All Chapters of Kuikuti suamiku dengan GPS: Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
Bab 31
Dua minggu kemudian, Aku sudah melupakan tentang Mas Arga dan Mita. Kujalani hari-hariku seperti biasanya, mulai dari ngajar hingga ngurus anak-anak.Sore yang indah ini anak-anak sedang bermain di halaman, sedangkan aku duduk di teras melihat mereka, sesekali pikiranku melayang ntah kemana."Bunda," panggil Hana membuyarkan lamunanku."Iya Nak, kenapa?" tanyaku sambil tanganku terulur mengusap rambutnya."Ayah kok nggak pernah datang, Bunda?" pertanyaan Hana membuatku kaget sekaligus bingung harus menjawab apa."Em … mungkin Ayah lagi banyak kerjaan sayang," jawabku berbohong. Bibir Hana langsung mengerucut membuatku gemas."Gimana kalo kita beli ice cream sekalian jalan-jalan," ajakku. Hana langsung bersorak riang."Ayuk Bunda!" ajaknya sambil menarik-narik tanganku.Aku membawa mereka ke mall sekalian untuk beli keperluan rumah, sampai di mall kami langsung melangkah masuk, Dani yang tidak sabaran berlari masuk membuatku kesusahan mengejarnya karena banyak orang."Dani!" panggilku
Read more
Bab 32
Siang hari begitu bel berbunyi, aku langsung memulangkan semua murid dan akupun bergegas pulang ke rumah. Sampai di rumah aku melihat Hana dan Dani sudah tidur di depan televisi.Tanpa membuang waktu aku langsung membersihkan diri terlebih dahulu, setelahnya baru aku membuka ponsel melihat sambungan GPS dan whatsapp web Mas Arga.Kulihat lokasinya sekarang ada di rumahnya, ku refresh ponselku berkali-kali siapa tau ponselku sedang lola."Masa sih si rumahnya terus, coba deh nanti malam lagi di cek," gumamku sambil mengutak-atik ponselku. Kubuka lagi whatsappnya, banyak panggilan dan pesan dari Dimas dan Mita. Kubuka terlebih dahulu pesan-pesan Dimas.[Ga, kamu di mana sih? Udah tiga hari nggak masuk kantor, anak-anakmu butuh kamu Ga, aku tahu kamu benci dengan pernikahan ini setidaknya jangan jauhi anak-anakmu] pesan terakhir Dimas yang cuma di baca oleh Mas Arga."Owh, gara-gara Dimas makanya Mas Arga datang sembunyi-sembunyi," gumamku lalu tanganku membuka pesan-pesan Mita.[Sayang
Read more
Bab 33
Aku kaget saat Ayah menepuk pundakku, aku mendongak melihat Ayah."Inilah Nak, akibat dari perbuatanmu. Ayah harap dengan kejadian ini semua kamu bisa intropeksi dirimu, bukan Ayah melarang kamu patuh sama Ibumu, tapi kamu harus tau juga Ibumu adalah adalah tipe orang yang mudah di hasut. Ingat, waktu kamu diambang kebingungan antara menceraikan Hanin atau tidak, ibumu 'kan yang menghasut-hasutmu untuk menceraikan Hanin detik itu juga," lanjut Ayah mengingatkanku waktu aku menceraikan Hanin.Tok! Tok! Tok!"Ayah di dalam nggak?" terdengar suara Ibu dari luar ruangan, aku langsung panik."Ayah, aku belum mau ketemu Ibu," ucapku memohon pada Ayah."Ya sudah kamu masuk ke kamar pribadi Ayah, kunci dari dalam," suruh Ayah, aku langsung berlari ke kamar."Masuk lah, Bu," suruh Ayah, Ibu langsung masuk dengan muka gembira."Kakek," ucap seseorang yang tidak asing bagiku, aku langsung membuka pintu kamar sedikit, mataku terbelalak melihat Ibu membawa Hana yang masih lengkap dengan seragam se
Read more
Bab 34
"Apa yang dia lakukan?" tanyaku tegas."Dia jemput Hana ke sekolah diam-diam, terus di bawa ke kantor," jawab Dimas datar membuatku bingung."Maksudnya gimana sih? Ibu bawa Hana ke kantor Ayah, tapi kenapa kamu yang antar pulang, kenapa bukan Ayah?" tanyaku bingung."Kebetulan tadi Arga juga di kantor mertuamu makanya dia bawa Hana lari ke kantorku, minta tolong buat ngantarin Hana ke sini," terang Dimas membuatku mematung, Mas Arga yang bawa Hana."Kenapa Mas Arga nggak ikut?" tanyaku lagi, kulihat Dimas memicingkan matanya."Kenapa sih? Kamu kangen sama dia?" goda Dimas membuatku langsung mengambil bantal dan melemparkannya ke arah Dimas."Hehe sorry … sorry, si Arga malu ketemu sama kamu, dia belum siap katanya," lanjut Dimas, aku langsung mangut-mangut.Brak!Tiba-tiba pintu di buka kasar membuatku dan Dimas kaget. Aku langsung berdiri melihat Mita dan Ibu mertua yang datang."Dimana Arga?" tanya Mita dengan angkuh membuatku langsung melipat kedua tanganku."Sudah berapa kali kubi
Read more
Bab 35
"Kamu sakit Ga?" tanyaku karena melihat wajah Arga pucat dan kelihatan tidak bertenaga."Nggak kok," jawabnya singkat, tapi aku tidak yakin melihat ekspresinya."Aku nggak percaya Ga, berobat yuk," ajakku, Arga malah menggeleng."Nggak kok aku nggak apa-apa cuma kangen anak-anak aja," ujarnya membuatku menyergitkan kening."Ya udah ketemu lah, pergi ke rumah, Hanin," saranku."Iya, nunggu Mita lahiran aja dulu aku benar-benar malu sama Hanin setelah undangan pernikahan kemaren," lanjutnya, aku hanya mangut-mangut.***Keesokan harinya aku menunggu Sinta di sekolah karena aku tidak tahu dimana alamatnya. Sekarang aku sedang duduk di kursi panjang dekat pagar."Si Hanin udah kayak kuping batu ya, nggak ada malunya walaupun udah di hina semua guru-guru," ucap seseorang yang sedang duduk di sampingku."Iya ih, andai aja itu CEO tahu kalo Hanin itu cuma janda yang kesepian, pasti dia juga bakal jijik lihat, Hanin," sambung temannya, aku yang mendengar kata CEO langsung penasaran, siapa yan
Read more
Bab 36
"Kenapa kamu berikan semua warisan sama perempuan murahan itu, kenapa?!" teriak Ibu seperti orang frustasi."Minta maaf lah Bu, bersihkan nama, Hanin," ujar Arga sambil menahan pukulan Ibunya."Nggak, sampai kapanpun Ibu tidak akan pernah minta maaf!" Ibu terus berteriak.Arga melepaskan cengkeramannya Ibunya pada bajunya lalu ia berbalik hendak pergi, aku juga mengikutinya, belum sempat kami melangkah."Akh!" ringis Mita membuatku dan Arga kembali berbalik."Kamu kenapa, Nak?" tanya Ibu panik melihat Mita memegangi perutnya."Bu, perutku sakit ba--banget," ucap Mita menahan sakit, seketika aku dan Arga saling melempar pandangan."Yuk Ga, bantu dia ke rumah sakit biar kamu tahu kepastian bayi itu," ajakku yang dibalas anggukan oleh Arga, ia langsung mendekati Mita lalu menggendongnya, sedangkan aku langsung menuju mobil.Selama perjalanan Mita terus menangis meringis kesakitan, aku sesekali melihatnya dari spion.Sampai di rumah sakit, Mita langsung di larikan ke ruang bersalin. Hampi
Read more
Bab 37
Selama tes berlangsung, Dimas terus menemaniku gantian untuk menggendong bayi Mita.Setelah selesai, kami pun keluar, ada rasa lega dihatiku akhirnya tes DNA yang selalu ku inginkan akhirnya terlaksana, sekarang tinggal menunggu hasilnya.Sampai di ruangan Mita, aku langsung memberikan bayi itu pada Mita."Kamu mau kemana, Mas?" tanya Mita saat melihatku melangkah menuju pintu."Pulang," jawabku singkat."Arga, masa Mita baru melahirkan kamu tinggal, gimana sih," omel Ibu membuatku langsung memutar mata malas. Ntah pelet macam apa yang di kasih Mita ke Ibu, sehingga Ibu menjadi sangat penurut sama Mita."Em ... Ayah, Arga mau ngobrol bentar sama Ayah di luar," ajakku pada Ayah, Ayah langsung melangkah mendekatiku lalu kami keluar dari ruangan."Kenapa?" tanya Ayah begitu kami sudah di luar."Aku mau jaga Mita, asal Ibu jangan disini karena kalo nggak pasti akan terus memaksaku untuk menikahi Mita, sedangkan hasil tes DNA keluar dua minggu lagi," jawabku panjang lebar memberikan penger
Read more
Bab 38
*PoV Author*Tiga hari kemudian, Mita sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Dimas dan Arga mengantarkan Mita ke rumah orang tua Arga.Selama perjalanan hanya ada keheningan, Arga dan Dimas di depan sedangkan Mita dan bayinya di kursi belakang."Mas, kamu bakal nginap di rumah Ibu, 'kan," tebak Mita, Arga melihat Mita sekilas dari spion."Nggak, aku punya rumah," jawab Arga datar membuat Mita langsung mendengus kesal."Kamu ngapain sih Mas, sendirian tau di rumahmu itu atau nggak aku sama baby Aydan ikut kesana," tawar Mita, Dimas yang mendengar itu hanya bisa menggaruk alisnya sekilas."Mita kamu masih masih waras apa gimana sih? Apa kata orang kita satu rumah yang belum menikah, aku udah bilang kita tunggu hasil tes DNA, titik. Nggak ada perdebatan," tegas Arga tanpa melihat Mita membuat Mita langsung menatap tajam ke arah Arga.Sampai di rumah orangtuanya, Arga langsung menurunkan semua barang Mita. Ibunya dengan semangat menyambut Mita dan bayi itu. "Menantu sama cucu Ibu
Read more
Bab 39
"Mita menginginkan Arga, Om. Dia tetat kekeh supaya Arga menikahinya," jawab Dimas membuat Ayah Arga mangut-mangut."Benar, apa yang kamu bilang. Tapi, walau gimanapun Om nggak setuju punya menantu kayak dia," lanjut Ayah Arga.PoV hanin.Hari ini adalah hari pertamaku ngajar setelah sakit selama tiga hari, pagi-pagi sekali aku berangkat karena masih harus mengantar Hana ke sekolah dan mengantar Dani ke rumah Sinta, aku takut jika Dani di rumah sama Mbok Sumi, Ibu mertuaku bakal datang mengambilnya."Hana nanti kalo ada yang jemput Hana ke sekolah jangan mau ya Nak, tunggu Bunda sampai datang. Kalo kamu di paksa, lari aja ke kantor ngadu sama guru di situ ya," nasehatku pada Hana di dalam mobil."Iya Bunda. Tapi kalo Ayah yang jemput?" tanyanya membuatku langsung bingung."Izin dulu sama wali kelasmu, bilang di jemput Ayah biar Bunda nggak kecarian," lanjutku, Hana langsung mengangguk.Setelah mengantarkan mereka berdua, aku langsung bergegas menuju sekolah. Hampir setengah jam aku me
Read more
Bab 40
PoV authorTiga hari setelah Arga berobat, ia merasa sudah sangat sehat sekarang di tambah lagi Dimas selalu menemaninya.Sekarang mereka dalam perjalanan menuju kantor Ayahnya untuk memberi tahu semuanya. Begitu sampai Arga langsung masuk, tapi Arga kaget melihatku Ibunya ada di dalam juga."Arga, kamu dari mana aja sih? Kasian Mita sudah hampir seminggu kamu tinggal," omel Ibu membuat Arga langsung menggaruk alisnya sekilas."Ibu kasihan sama anak orang, tapi Ibu nggak kasihan sama Arga yang setengah mati melawan penyakit," gumam Arga yang terdengar jelas oleh Ibunya."Penyakit? Penyakit apa?" tanya Ibunya lagi, tapi Arga malah berjalan mendekati Ayahnya."Yah, Arga mau ngomong sesuatu sama Ayah, penting," ucap Arga tanpa basa-basi membuat Ayah langsung mengangguk."Ngomonglah atau mau di luar," tawar Ayah."Di luar aja, Yah," ajak Arga lalu mereka berdua keluar.Sedangkan Dimas tetap di dalam menemani Ibu Arga supaya tidak menguping."Ada apa dengan Arga? Kasih tau saya," tanya Ibu
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status