All Chapters of SUAMIKU SUAMIMU: Chapter 61 - Chapter 70
189 Chapters
BAB 62
“Aku akan menginap di sini,” jawab Andri datar. Matanya masih menatap kearah layar ponselnya.Sedangkan Rini terperanjat dengan jawaban Andri.“Menginap di sini? Maksud Bapak apa? Tidak ... tidak ... jangan, Pak. Apa kata orang nanti?”Mata Andri beralih menatap Rini tajam. Kemudian menarik nafas panjang.“Kau mengusirku, Rin? Ini rumahku dan kau istriku. Orang yang mana yang kamu maksud akan berkata apa?”“Maksudku Mbak Nuri, Pak. Aku takut mbak Nuri akan makin salah paham jika bapak menginap di sini. Masalah yang kemarin aja belum sempat diluruskan, Pak. Aku tidak mau menambah masalah lagi,” jawab Rini.“Sudahlah nggak usah dipikirkan, aku lelah.” Andri bersandar pada sofa sambil memejamkan matanya.“Kumohon pulanglah, Pak. Aku bukan bermaksud lancang mengusir bapak. Tapi aku tidak mau masalah menjadi semakin rumit.”Andri tak bergeming. Dia tetap diam bersandar di sofa dan matanya tetap terpejam. Beberapa kali terdengar hembusan nafas panjangnya.“Aku sudah menjatuhkan talak pada
Read more
BAB 63
“Lepaskan Rini, Pak!” Rini terisak.Rini menggeliat berusaha melepaskan diri dari ciuman dan cengkraman Andri, namun usahanya hanya sia-sia. Kancing depan piyamanya sudah terbuka yang membuat buah dadanya menyembul dari balik piyamanya.“Bukankan ini yang kamu inginkan? kamu menginginkan hubungan suamu istri yang sebenarnya, kan?” Suara Andri terdengar berat.“Bukan seperti ini, Pak” jawabnya lirih. Sementara Andri terlihat semakin agresif menjamah tubuh Rini.“Ibuuuu …," tangis Rini makin terdengar lirih.Andri seperti memperoleh akal sehatnya kembali ketika mendengar suara pilu Rini memanggil nama ibunya. Andri pun segera melepaskan ciuman brutalnya dan cengkraman tangannya pada tubuh Rini. Nafasnya tersengal-sengal menahan hasrat lelakinya. Andri duduk di tepi tempat tidur Rini dan mengusap kasar wajahnya, sementara Rini masih terus menangis dan berusaha menutupi dadanya kembali.“Maafkan aku, Rin,” ucap Andri.Rini tidak menjawabnya, dia masih terus menangis terisak pelan.“Bukan
Read more
BAB 64
“Aku mencintaimu,” bisiknya lirih.Andri menggeliat tepat disaaat adzan Subuh berkumandang. Tangan kekarnya merasa sedang memeluk seseorang, dia tersenyum dan mengeratkan pelukannya. Namun kemudian merenggangkannya kembali ketika merasa asing dengan tubuh yang sedang dipeluknya. Perlahan Andri membuka dan memicingkan matanya ketika melihat bahwa dia tidak sedang berada di kamarnya. Sesaat kemudian Andri meyadari jika dia sedang berada di kamar Rini, dan yang sedang dipeluknya sekarang ini adalah Rini bukan Nuri. Ini adalah pertama kalinya ia tidur dengan seorang wanita selain Nuri. Tubuh Rini dalam pelukannya terasa asing baginya. Selama ini dia hanya menghapal lekuk tubuh Nuri, rasa dan aroma tubuh Nuri sudah tertanam lekat dalam pikirannya. Perlahan Andri menatap wajah Rini yang sepertinya baru saja tertidur dengan lelapnya. Mungkin gadis ini tak bisa tidur karena kehadiranku di sampingnya, batin Andri. Andri mengulurkan tangannya dan mengusap wajah Rini dan tersenyum.“Bersiapla
Read more
BAB 65
“Iya, Dek, dia menemuiku dan menyampaikan titipanmu. Terima kasih ya sudah memperhatikanku. Bahkan titipanmu yang kedua sangat berlebihan dek. Aku sampai meminta tolong petugas penjaga untuk mebagi-bagikannya ke sel sebelah.”“Haaaa??? Titipan apa kak? Aku cuma sekali minta Andin beliin kakak makanan saat teman-teman kantorku ke sini. Kok bisa dua kali kak?” Nuri bertanya dengan ekpresi bingung.“Andin dua kali mencari kakak, Dek. Katanya menyampaikan titipanmu. Kalau nggak salah pas hari Senin dan Rabu yang lalu,” jawab Rizal.Nuri mengeryitkan keningnya, perasaaan ia cuma sekali meminta tolong pada Andin. Nuri pun sudah mengganti membayar nota yang ditunjukkan Andin.“Ya sudah, Kak. Ntar aku tanyain Andin.”“Temanmu itu baik ya, Dek. Dia sepertinya wanita cerdas dan lucu. Mengobrol dengannya sangat mengasyikkan sampai nggak kerasa waktu.” Rizal bercerita dengan senyum simpul di wajahnya.“Bu Nyai ngajakin kakak ngobrol?”“Bu Nyai?”“Iya kak, jadi di kantor dia suka dijuluki bu Nyai
Read more
BAB 66
“Aku tidak punya siapa-siapa yang membelaku, Dek. Aku juga merasa mungkin ini adalah balasan Allah padaku atas dosa-dosaku pada ayah. Aku tak mungkin melawan sedangkan bukti rekaman cctv yang diajukan sebagai bukti adalah rekaman saat aku memukul pria itu. Tapi beberapa hari yang lalu, aku mendapat semangat kembali dari seseorang untuk kembali mencari keadilan. Dia berjanji akan membantuku mencarikan pengacara yang baik dan tim cyber untuk mencari kembali rekaman cctv yang dulu dimusnahkan. Dari informasi yang kudapatkan anak pejabat yang menganiaya pria nahas itu juga sudah meninggal karena kecelakaan. Jadi kurasa, sudah waktunya aku mencari keadilan untuk diriku.” Rizal menjelaskan tatapan mata berbinar menunjukkan semangatnya.“Aku akan selalu mendukungmu, Kak. Dari awal agak ragu, perasaanku mengatakan kakak tidak mungkin terlibat dalam kasus pembunuhan. Aku selalu melihat sisi lembut ayah pada kakak,” kata Nuri.“Terima kasih sudah mempercayaiku, Dek. Apa kamu tau siapa orang yan
Read more
BAB 67
"Dia itu kelihatannya aja polos, ternyata bermuka dua ya. Bayangin Pak Andri sampai nyeraikan istrinya demi dia. Padahal kurang apa coba Bu Nuri, sudah cantik, baik, pintar, karirnya bagus."Nuri menghentikan langkahnya di depan toilet ketika mendengar percakapan dari balik pintu toilet. Dia terdiam dan mengurungkan niatnya membuka pintu toilet, namun rasa penasaran membuatnya tak beranjak dari sana.‌"Dia itu pinter cari muka, pura-pura kerja bagus biar dipuji Pak Andri. Kemudian semua dia kendalikan, bahkan hati Pak Andri pun sekarang dikuasainya. Aku yakin perlahan-lahan dia pasti akan menguasai perusahaan ini. Dasar perempuan jahat, pura-pura baik padahal aslinya iblis. Aku kok jadi kasian sama Bu Nuri ya." suara seseorang dari balik pintu toilet itu membuat Rini berbalik arah kembali menuju ruangannya.‌Meli yang melihat Rini kembali keruangan sambil menangis pun menghampirinya.‌"Kamu kenapa, Rin?"‌"Nggak apa-apa, Mel. Kita makan di luar, yuk. Aku mau curhat padamu, boleh kan?"
Read more
BAB 68
Rini tiba di rumahnya dengan menumpang ojek online yang dipesannya lewat aplikasi di smartphonenya. Dia sengaja pulang lebih dulu dan menghindari pulang bareng Andri. Pembicaraan karyawan di toilet tadi masih mengganggu pikirannya. Setelah mandi dan keramas Rini menuju dapur dan mulai memasak beberapa macam makanan untuk makan malam. Rambutnya yang masih basah dibungkusnya dengan handuk sehingga leher jenjangnya terlihat jelas tanpa dilindungi oleh rambut."Assalamualaikum." Andri membuka pintu."Walaikumsalam." Rini hanya menjawab dari arah dapur tanpa menyambutnya. Ia masih belum tau bagamana cara menyambut suaminya pulang kerja."Kenapa nggak nunggu aku tadi, Rin?" kata Andri menyusul ke dapur kemudian mengambil segelas air dan meneguknya."Aku gerah, Pak, pengen segera pulang dan mandi, jadi tadi pesan ojek online," kata Rini beralasan."Mulai sekarang jangan naik ojol lagi, tunggulah aku atau minta Eko mengantarmu. Aku nggak mau melihatmu bersentuhan dengan orang lain," perintahn
Read more
BAB 69
Drrrttt .... Drrrrttt... Andri melirik layar ponselnya. Nuri memanggil. Secepat kilat diraihnya ponselnya dan menerima panggilan."Mas ada waktu? Hari ini bagian kepegawaian ingin bertemu untuk menanyakan beberapa hal terkait rekomendasi perceraian yang kuminta." Suara Nuri di ponsel setelah mengucapkan salam."Iya, Dik. Jam berapa? BIar Mas sesuaikan jadwal," jawab Andri lesu. Dia begitu bersemangat menjawab telpon Nuri namun seketika hilang semangat saat tau Nuri menelponnya hanya untuk urusan legalitas perceraian mereka."Jam 10 pagi ini bisa, Mas? Aku tunggu di kafe xx biar nanti bareng kes ana. Takutnya Mas nyasar.""Baik, Dk. Tunggulah, Mas akan datang ke sana.""Ko, meeting hari ini dengan PT. DEF kuwakilkan padamu. Aku ada janji dengan Nuri jam 10 ini," kata Andri pada Eko"Tapi, Pak, saya tidak begitu lihai dalam bernegosiasi. Sepertinya Bu Rini lebih cocok untuk menggantikan Bapak. Apa perlu saya menjemputnya?" "Kalau kamu tidak bisa mewakiliku minta tunda aja meetingnya
Read more
BAB 70
Dua bulan kemudian.Kini kehidupan Nuri sudah terlihat berangsur normal kembali, meski tak ada yang benar-benar normal setelah perceraiannya. Ketok palu yang mengesahkan perceraiannya dengan Andri sudah sah sebulan yang lalu. Prosesnya lancar karena alasan dan buktu yang diajukan Nuri menggugat cerai Andri sangat kuat, yaitu pernikahan suaminya dengan Rini. Andri pun mengakui semuanya pada saat sidang sehingga tidak ada yang menghambat pengesahan perceraian mereka.Sesekali dalam sholat-sholat malamnya Nuri masih terpekur menangis dan mengadu pada Sang Pencipta. Dia hanya manusia biasa, mahkluk yang lemah. Bagaimanapun Andri adalah lelaki yang sudah 13 tahun hidup bersamanya, sesekali rasa nyeri pengkhianatan itu masih terasa di dadanya. Namun, semua masih dalam batas yang wajar, dia hanya berusaha mencari kekuatan dalam doa-doa panjangnya.Hubungannya dengan Rini pun terbilang sangat baik. Sesekali mereka saling menelpon atau mengirim pesan untuk menanyakan kabar. Anak-anaknya pun be
Read more
BAB 71
"Kalian saling kenal?" tanya Andin."Kami ... teman lama," sahut mereka kompak berbarengan lagi. Andin semakin bingung."Kompak amat kalian, sudah kayak lagi paduan suara aja. Lagian kok Danis jadi Adit sih?" tanya Andin."Namaku Danis Raditya, Mbak. Tapi hanya orang-orang terdekatku yang memanggilku Adit." "Jadi Nuri termasuk orang dekat dong. Dekat di mata jauh di hati," gurau Andin.Danis hanya tersenyum menanggapi gurauan Andin, sedangkan Nuri memberi tatapan protes pada Andin."Apa kabar, Han? Kamu jadi aparat sipil sekarang?" tanya Danis memperhatikan seragam dinas yang dikenakan Nuri dan Andin."Kabarku baik, Dit. Iya aku sekantor sama Andin," jawab Nuri."Eh, Pak Danis panggilnya apa tadi? Han? Nama lainmu Burhan, Ri?" celoteh Andin.Danis terkekeh, sedangkan Nuri terlihat salah tingkah."Oke, saatnya kita serius sekarang. Apa Pak Danis sudah membaca file yang saya kirim?" Andin mulai memasang wajah serius."Sudah Mbak Andin. Saya sudah mempelajari kasusnya," jawab Danis.And
Read more
PREV
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status