All Chapters of Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Chapter 31 - Chapter 40
195 Chapters
Bab 31. Mengerjai mereka
Aku rasa lebih baik mampir ke kafe dulu, segelas kopi hangat sepertinya akan membuat diri ini lebih tenang.Kubawa mobil ini dengan sangat pelan, kupandangi jalanan yang tidak rame juga sepi, semua sedang-sedang saja, sepertinya semesta sedang mendukung diri ini. Hingga alam pun tidak ikut bising.Suara getaran ponsel membuyarkan anganku, aku melirik ke samping, tertera nama suami sedang menelepon. Mungkin dia sudah jenuh atau Amira rewel.Kuraih ponselnya lalu kupencet tombol merah. Kubuka deretan pesan darinya.[Sherly. Niat jemput tidak? Kenapa lama sekali?][Halo, Sherly. Teleponku diangkat dong!][Sherly, kami kepanasan, Amira rewel. Lekaslah kesini][Sherly, cepat kesini. Clara marah-marah. Maas sudah tidak punya ongkos buat bayar taksi, semua sudah buat DP mobil]Aku menghela napas, lalu putar arah menuju ke arah alamat yang dikirim Mas Pram.Sepertinya sekarang harus tunduk dulu agar tidak dicurigai.10 menit setelahnya, dadi kejauhan, di trotoar jalan di depan showroom, terli
Read more
Bab 32. Main Drama
“Sherly, apa-apaan, Kamu!“ Mas Pram ikut menimpali dan langsung turun, ia langsung ambil alih dan menyuruhku turun untuk menggantikanku nyetir mobil.“Maaf, lagi belajar,” jawabku sangat lirih. Kupasang wajah memelas. “Tidak usah masuk lagi! Kamu jalan saja bukain pintu gerbang!“ seru Ibu meneriakiku saat tangan ini hendak membuka pintu mobil.Aku pun mundur, lalu berjalan kaki ke rumah, nampak tetangga depan sedang menatap ke arah kami, lantas aku pun langsung memasang wajah sedih dan berusaha mengeluarkan air mata ini. Segera aku mengingat kenangan paling menyedihkan agar aku bisa mengeluarkan air mata. Akhirnya usahaku berhasil. Aku melangkah maju dan pura-pura jalan dengan langkah terseok-seok. Langkahku sangat pelan hingga Mas Pram pun membunyikan klakson sesuai keinginanku.Aku menunduk pura-pura mengusap air mataku, sesekali aku mencuri pandang ke arah tetangga yang barusan aku lewati. Kebetulan rumah Mas Pram melewati beberapa petak rumah.Nampak si tetangga itu sangat penas
Read more
Bab 33. Dapat satu pembela
“Tante, tolong masalah ini jangan sampai bocor ya, Tante. Aku tidak enak apalagi berhubungan dengan aib keluarga.““Iya-iya, tenang saja.““Mas Pram mau menikah lagi, Tante. Tadi aku marah-marah di mobil dan diturunkan begitu saja di jalan depan sana. Terus aku tidak sengaja menginjak kerikil dan membuatku keseleo.“ Aku sedikit berakting dan sedikit menggigit bibir ini.“Astaghfirullah, terus, Kamu tidak ditolong? Malah suruh bukain pintu gerbang? Zolim sekali mereka!“ sungutnya.Aku hanya mengangguk.“Bahkan, Kamu mau ditinggal nikah lagi? Dasar Pram belagu, OKB itu memang seperti itu, suka lupa dulu seperti apa. Ih, Tante gemas!““OKB itu apa, Tante?““Orang kaya baru. Aku paling benci sama Lelaki yang tega sama istri dan mau menikah lagi. Emang katanya kenapa mau menikah lagi?““Katanya aku mandul, padahal usia pernikahan kami baru 4 tahun, Tante,” lirihku dan pura-pura menangis.“Astagfirullah! Amit-amit punya tetangga seperti itu. Owh iya nama, Kamu siapa? Tante lupa.““Sherly, T
Read more
Bab 34. Emosi yang meledak-ledak
POV PRAMPLAK!!Tangan ini lepas begitu saja, aku menatap telapak tangan ini. Tidak percaya yang barusan aku lakukan. Aku menampar wajah istriku. Aku menatap wajahnya yang menatap ke arahku dengan pandangan kosong. Marahkah? Kecewa?Ah, biarlah. Biar dia tahu marahnya aku seperti apa. Sungguh aku melihat kegilaan Istriku menyetir tadi. Sangat membahayakan anakku dan ibu. Aku tidak bisa mentolerirnya ditambah saat menyaksikan Clara muntah-muntah.Pemandangan itu sangat menyakitkan.Bukannya punya hati langsung membantu malah enak-enakan ngobrol dengan tetangga, sungguh tidak punya hati.“Heh! Biadab! Bisa-bisanya melakukan kekerasan dengan wanita!“ Seorang wanita tua mendorong bahuku.Ingin sekali aku balas dan mendorong lebih keras biar tahu rasa. Namun aku sadar nanti hanya akan menambah masalah saja. Lebih baik tidak perlu dihiraukan.Segera aku tarik lengan Sherly menuju ke rumah. Dia harus meminta maaf sama ibu juga Clara. Tidak masalah dengan diriku. Aku tidak peduli. Tapi merek
Read more
Bab 35. Hamil?
“Itu karena kesalahan, Kamu Sherly. Sudahlah jangan membahas yang tidak penting, cepatlah minta maaf ke mereka!“ suruhku mempersingkat masalah. “Tidak penting katamu? Kamu baru saja membahayakan nyawaku, lihat bibirku berdarah! Apa tidak nampak! Clara hanya muntah. Ibu juga tidak kenapa-kenapa. Tapi aku disuruh minta maaf! Hatimu dibuang kemana?!“ tanyanya mendelik membuatku frustasi.Aku mengusap kasar wajah ini. Kenapa susah sekali mendamaikan mereka. Apa perlu kuceraikan saja dia? Tapi aku baru saja mengambil angsuran tinggi. Tidak! Sherly adalah aset yang perlu dipertahankan.“Sherly, aku mohon! Minta maaflah,” ujarku dengan memelankan suara.“Baiklah,” lirihnya. Ia mendekat dan lalu berbisik dekat kupingku. “Aku akan melakukan permintaanmu ... tunggu saja konsekuensinya.“Setelah berucap seperti itu. Ia mundur dan melangkah ke arah ibu.“Bu, maafkan Sherly tadi,” ucapnya ke arah Ibu.“Hem.“ Ibu hanya berdehem dan masih mendongak menatap Sherly.“Clara. Mbak minta maaf.“ Kini ia
Read more
Bab 36. Clara menelepon siapa?
“Kamu Kenapa?“Sherly hanya menggeleng, sedangkan juniorku meronta-ronta di bawah. Aku menyejepitnya dengan kedua pahaku, setidaknya menahan beberapa saat.Aku pun dengan gerakan pelan, memapah Sherly ke ranjang.Ia tidak menolak juga tidak meresponnya. Namun aku tidak bisa memilih, juniorku harus dipuaskan. Aku pun membuka roknya yang menutupi dirinya.Kini aku merangkak naik dan saat melihat wajahnya, lagi. Ia sudah berlinang air mata. Apa aku salah meminta hakku sebagai suami?“Kamu kenapa? Bicaralah jangan hanya menangis?“ tanyaku lalu beranjak dan duduk di sebelahnya. Kecewa.Aku menoleh, melihatnya yang ikut bangun dan memungut bajunya lalu mengenakannya.“Mas, hatimu ke mana? Tadi menamparku dan sekarang minta enak-enak. Aku ini apa di matamu?“ tanyanya dengan nada pelan.“Bukannya hubungan intim kita sama-sama enak? Kamu lupa dulu, Kamu yang sering meminta duluan. Tapi kenapa sekarang seolah-olah, Kamu tidak menikmati dan mengatakan kalau mas jahat?“ Aku menggeleng menatapnya
Read more
Bab 37. Utang ke warung
“Tidak. Lang! Aku sudah nyaman di sini. Tolong jangan ganggu aku lagi, kita sudah mantan.“ Begitu suara yang aku dengar, ternyata dia sedang bertelepon.Aku menarik kepala ini dan kini berdiri tegak. Senyumku sedikit menyungging saat mendengar tadi, betapa setianya calon istriku ini. Lantas aku pun mengetuk pintu kamarnya.Tidak lama Clara membukakan pintu itu, wajahnya terkejut saat aku berada di depannya. Ia terlihat gugup lalu merapikan rambutnya.“Kenapa, Mas?“ tanyanya.“Amira mana? Biar aku ajak ke warung. Biar, Kamu bisa ngapa-ngapain.““Amira, Mas. Dia lagi ngedot. Bentar ya, aku ambilkan.“Aku mengangguk, menantinya.“Ini, Mas. Mau digendong?“ tanyanya sembari menyodorkan Amira ke arahku. Aku langsung sigap meraihnya dengan hati-hati.“Ia gendong saja.“Ia kembali masuk dan tidak lama membawa sebuah kain jarik, lalu ia melingkarkan jarik itu ke badanku. Lalu melilitkan setelah semua pas.Wangi badannya tercium oleh indera penciumanku. Saat badannya hendak menjauh, aku meraih
Read more
Bab 38. Mengumpulkan bukti
POV SherlyAku menatap punggung Mas Pram saat ia pergi meninggalkanku. Setelah pintu itu tertutup rapat, segera kuhapus air mataku ini. Lalu aku bangun dan mata ini memindai setiap inci untuk mencari rontokan rambut Mas Pram. Aku menyibak badcover, masih juga belum menemukan. Lalu kuraih ponsel yang masih tersimpan rapi di tas untuk menyalakan senter. Kuusap layar ponsel, ternyata ada pesan dari Herman. Akupun langsung membukanya.[Rumah kapan siap disurvei? Soalnya sudah ada calon pembeli yang tertarik ingin melihat-lihat]Akupun langsung mengetik untuk membalasnya.[Insyaallah secepatnya, nanti saya kabari lagi, ya][Kalau bisa Minggu ini ya, soalnya yang survei dari luar kota dan bisanya Minggu ini][Siap]Aku langsung menutup aplikasi WhatsApp lalu segera ke playstore untuk mendownload sebuah aplikasi pemesan tiket.Setelah menunggu sekian detik, akupun langsung memasukkan beberapa data juga alamat yang diminta. Setelah itu segera aku pesan 4 tiket ke Bali untuk hari lusa, pulan
Read more
Bab 39. Menuju kehancuran
“Yasudah, ini Amira gendong!“ “Argh, ya! Ya! Aku ambilkan air minum!“ desisnya lalu berjalan dengan menghentakkan kakinya.Lihatlah tingkahnya sok sekali, siapa dia di rumah ini, kamu akan menyesali perbuatanmu, Clara!Aku pun segera kembali ke kamar, lalu mengambil plastik klip yang selalu tersedia di lemari kecilku.Aku pun memasukkan rambut Clara ke satu wadah plastik khusus dan tidak lupa menamai pemiliknya.Setelah itu aku memasukkan ke dalam dompet pribadiku.Kutatap Amira, rambutnya sudah lebat meskipun pendek. Segera aku raih empeng yang dikalungkan di lehernya lalu memasukkan ke bibirnya, setelah itu dengan sangat terpaksa. Aku mencabut rambutnya beberapa helai. Kupandangi wajah Amira yang sedikit meringis.Akupun segera mengayunkan badannya. Tidak lama ia pun langsung tertidur. Aku pun langsung menyimpan rambut tadi seperti yang aku lakukan kayak rambut Clara tadi. Dan menyimpan dalam wadah yang berbeda.Kini hanya tinggal punya mas Pram yang belum.Setelah tersimpan rapi,
Read more
Bab 40. Menawari jalan-jalan
Aku begitu girang dalam hati. Modal 30 juta akan balik 10 kali lipat. Hahahaha.Psst ... aku segera menunduk, tentu saja menyembunyikan raut wajahku, susah sekali untuk tidak ketawa.Segera aku tarik napas dalam-dalam. Lalu aku mendongak kembali. Terlihat Clara yang cemberut. Wajahnya tertekuk.Aku suka sekali melihat raut wajahnya.“Lantas buat apa aku suruh ke sini? Maksud, Mbak mau pamer ke aku gitu?!“ desisnya ke arahku.Aku tidak mengindahkan, biar dia gondok saja dulu.“Assalamualaikum!“ terdengar salam dari luar .Kami kompak langsung menatap ke arah pintu luar, tidak lama Bapak masuk dengan kail pancingannya.“Bapak, besok kita jalan-jalan, Pak!” seru Ibu menyambut Bapak dan sedikit berlari ke arahnya. Girang sekali.Bapak tidak menyambut pelukan dari ibu, ia sempat syok sesaat lalu memandang kamu untuk meminta penjelasan.Tapi ibu langsung melepaskan pelukan dan menggandeng berjalan mendekat ke arah kami.Bapak pun ikut duduk. Meminta penjelasan dengan kening masih berkerut.
Read more
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status