ke mobilku!” perintah pria itu dengan suara dingin dan sinis. “Hentikan! kalian mau apa? apa salahku,” teriak gadis itu berusaha melepaskan diri ketika dua orang pengikut pria itu memeganginya dan membawanya mengikuti pria itu “Diamlah!” bentak salah satu pria itu. Gadis itu akhirnya berhenti mencoba melawan. Gadis itu didorong masuk ke dalam jok belakang sebuah mobil mewah. Tak lama kemudian pria yang memberi perintah itu pun masuk ke bangku pengemudi. Seorang teman wanitanya akan ikut masuk tapi ia segera mencegahnya. “Biarkan aku sendiri!” ucap pria itu muram. “Aku akan
Read more
Cinta yang Ternoda
“Maafkan aku. Sungguh jangan lakukan ini kak Ramon,” ucap Ganis dengan putus asa saat Ramon berhasil membuat tubuhnya polos. Ramon yang kalap langsung meraih wajahnya sekaligus mengungkungnya dari atas dengan kuat. “Kak kau salah paham. Dengarkan aku dulu,” mohon Ganis mulai terisak. Ganis tahu ia tak akan lolos dari Ramon. Tubuhnya kalah jauh dengan tubuh besar Ramon. Ia hanya gadis asli Indonesia dan Ramon adalah pria bule. Tubuh Ramon hampir dua kali tubuh Ganis.Dengan beringas dikuasai nafsu dan amarah Ramon melahap bibir Ganis dengan rakus. “Kak tolong hentikan! kasihanilah aku,” Ramon tak mendengar permohonan dan rintihan Ganis. Ia seakan tuli dan terus menjelajah dengan liar. Air mata Ganis mengalir tiada henti. Hatinya sangat sakit dan perih. Tubuhnya serasa diremas dan diremat dengan buas. Ia merasa tak berharga. Rasa sakit seakan terbelah ia rasakan begitu Ramon dengan kasar melebarkan pahanya dan merusak sesuatu yang ia pertahankan sebagai gadis baik-baik. “Akhhh!,” Ga
Read more
Hampir tak Mengenali Diri
“Ganis aku lagi menyiapkan motorku. Kau sedang apa? ingat ya janjimu kemarin,” suara Marco di antara deru bunyi motor yang bising.Ganis tersenyum sambil menatap wajahnya di cermin besar di sebuah salon kecantikan.“Aku hampir selesai. Aku takut kau tak akan mengenaliku nantinya,” ujarnya begitu puas dengan penampilannya sekarang.Tak butuh waktu lama pegawai salon telah membuat wajahnya menjadi lebih bersinar. Tak seperti bayangan Ganis yang wajahnya akan ditempeli make up tebal. Ini terlihat sangat natural dan flawless. Ia sangat suka.“Nona apa rambut Nona dibiarkan seperti ini?” kata pegawai itu tampak ragu-ragu.“Memangnya bisa ya?” tanya Ganis masih menatap wajahnya di cermin. Ia merasa rambut cepaknya tak bermasalah.“Nona bisa mengenakan rambut palsu yang panjang. Tenang saja akan tampak alami kok,” kata pegawai itu mengeluarkan sesuatu dari lemari tak jauh dari Ganis duduk. Belum sempat Ganis bicara pegawai itu telah memakaikan rambut palsu itu di kepalanya. Rambut berwarna s
Read more
Merasa Bersalah
Dalam keadaan setengah sadar ingatan Ganis berputar pada saat kejadian kecelakaan malam itu. “Marc, kau akan selamat. Kita akan ke rumah sakit,” sedu Ganis memeluk Marco yang tak berdaya. Marco menggelepar dalam sakaratul mautnya. Ganis makin terisak. Tampak darah menggenang dari belakang kepala pria itu. “Ga-nis,” ucap Marco dengan sudut bibir mengalirkan darah segar. “Kau can-tik,” ujarnya tersendat. Ganis menoleh ke sekeliling. Kenapa semuanya menghilang. Mana semua orang? Mana teman-teman Marco? “Tolong kami!” teriak Ganis begitu panik. Terdengar bunyi sirine polisi mendekat. Kenapa pertolongan tak juga datang. Mengapa lama sekali.“Marco kau akan sembuh,” ucapnya menatap wajah Marco yang kian memucat. Matanya mulai meredup. “Bertahanlah! sebentar lagi,” “Nis apakah kau menerimaku,” seru Marco dengan sangat susah payah. Nafasnya serasa sudah di ujung tenggorokan. “Ya aku menerimamu. Kita pacaran,” sahut Ganis mengangguk cepat. Ia mencium pipi Marco terharu. Sebentuk senyum s
Read more
Tes Pack
Ramon berjalan menuju apartemennya. Entahlah ia bisa melewatinya atau tidak. tinggal lagi di apartemen tanpa Marco. Ingatannya kembali pada Ganis. Gadis itu ia tinggalkan saat ia tertidur setelah meminum obatnya. Mungkin ia harus menelpon Sofia. Ia akan membiarkan Sofia menemaninya. "Sofia aku ada di apartemen sekarang," kata Ramon menghubungi Sofia."Ya Ramon aku akan ke sana dalam 10 menit. Tunggulah. Aku akan menyerahkan semua pekerjaan pada asistenku dulu," ujar Sofia. Panggilan pun ditutup. Ramon membuka pintu apartemen. Segera ingatan tentang kenangan Marco semasa hidup kembali mengisi pikirannya. Ia menatap foto Marco di dinding. Mainan Marco di rak pajangan. Ia seolah melihat Marco duduk di sofa melemparkan senyum jahilnya. Ramon tak bisa menahan kepiluan yang menderanya. Ia meraih minuman di kulkas dan menenggaknya. Sambil minum ia berjalan menuju kamar Marco. Ia kini terkenang saat Marco tengah berkelahi dengannya dan berguling-guling di kasur. Hampir 15 tahun ia hidup be
Read more
Apakah hanya kecelakaan biasa?
Ramon menunggu Ganis keluar dari kamar mandi dengan gelisah. Ia mulai menimbang-nimbang. Tak mungkin juga ia mengambil langkah aborsi kalau memang Ganis benar-benar hamil. Ia bukan pria sekejam itu. Ganis muncul dari kamar mandi dengan wajah yang sulit ditebak. Bagi gadis itu positif atau negatif baginya sama saja. Sekarang ia bukan gadis lagi. Tubuhnya telah ternoda. Hal yang di banggakan dan akan ia persembahkan untuk orang yang paling dicintainya sudah hilang. "Bawa sini!" perintah Ramon tak sabar.Ganis mengangsurkan test pack itu. Ramon menatap alat itu dengan seksama. Desahan berat terdengar dari nafasnya."Hasilnya negatif. Ini akan menjadi hal mudah bagi kita. Kita tak perlu lagi terlibat dalam suatu hubungan," ucap Ramon tak bisa menyembunyikan kelegaannya."Kau telah merugikanku!" rutuk Ganis marah."Maaf. Ya aku khilaf. Jangan jumawa. Entah apa yang aku pikir saat itu hingga bisa menodaimu. Kau tak begitu cantik. Aku juga punya tunangan. Lagipula mencari gadis yang mau a
Read more
Tak Bisa Diam Saja
Ganis tak mengambil waktu lebih lama untuk tinggak di bungalow. Malam itu juga Ganis pergi meninggalkan Bungalow. Untuk sementara ia nyaris bingung akan kemana. Ia pun memutuskan untuk pulang saja. Sudah hampir seminggu ia tak pulang sejak kematian Marco. "Syukurlah kau masih ingat pulang. Aku lebih senang kau akan tetap tinggal bersama teman-teman beandalmu itu," ucap ibunya ketika melihat Ganis. "Tenang saja ibu aku akan segera pindah. Aku juga udah nggak betah," jawab Ganis menuju kamarnya. Ia melihat ayah tirinya sedang tertawa-tawa menonton TV. Ibunya jam segini masih sibuk menbereskan pekerjaan rumah setelah seharian bekerja. Membiarkan ayah tirinya hanya ogkang-onkang tak mau bekerja. Adik tirinya yang masih balita terlihat tidur di kamar."Memang darimana kau akan dapatkan uang. Menyewa kamar kos juga butuh biaya. Kerjamu saja nggak tentu. Kerjamu cuma keluyuran nggak jelas gitu," gerutu ibunya. "Lebih baik keluyuran nggak jelas daripada ada di rumah," sahut Ganis sangat m
Read more
Ketemu Juga
Ganis berbaring gelisah di atas kasur di atas dipan reotnya. Ingatannya melayang pasa saat Ramon menciumnya. Entah kenapa rasanya masih ia ingat. Ia kemudian bangun dan mengibaskan kepalanya. Ia harus melupakan pria itu. Pria itu bukan pria baik dan ia wajib membencinya. Ia akan keluar saja. Ia tak bisa memejamkan matanya barang sejenak pun. Bayangan kepergian Marco dan juga perbuatan bejat Ramon silih berganti mengisi mimpinya membuatnya nyaris tak bisa terlelap. Perasaannya campur aduk. Ia turun dari ranjangnya. Ia akan kembali bekerja di kedai minuman itu dulu sebelum ia mendapatkan pekerjaan baru. Tanpa ponsel dan KTP mencari pekerjaan akan menjadi lebih sulit. Ganis teringat tas favoritnya yang juga ketinggalan di mobil Ramon. Ia menyadari kalau ia masih memakai kemeja dan juga celana dari lemari kamar dimana ia kehilangan kegadisannya. Badannya sebenarnya belum sehat benar tapi ia beranikan untuk mengguyur tubuhnya malam itu. Ia ingin membersihkan sisa-sisa perbuatan Ramon. "A
Read more
Kenapa Ganis
Sofia terus menggoda Ramon. Ramon tak bisa mengenyahkan wajah Ganis. Ramon kemudian mulai menguasai permainan. Dengan bayangan Ganis dipikirannya ia mulai membalas sentuhan Sofia. Keduanya segera terlibat dalam pergumulan panas. Sofia mulai mendesah dan menggelinjang oleh perlakuan Ramon. Sampai akhirnya keduanya mencapai klimaks. "Ganis!!" seru Ramon saat ia merasakan ledakan yang kuat dalam diri Sofia. Sofia yang baru saja mencapai puncak langsung kesal. Kenapa Ramon tak menyebut namanya seperti biasanya. Siapa Ganis itu?Ramon segera terkulai di samping Sofia. Sofia ingin protes dan bertanya tentang siapa Ganis tapi Ramon telah memeluk dan mencium dahinya kemudian segera memejamkan matanya. Sofia yang biasanya langsung ikut terlelap bersama Ramon kini tak bisa lagi untuk terlelap. Sebuah nama yang diucapkan Ramon tanpa sadar tadi mengusik pikirannya. Seharusnya ia tak cukup khawatir dengan hubunganya dengan pria dipelukannya itu. Apalagi sejak kematian Marco, Ramon telah mengajakn
Read more
Berhenti Ucapkan Jalang
"Aku sudah rusak. Lantas buat apa aku menjadi gadis bermartabat. Biarkan jadi jalang sekalian. Bukannya dari awal kau menyebutku jalang?" pekik Ganis histeris. Ia sudah lelah sebenarnya. Baginya sama saja ditangkap Dannis atau malah bersama Ramon saat ini. Ganis terus meluapkan emosinya pada dada bidang Ramon.Ramon dengan sedikit ragu akhirnya membelai rambut Ganis lembut. Ia kehilangan kata-kata. Ia hanya bisa mencoba untuk menenangkan Ganis dengan mengusap-ngusap punggungnya. Mata gadis itu tampak memerah dan sembab."Biarkan aku memperbaiki yang rusak itu Ganis," ucap Ramon trenyuh. Ia sudah menghancurkan masa depan seorang gadis yang sebenarnya butuh arahan dan bimbingan. Menurut informasi ayah Ganis sudah pergi entah kemana. Kini ia hanya tinggal dengan ibu dan ayah tirinya. Kalau tak salah ayah tiri Ganis sedikit mesum sampai Ganis memilih berpenampilan tomboy dan tak mau berlama-lama tinggal di rumah."Jangan ucapkan jalang lagi," sahut Ganis lirih. Kini ia mulai berhenti teri
Read more
DMCA.com Protection Status