Bab 142. Menemui Pak Firman
Setelah lama terdiam, aku pun menjawab. "Tidak masalah jika aku di benci oleh Utami, Eka. Itu sudah resiko dari kecerobohanku. Andaisaja dulu aku bertanya terlebih dahulu ke orangtuaku, siapa lelaki yang akan di nikahkan denganku, semua ini tidak akan terjadi. Karena aku pasti menolak jika tahu lelaki itu adalah Aksa ... Aku akan terus meminta maaf pada Utami. Setidaknya sampai wisuda nanti. Karena setelahnya, mungkin aku akan meninggalkan kota ini.""Makasih ya, sudah mengingatkan aku tentang cara menegur orang. Mungkin aku memang salah tempat saat menegur. Tetapi niatku sama sekali bukan ingin mempermalukan Utami. Aku juga akan terus menegur kesalahannya. Karena dia sahabatku. Andaikan Utami itu orang lain, aku tak mungkin sibuk mengurus kesalahannya. Beda antara kesalahan dan kelemahan, Eka. Kalau kesalahan, ya, harus di perbaiki. Kalau kelemahan, wajib untuk dimaklumi."Aku rasa Eka paham maksud perkataan ku. Setelah lama bercerita-cerita dengan Eka, tiba-tiba handphoneku bergetar
Baca selengkapnya