All Chapters of Kuberikan Suamiku Pada Sahabatnya: Chapter 51 - Chapter 60
108 Chapters
Bagian Lima Puluh Satu
"Kamu yakin gak akan ikut turun ke bawah?" tanya Ibu."Aku disini saja ya bu," ucap Riri."Baiklah, tapi jika kamu berubah pikiran ke bawahlah siapa tahu bisa menghibur dan melupakan semuanya meski sejenak." "Iya bu," ucap Riri.Ibu tak bicara lagi, beliau turun berbaur dengan keluarga lainnya. Kegembiraan hari ini sungguh terasa tapi Riri serasa sunyi dan hampa. Seharusnya ia bisa turut merasakan kebahagiaan sahabatnya telah menjadi sepupunya, ya Laras dan Galih telah menikah dan hari ini adalah resepsinya. Sorak riang gembira para tamu undangan dan keluarga besar terdengar hingga ruangan di lantai atas dimana Riri diam. Bukan tak turut bahagia, hanya saja melihat momen pernikahan mungkin mengingatkannya pada status pernikahan dirinya yang harus kandas di tengah jalan, karam saat masih usia muda, kegagalan pernikahan setidaknya pasti akan membuat Riri merasakan kepedihan atau trauma saat melihat indahnya momen pernikahan, menyendiri di ruangan itu saja begitu sangat menyiksanya, se
Read more
Bagian Lima Puluh Dua
Waktu bergulir dengan cepat, Riri menjalani hari-harinya bersama kedua orang tuanya. Mereka sangat menjaga Riri, jika Riri ingin keluar rumah maka ayah atau ibu menemaninya bukan tanpa sebab akan ada banyak fitnah yang muncul menemani Riri yang statusnya telah berubah apalagi saat masa iddah belum usai, kedua orang tua Riri sangat paham betul kondisi ini. Setiap waktu tugas Riri hanya satu menyembuhkan hati dari luka yang telah bersemanyam, membersihkannya agar tak berlarut-larut hingga berkarat, tidak mudah tapi Riri yakin pasti bisa.Di bulan pertama perpisahan, semangat Riri masih belum muncul hampir setiap hari Riri mengurai air mata bukan air mata penyesalan karena perpisahan melainkan air mata penyesalan kenapa harus memulai. Ya, Riri seolah menyesali pertemuan dengan Ardi yang akhirnya membawa dia pada situasi ini, jika mempertahankan Riri tak yakin akan kuat dengan bayang-bayang perempuan itu walau diakhir perjumpaan mereka Rianti menunjukan hal baik tapi tetap saja Riri tak b
Read more
Bagian Lima Puluh Tiga
"Lepaskan atau aku teriak," ancam Rianti.Ardi melepaskan genggaman tangannya di tangan Rianti. Lalu Rianti berbalik dan kembali mendekatkan wajahnya pada Ardi. "Aku, hanya gak mau kamu milik siapapun tapi aku pun tak bermaksud memilikimu sekarang. Entahlah, aku hanya tak mau kamu jadi milik siapapun melihat kamu bahagia dengan perempuan lain ada rasa sakit tapi aku juga gak mau memiliki ikatan jelas dengan kamu. Jadi, kamu salah kalau setelah kamu cerai dengan istrimu aku mau sama kamu." Rianti membuang pandangannya lalu berjalan meninggalkan Ardi. Ardi mengepalkan tangannya, memandang Rianti yang melenggang pergi begitu saja seolah tak punya salah, ternyata Ardi selama ini pun dipermainkan oleh Rianti, Ardi tak paham dengan sikap Rianti sebenarnya nyatanya Rianti tak pernah benar-benar menginginkan Ardi, dia hanya merasa cemburu jika ada yang dekat tapi tak mau memiliki, Ardi merasa terjebak. Ah, bukan maksud Rianti menjebak sejak awal memang Ardi saja yang tak bisa tegas pada ke
Read more
Bagian Lima Puluh Empat
Mentari pagi ini terasa sangat begitu hangat, udara pagi pun terasa sangat begitu sejuk, kicau burung terdengar merdu, alam seakan turut merasakan kegembiraan yang menyelimuti hati Riri, setelah berbulan-bulan melewati hari dengan perjuangan menyembuhkan hati, setelah berbulan-bulan sinar mentari rasanya terasa begitu panas, udara terlalu dingin dan kicau burung sindiran atas kesedihan yang menyelimuti hati Riri kini telah berganti, bergulir bak roda yang berputar ya itulah kehidupan.Suasana pagi di rumah orang tua Riri pun berbeda bukan karena ada Mas Raka yang selalu bikin ramai dan hangat tapi karena hati Riri tengah berbunga-bunga. Pancaran kebahagiaan dari Riri sungguh membawa kebahagiaan pula bagi orang-orang terdekatnya, sinarnya membawa semangat positif bagi orang-orang terdekatnya. Hari ini Riri sungguh menyambut hari dengan bahagia, tak terlihat mata yang sembab, wajah yang lesu dan pucat, senyum selalu terulas di bibirnya, Riri yang dulu telah kembali, si ceria dan energi
Read more
Bagian Lima Puluh Lima
Dengan terbata dan isak tangis, Ardi menceritakan semua pada ibunya, tak ad ayang paling menyedihkan bagi seorang ibu melihat anaknya terluka seperti ini, menyelami rasa kecewa dan sesal yang dalam karena tak mungkin untuk diperbaiki lagi. Kini semua sudah terjadi, sikap kurang tegas dan terlalu abai pada perasaan orang lain membuat Ardi jatuh pada luka yang tak terperi. Pelukan erat sang ibu membuat Ardi sedikit tenang setelah berbulan-bulan hidup dalam penderitaan, memendam rasa sesal seorang diri, menangis, melamun, rumah tak terurus karena sepanjang waktu sibuk mengusir rasa sesal yang semakin hari semakin dalam."Kenapa kamu gak pulang saja ke kampung, nak?" tanya ibu."Aku malu bu, aku sudah melawan ibu tak mengikuti nasehat ibu. Aku juga sudah membuat ibu kehilangan menantu yang ibu sangat sayangi, aku gagal menjadi suami yang baik." "Kamu menyiksa dirimu berbulan-bulan, badan sampai kurus begitu masih mending kamu tidak sakit, nak." "Aku sempat ngedrop bu, tapi ternyata Tuh
Read more
Bagian Lima Puluh Enam
"Ups, sorry." Riri membetulkan penampilannya dan dengan segera ia berlalu pergi setelah sebelumnya menjawab permintaan maaf lelaki itu. Tanpa kata lelaki itu hanya terdiam melihat perempuan yang untuk kedua kalinya ia temui. "Jangan-jangan dia memang jodohku," gumam lelaki itu lalu pergi memasuki toilet.Riri datang dengan menggerutu membuat keluarganya heran dan bertanya-tanya. Hingga akhirnya Riri pun bercerita tentang pertemuannya dengan lelaki itu sejak tadi pagi di pesawat dan malam ini. "Mungkin jodoh kali, Ri." "Iya bisa jadi ya," timpal Mbak Wulan. "Ah, please deh. Aku tuh mau move on dari yang namanya lelaki dengan membangun karir bukan dengan lelaki lagi yang jelas-jelas pasti bikin kecewa lagi. Udah deh, jangan ngojok-ngojok mulu Mas, doakan yang terbaik buat adiknya ini.""Iya, iya maaf." Raka mengusap kepala adiknya yang sedang merajuk itu, ayah dan ibu hanya tersenyum melihat itu semua. Bagi mereka kapanpun waktunya Riri pasti akan memiliki pengganti Ardi dan akan
Read more
Bagian Lima Puluh Tujuh
"Nak Rianti, maaf sebelumnya jika kami tidak sopan atau menyakiti. Memang tak ada yang namanya bekas menantu, sampai kapan pun nak Rianti adalah anak menantu kami, tapi kami rasa sudah waktunya nak Rianti bangkit dan menjalani kehidupan baru. Kami percaya bukan hal mudah tapi nak Rianti bisa melewatinya. Jika ingin segera memulai kehidupan yang baru, lakukanlah!" Rianti terdiam mendengar penuturan ibu mertuanya. "Maksud ibu, aku diusir?" tanyanya. Ibu Bayu tersenyum, mencoba kembali menyampaikan maksudnya dengan baik. "Ibu sudah tahu semuanya, bahkan kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Ibu paham nak, mungkin kamu menyesali semuanya tapi mungkin saja bisa jadi ini adalah cara Tuhan mempersatukan kalian, pergilah. Masa iddah mu sudah habis, sudah enam bulan sejak kepergian Bayu maka halal bagi kamu menikah lagi." "Bu, aku sungguh mencintai mas Bayu. Tidak cukup membuktikan kah selama ini apa yang sudah aku lakukan?" Kembali Ibu Bayu tersenyum, menahan amarah yang bergejolak di hati
Read more
Bagian Lima Puluh Delapan
Kehidupan ini penuh misteri, tak ada sesiapapun yang tahu apa yang akan terjadi pada kehidupannya beberapa tahun kemudian, jangankan tahunan satu menit kemudian pun tak ada yang tahu hal apa yang akan menghampirinya, kebahagiaan kah? Atau justru kesedihan? Rasa nyaman atau rasa khawatir? Yang jelas semua orang hanya ingin hidupnya aman-aman saja. Namun sayang, setiap jiwa yang hidup akan selalu merasakan kehidupan di berbagai sisi, terkadang harus merasakan kesedihan lalu beberapa waktu kemudian kebahagian, merasakan kecewa lalu bahkan mengecewakan, sejatinya hidup ini adalah timbal balik, ya jika hari ini kita menyakiti mungkin suatu saat kita akan merasa disakiti, jika hari ini kebahagiaan yang kita torehkan maka hal yang sama dapat kita rasakan, maka benarlah kata orang bijak, selalu lah berbuat baik karena sejatinya perbuatan itu akan kembali pada kita sendiri.Dari Riri kita belajar banyak hal, dia adalah orang yang memiliki ketangguhan jiwa disaat terus digempur dengan kenyataa
Read more
Bagian Lima puluh Sembilan
"Bagaimanapun kamu butuh seseorang yang bisa melindungi kamu, Ri. Ibumu itu benar, sudah saatnya kamu membuka diri, kamu sudah sukses, usahamu melesat sudah ada toko kue cukup besar punya karyawan, belum kantor konsultasi developer kamu pun mulai terkenal, lima tahun kamu sibuk menyibukan diri kamu, aku tahu kamu mengabaikan rasa rindu untuk bisa bertatap muka dengan laki-laki, kamu mengabaikan kekosongan hati kamu, tiap kamu rindu tentang sebuah kebersamaan energi kamu untuk membuat kue itu terlihat tak ada habisnya, mau sampai kapan?" tanya Anita disela-sela mereka bekerja di toko kue Riri. Riri tertegun, bukan hanya ibu ternyata Anita pun memberikan ucapan yang sama. Riri menghela nafas, dia tak memungkiri isi hatinya yang kosong, dia pun mulai merindukan hadirnya seseorang yang mampu mengisi ruang kosong itu. Tapi entahlah, rasanya terlihat berat untuk melangkah terlebih sekarang Riri sudah sukses. "Mantan suami kamu mungkin sudah bahagia, perempuan itu pun sama bisa saja mereka
Read more
Bagian Enam Puluh
"Jadi menurutmu apa yang harus aku lakukan?" tanya Dimas.Riri hanya menunduk, dia tak bisa berkata apapun. Sudah sangat jelas bukan Dimas mengungkapkan perasaannya bahwa selama ini Riri bukan hanya sekedar sahabat bagi Dimas. Sedangkan Riri hanya benar-benar menganggap Dimas sahabat saja eh sepertinya tidak juga sejak mendengar Dimas dijodohkan, Riri baru menyadari sesuatu terasa sakit di dadanya. Mungkin Riri mulai menaruh hati tanpa dia sadari. Riri menarik nafas panjang meraup udara dengan buas untuk membuat nafasnya terasa lega. Lalu ia mencoba mengangkat kepalanya dan memandang lelaki yang beberapa tahun ke belakang selalu ada untuknya, memberikan dukungan dan semangat hidup, lelaki yang Riri anggap hanya teman meski jauh di lubuk hatinya ia pun merasa diistimewakan oleh lelaki itu, tapi Riri selalu mencoba menepisnya. "Apakah perempuan itu aku?" tanya Riri. Dimas mengangguk pelan, Riri merauh entahlah lututnya mendadak terasa lemas, menunduk tak sanggup mengangkat kepalanya
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status