Lahat ng Kabanata ng SUAMIKU SUAMIMU: Kabanata 31 - Kabanata 40
189 Kabanata
BAB 32
"Rini mencoba bunuh diri dengan melukai pergelangan tangannya, Pak" Eko menatapku sambil menarik nafas panjang.“Astaghfirullahaladzim .... Aku tak menyangka Rini bisa senekat itu.”"Beruntung saya datang tepat waktu, Pak. Jika tidak ...." Dia tak meneruskan kalimatnya."Lalu bagaimana lukanya, Ko? Apa kata dokter?" cecarku."Bapak bisa menanyakannya sendiri nanti. Akan kurang etis jika saya yang menjelaskan karena saya bukan petugas medis." Entah mengapa aku merasa Eko sedikit sinis ketika mengucapkannya."Maaf, Pak. Bukannya saya bermaksud lancang menggurui Bapak. Saya hanya ingin mengingatkan bapak agar lebih memperhatikan Mbak Rini. Sungguh malang nasib gadis yatim itu, dan gadis itu adalah istri bapak yang sah di hadapan Allah. Sekali lagi maaf, saya hanya mengingatkan Napak sebagai sesama umat muslim," ucap Eko sambil menunduk."Tidak apa-apa, Ko. Saya mengerti. Terima kasih sudah mengingatkanku. Dan terima kasih juga sudah membawanya kemari tepat waktu. Maafkan jika tingkah la
Magbasa pa
BAB 33
"Aku rindu pelukan ibuku," gumamnya."Sebaiknya tahan dulu rindumu, Rin. Beliau akan sangat sedih jika melihatmu dalam kondisi seperti ini. Kumohon pulihkanlah dulu kesehatanmu agar bisa bertemu beliau dalam kondisi sehat. Apa kau sudah menghubungi beliau. Kabarilah beliau dengan berita yang baik-baik agar beliau tidak kepikiran." Rini menggeleng."Apa kau hapal nomor ponselnya? Biar kuhubungi dengan ponselku. Obatilah rindumu dengan mendengar suara beliau." Aku tau ponselnya pasti ada di rumah kontrakannya. Karena Eko membawanya ke sini dalam kondisi pingsan.Rini mengangguk, kemudian menyebutkan beberapa digit nomor ponsel Bu Endang.Kubiarkan Rini berbicara dengan Bu Endang melalui ponselku setelah terhubung dengan ponsel beliau. Aku mencuci mukaku di wastafel yang ada di ruangan ini. Kupandangi wajahku sendiri di cermin yang ada di atas wastafel. Aku hampir tidak mengenali diriku sendiri, rambutku kusut dan mataku merah. Bahkan kemarin putraku Aldy juga menanyakan kenapa mataku m
Magbasa pa
BAB 34
Aku tidak tau harus berkata apa, tiba-tiba ada rasa bersalah terselip dalam hatiku. Kemarin aku begitu marah dan memaki Rini dengan kata-kata kasar. Mendengar semua cerita mas Andri membuatku sedikit merasa menyesal. Rini, gadis itu bahkan sampai melukai dirinya sendiri karena tidak sanggup berada di posisinya sekarang. Lalu aku menambah perih lukanya dengan makianku padanya. Namun sisi lain hatiku masih memendam amarah. Wajar saja aku marah, wajar saja aku memaki. Suamiku menikahinya, apapun alasannya aku tetap tersakiti, sangat tersakiti. Kutarik tubuhku menjauh dari mas Andri ketika sisi amarahku kembali menguasai. Mas Andri menatapku sayu."Maafkan Mas, Sayang. Mas bahkan tidak tau apa kata maaf bisa mengobati luka yang sudah Mas torehkan. Sungguh, Mas tidak pernah berniat bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran untuk menduakanmu. Katakan apa yang harus Mas lakukan agar kita kembali seperi dulu lagi. Mas bahkan belum menyentuh Rini," ucapnya. Aku menatap matanya, tidak ada ke
Magbasa pa
BAB 35
"Ri, kamu sakit?" Andin teman sekantorku yang biasa disapa Bu Nyai itu menyapaku."Nggak Din, cuma sedikit kelelahan aja.""Istirahat kalau capek, Ri. Kamu masih ingatkan bunyi undang-undang per-ibu-an?""Undang-undang apaan tu Din?""Itu loh undang-undang yang bunyinya gini. Satu, Ibu-ibu gak boleh sakit. Dua, jika ibu-ibu sakit, maka kembali ke pasal satu."Aku tertawa. Andin memang selalu begitu, suka melucu. Tapi jangan ditanya jika lagi serius, dari mulutnya akan keluar kalimat-kalimat sakti. Oleh sebab itulah dia dijuluki Bu Nyai. Karena gaya bicaranya saat memberi masukan atau nasehat sudah seperti Bu Nyai di pesantren-pesantren."Din, aku mau nanya nih. Misalnya nih ya, seseorang dihadapkan pada kondisi di mana dia harus menikah padahal sebenarnya kedua belah pihak tidak ada keinginan menikah terlebih pihak si pria juga sudah memiliki istri. Dan pernikahan itu terjadi tanpa sepengetahuan istrinya. Itu gimana hukumnya?""Wah berat nih pertanyaanmu, Ri. Aku takut salah dalam men
Magbasa pa
BAB 36
Entah kenapa sekarang perasaanku sudah tenang bertemu dengannya. Sesungguhnya Allah maha membolak balikkan hati manusia. Bahkan kemarin aku masih begitu emosi dan marah ketika mendengar namanya. Tapi sekarang, tanpa dia mendatangiku pun aku pasti akan mencarinya, bukan untuk memakinya seperti yang kulakukan saat terakhir kali bertemu dengannya. Tapi untuk mengajaknya berbicara tentang bagaimana hubungan kami kedepannya. Walaupun aku sama sekali belum punya pandangan akan seperti apa hubungan kami kedepan."Nuri, Andin, besok kalian ikut saya ke Lapas pinggir kota ya. Kita akan mendampingi kasus di sana. Ini berkas kasusnya silahkan kalian pelajari dan cari solusi apa kira-kira yang akan kita ajukan." Pak Indera atasan kami di kantor memberi instruksi padaku dan Andin.Kami ditempatkan bekerja pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Kami selalu berurusan dengan kasus-kasus yang melibatkan perempuan dan anak. Entah itu kasus KDRT, kasus eksploitasi anak, maupun kasus is
Magbasa pa
BAB 37
"Pernikahanmu dan Mas Andri sah di hadapan Allah. Namun aku bukan wanita yang menyetujui poligami. Mengenai keinginanmu meminta talak pada suamimu itu bukanlah urusanku. Karena kelak kepadamulah Allah akan bertanya alasanmu meminta ditalak oleh suamimu, bukan kepadaku." Air mata Rini mulai menetes membasahi pipinya."Aku malu berhadapan denganmu, Mbak. Sungguh hatimu begitu kuat. Sedangkan aku? Baru dihadapkan pada sedikit masalah saja sudah membuatku berpikiran picik sampai berani melukai diriku sendiri. Padahal aku tak sedikitpun punya hak atas tubuh ini.""Sudahlah, Rin. Aku juga punya kekurangan, bahkan sangat banyak. Beruntungnya Allah masih menutupi aib-aib ku sehingga tidak terlihat olehmu. Maafkan aku jika kemarin melukai hatimu dengan lisanku, sungguh aku meminta maaf.""Tidak, Mbak. Aku tidak pernah terluka olehmu. Justru aku yang melukaimu, Mbak.""Maaf, Rin. Aku harus balik sekarang. Anak-anak menungguku." "Iya Mbak, terima kasih sudah sudi menemuiku," jawabnya.Kami mel
Magbasa pa
BAB 38
"Aku akan memilih berpisah dengan Rini, dan menjalani hidup kita seperti sebelumnya kembali. Toh pernikahan ini bukan atas keinginan kami."Aku terkejut. Tadi Rini, dan sekarang Mas Andri yang mengatakan hal yang sama. Apakah mereka tidak takut Allah murka karena mempermainkan pernikahan dan ijab kabul? Lalu aku harus bagaimana. Aku terdiam menatap tajam pada Mas Andri yang balas menatapku dengan mata hazelnya. "Aku akan berpisah dengan Rini, dan menjalani hidup kita seperti sebelumnya kembali."Aku menarik nafas sejenak."Semudah itukah kau mempermainkan pernikahan mas?""Aku menikahinya karena keadaan, Dik. Lagipula aku belum menyentuhnya. Kurasa tidak ada yang akan dirugikan jika aku mejatuhkan talak padanya.""Mas, kamu mau jadi laki-laki pengecut? Tidak ada yang namanya ijab kabul itu terpaksa mas. Mas mengucapkannya dalam keadaan sadar." Aku mengulangi sebagian kalimat Andin tadi. "Lalu apa yang harus kulakukan? Apa kamu bersedia dipoligami?" Suaranya lantang."Kamu kenal siap
Magbasa pa
BAB 39
(Di Lapas.)Aku meminta izin pada Pak Indera untuk menemui Kak Rizal. Kasus yang kami dampingi memang tidak terlalu pelik sehingga tidak terlalu membutuhkan banyak pendapat untuk beradu opini. Aku duduk di ruang tunggu yang disiapkan untuk bertemu narapidana. Tak lama kemudian Kak Rizal muncul dari pintu."Hai, Kak. Assalamualaikum," sapaku sambil tersenyum."Walaikumsalam, kok ke sini lagi, Dek? Jangan sering-sering ke sini. Selain jauh tempat ini auranya kurang bagus untukmu.""Apaan sih Kak pake aura-aura segala. Aku ada kerjaan tadi di sini jadi sekalian nengokin Kak Rizal. Nih sedikit makanan buat Kak Rizal." Aku menyodorkan beberapa kotak makanan yang sengaja kubeli di perjalanan tadi. Kak Rizal bingung mendengar aku ke sini dalam rangka pekerjaan, akupun menceritakan tetang profesiku dan kerjaanku."Kamu agak pucat, Dek. Lagi nggak enak badan?""Nggak kok, Kak. Cuma lagi ada sedikit masalah.""Masalah sama suamimu?" Aku hanya diam. Kak Rizal pembawaannya terlihat seperti aya
Magbasa pa
BAB 40
"Kau harus bagaimana tanyakan pada hatimu sendiri. Orang lain hanya bisa memberi masukan, tapi hatimu sendiri lah penentunya."Aku menarik napas, selalu terasa sesak jika membahas masalah ini."Lebih baik melepaskan dengan keikhlasan dari pada bertahan dengan keterpaksaan. Kuharap kau bisa belajar dari pengalaman orang tua kita dahulu, Dek. Aku yakin kau bisa melaluinya. Maaf aku harus kembali ke sel. Jangan ragu mencariku jika kau perlu tempat untuk bercerita. Aku kakakmu."Aku terharu mendengar kalimat Kak Rizal. Aku benar-benar merasa punya saudara sekarang, sayang sekali kami harus dipertemukan dalam kondisi seperti ini. ***POV Andri Aku sedang di jalan menuju kantor setelah meninjau lokasi proyek terbaru perusahaanku. Perusahaanku yang dulunya hanya bergerak di bidang advertising sekarang perlahan mulai mengembangkan sayap ke bidang konstruksi. Tak kupungkiri peran Rini sangat besar terhadap perkembangan perusahaanku belakangan ini. Kecerdasannya dalam merencanakan dan membuat
Magbasa pa
BAB 41
Nuri hanya terdiam saat aku mengabarinya namun kuyakinkan padanya bahwa semua akan baik-baik saja.Setelah menutup telpon, aku melirik Rini di sebelahku. Dia hanya terdiam tanpa ekspresi. Rini, istri yang rencananya akan kutalak sore ini. Namun ternyata harus tertunda karena insiden kecelakaan Bu Endang. Tidak mungkin aku mengajaknya bicara tentang hubungan kami disaat seperti ini. Kulajukan mobilku agak cepat ketika sudah memasuki jalan toll. Tak ada percakapan yang berarti di antara kami selama dalam perjalanan. Hanya sesekali aku menawarinya mampir ke toilet atau mampir mengisi perut di rest area namun Rini selalu menolaknya dengan alasan masih kenyang dan tidak perlu ke toilet. Dia hanya ingin segera melihat keadaan ibunya. ***Kami tiba di kampung saat matahari sudah mulai tenggelam. Aku menyetir sesuai dengan arahan Rini karena kami langsung menuju rumah sakit yang ada di ibu kota kabupaten.Setelah tiba dan memarkirkan mobilku, Rini segera turun dan berlari kecil mencari ruang
Magbasa pa
PREV
123456
...
19
DMCA.com Protection Status