All Chapters of SUAMIKU SUAMIMU: Chapter 71 - Chapter 80
189 Chapters
BAB 72
"Jadi menurut Pak Danis, berapa besar peluang memenangkan kasus ini?" tanya Andin."Saya optimis dengan kasus ini Mbak Andin, saya rasa saya bisa memenangkan klien saya sebab bukti rekaman cctv sudah kita dapatkan.""Alhamdulillah, saya pegang ucapan anda, Pak Danis.""Panggil Danis aja, Mbak, apalagi saya juga temannya Nuri," pinta Danis."Oke, kalo gitu saya juga dipanggil Andin saja. Asal jangan dipanggil "Han" kayak dia," sahut Andin sambil memonyongkan bibirnya kearah Nuri. "Tadi nelpon siapa, Ndin? Kelihatannya serius banget tadi," tanya Nuri pada Andin."Nelpon kakak kesayanganmu.""Kamu nelpon Kak Rizal? Kok bisa? Emang boleh bawa ponsel di sel?""Nggak lah. Aku minta tolong Kalapasnya langsung tadi.""Kok bisa???" "Kamu meragukan kemampuanku, Ri?" Jawab Andin membuat Nuri terdiam. "Jangan ragukan kemampuan negoisasi seorang Andini Prambudi." Andin membanggakan dirinya."Jadi Rizal Arifin yang sedang kita bahas kasusnya ini kakak kamu, Ri?" tanya Danis menyimak pembicaraan d
Read more
BAB 73
[Assalamualaikum, ada apa Rin?]Mendengar Nuri menyebut nama Rini, Andin spontan menoleh ke belakang menatap Nuri.[Walaikumsalam. Maaf Mbak, Rini ganggu kah?][Nggak Rin, ada apa?] Nuri mengulang pertanyaannya.[Mbak Nuri ada waktu? Aku mau ketemu Mbak, ada yang mau kubicarakan.][Wah Mbak lagi nggak di rumah, Rin. Ini lagi di jalan mau kunjungan ke lapas.][Aku boleh nyusul kesana nggak, Mbak? Sekalian mau kenal sama kakaknya mbak Nuri.][Boleh aja sih, Rin, asal diijin suamimu.][Pak Andri lagi di Bandung mbak, ada urusan kerjaan.][Ooo gitu, naik apa nyusul kesini Rin?][Nanti minta diantar Eko, Mbak.][Ya sudah, Mbak tunggu di sana ya. Nanti kalo udah nyampai telpon aja.] Nuri mengakhiri panggilan di ponselnya.Andin masih menoleh dari kursi depan menatapnya. Sedangkan Danis menatapnya dari spion."Kalian ini kenapa?" tanya Nuri."Kamu nyuruh Rini nyusul? Ngapain sih Ri? Kamu yakin hatimu akan baik-baik aja melihatnya?""Jangan dibahas, Ndin. Nggak enak ada Adit," jawab Nuri."A
Read more
BAB 74
Danis melajukan mobilnya perlahan meninggalkan Lapas. Sesekali dia melirik Nuri yang duduk di kursi depan di sebelahnya. Ada perasaan iba di dadanya melihat wanita yang dulu pernah mengisi hari-harinya itu. Mereka dulunya adalah sepasang kekasih yang terpisah karena keadaan. Danis menerima tawaran bekerja di Jerman dan meninggalkan Nuri. Sejak memulai karirnya di sana, Danis sangat disibukkan dengan pekerjaannya sehingga mereka jarang berkomunikasi, hal inilah yang akhirnya membuat beberapa kesalahpahaman terjadi di antara keduanya. Kesalahpahaman berkomunikasi dan jarak membuat mereka berdua akhirnya menyerah pada keadaan dan memilih untuk menjalani hidup masing-masing.Danis tidak pernah menyangka jika Allah kembali mempertemukan mereka berdua justru setelah ia tidak berharap untuk bertemu Nuri kembali. Dulu Danis sempat merasa terpuruk ketika kembali ke tanah air untuk menemui kekasih hatinya itu namun menemukan kenyataan bahwa Nuri telah menikah dan membangun rumah tangga. Hingga
Read more
BAB 75
“Nuri, kita mampir sebentar ya, aku agak ngantuk nih mau ngopi dulu,” kata Danis sambil menepikan mobilnya di sebuah kafe di pinggir jalan. Nuri hanya memberi tanda setuju dengan anggukan.“Kamu lagi di mana, Dik?" tanya Andri di telpon.“Aku lagi di jalan, Mas, pulang dari lapas. Kalau nggak ada yang mau dibicarakan lagi Nuri tutup telponnya ya, Mas.”“Kamu lagi bersama siapa, Dik? Kok nggak bawa mobil sendiri?”Sepertinya Andri mendengar suara Danis tadi.“Aku sedang bersama teman sekaligus pengacara Kak Rizal, Mas. Sudah dulu ya Nuri tutup telponnya. Assalamualaikum.”Nuri mengakhiri panggilan telponnya kemudian menyusul Danis yang sudah lebih dulu masuk ke kafe. Sementara di seberang sana, Andri terlihat frustasi mengusap wajahnya saat mendengar suara seorang pria yang sedang bersama Nuri di telpon tadi. Andri pun kembali melakukan panggilan lewat ponselnya.“Eko, pesankan aku tiket sekarang juga.” Andri memberi perintah lewat telpon. ***“Mau ngopi?” tanya Danis ketika melihat N
Read more
BAB 76
Nuri kemudian menyuruh Aldy dan Nanda menemui Andri, sedangkan ia sendiri memilih masuk ke dalam kamarnya. Suara Andri dan anak-anaknya bercengkrama di ruang tamu masih terdengar samar di kamar Nuri. Beberapa saat kemudian pintu kamarnya diketuk.“Ada apa, Nak?” tanya Nuri melihat Aldy yang mengetuk pintu kamarnya.“Papa mau pulang, Ma. Katanya mau pamitan sama Mama," jawab Aldy.“Ohh iya tunggu sebentar ya, Nak." Nuri kemudian masuk kembali ke kamarnya mengambil jilbab instannya dan memakaianya sebelum keluar menemui Andri.“Aku pamit ya, Dik." Andri menatap mata Nuri. Aldy dan Nanda sendiri sudah beranjak dari sana setelah mencium punngung tangan papanya.“Iya, Mas. Hati-hati di jalan. Sampaikan salamku pada Rini, dan maaf jika pertemuannya dengan Kak Rizal tadi harus membuka kembali luka lamanya,” kata Nuri tulus.Andri kemudian melangkah ke arah pintu dan keluar setelah mengucapkan salam. Namun ketika Nuri hendak kembali menutup pintu ia merasa pintu itu masih tertahan. Nuri meng
Read more
BAB 77
Nuri mengulurkan tangannya dan mengusap-usap punggung tangan Rini.“Apa kamu sadar ucapan sumpahmu itu sudah terkabulkan sekarang?” kata Nuri.“Apa maksudmu, Mbak?”“Allah sudah memberimu kesempatan dan mengabulkan sumpahmu padanya. Kak Rizal kakak kandungku, Rin, dan hubungan yang terjadi di antara kita mungkin adalah jawaban yang diberikan Allah atas sumpahmu pada kakakku.”Rini terdiam memikirkan ucapan Nuri, sesaat kemudian dia menunduk dan meneteskan air mata. “Maafkan aku jika sumpahku padanya akhirnya berimbas padamu, Mbak. Aku tidak tau dan tidak pernah menduga jika dia adalah kakakmu.”“Yang sudah terjadi biarlah berlalu, Rin, itu semua sudah bagian dari takdir Allah. Aku hanya berharap kamu jangan dikuasai rasa benci yang terlalu besar. Bencilah sewajarnya. Apa kamu tau Kak Rizal sedang berusaha mengajukan peninjauan kembali atas kasus pembunuhan ayahmu? Itulah yang membuatku berada di sana kemarin bersama pengacaranya. Dia mengaku bahwa dia tidak membunuh ayahmu. Dia memang
Read more
BAB 78
“Dijemput Rin?” tanya Nuri.“Iya, Mbak. Mungkin dijemput Eko. Tadi pak Andri cuma nyuruh tunggu.”“Kalo gitu Mbak balik duluan ya, sekali lagi Mbak minta maaf atas pertemuanmu dengan Kak Rizal kemarin.”“Nggak apa-apa, Mbak. Aku juga minta maaf jika sudah menyakiti Mbak Nuri karena ketidaksukaanku padanya.”Nuri kemudian melangkah keluar kafe setelah membayar minumannya. Sebelum ke parkiran mobilnya Nuri berjalan menuju toliet di kafe itu. Tak lama setelah keluar dari toliet, dia melihat sudah ada mobil Andri di samping mobilnya dan tak lama kemudian si pemiliknya pun membuka pintu mobil dan keluar. Andri tersenyum ketika melihatnya.“Mau pulang juga, Dik?” tanya Andri.“Iya mas. Jemput Rini?” jawab Nuri sambil melihat ke arah Rini yang sudah berdiri didepan pintu kafe hendak mengarah ke parkiran.“Iya, Dik. Oiya, mas mau titip sesuatu buat anak-anak. Tunggu sebentar ya,” katanya hendak berbalik arah ke mobilnya, namun kembali membalikkan badannya dan memandang Rini.“Masuklah, Rin,
Read more
BAB 79
“Kak Rizal tinggal di rumahku aja, ya. Pasti Aldy dan Nanda akan senang kalau Kak Rizal tinggal bersama kami,” ajak Nuri saat menjemput Rizal di lapas. Mereka sedang berada di dalam mobil Danis, karena Danis menawarkan diri ikut menjemput Rizal.“Aku di rumah Tante Lina aja, Dek. Ada beberapa hal yang harus kuurus, aku juga akan mulai berpikir membuka usaha untuk melanjutkan hidupku kembali. Aku pasti akan sering berkunjung ke rumahmu dan berkenalan dengan keponakan-keponakanku."“Kalo bingung mau tinggal di mana mending tinggal di rumahku aja, Kak,” celoteh Andin yang duduk di kursi belakang bersama Nuri. Nuri mencebikkan bibirnya mendengar tawaran Andin pada Rizal.“Minta dihalalain dulu, Ndin, baru minta tinggal bareng. Gimana sih Bu Nyai jadi-jadian ini,” sewot Nuri.Mereka pun tertawa berempat.“Ngomong-ngomong Pak Pengacara handal kita ini belum meminta bayaran sepeserpun loh. Jadi bagaimana kami harus membayarmu wahai Pak Pengacara?” canda Andin pada Danis.“Aku nggak minta bay
Read more
BAB 80
"Adit sudah menceritakan semuanya pada Ibu. Ibu sebenarnya bingung melihat perubahan sikap Adit belakangan ini, dia seperti punya baterai yang baru dicharge, semangat sekali tidak seperti biasanya. Setelah ibu cari tau ternyata itu sejak dia bertemu kembali denganmu. Adit masih mencintaimu, Nuri. Ibu berharap kalian bisa kembali bersama,” tutur bu Safa.“Bu, Nuri mohon jangan membahas itu."“Adit bersedia menerimamu kembali, Nuri. Mungkin Allah memang sedang membuka jalan untuk kalian kembali bersama. Ibu sudah berkali-kali menyuruh anak itu menikah bahkan menjodohkannya dengan beberapa gadis tapi dia tak pernah menerimanya. Hatinya seolah tertutup untuk wanita lain. Ibu hanya ingin melihat Adit membangun rumah tangga dan punya keturunan.”“Maaf, Bu, saya sungguh belum bisa membahas itu. Nuri bukan wanita yang tepat bagi putra ibu. Saya dan Adit sekarang hanya berteman baik, Bu.”“Ibu akan selalu berdoa agar Allah menyatukan kalian, Nak. Ibu yakin Adit akan bahagia bersamamu.”Nuri ta
Read more
BAB 81
Andri masih menatap ke arah meja Nuri, dia memicingkan matanya merasa heran melihat di sana ada Rizal, Andin, dan seseorang yang tidak dikenalnya. Melihat suaminya menatap tak berkedip ke satu arah, Rini pun mengikuti arah tatapan Andri. Betapa terkejutnya Rini melihat keempat orang yang ada di sana. Dadanya terasa sesak ketika melihat Rizal ada di sana, itu artinya dia berhasil bebas dari penjara."Bukankan itu Rizal. Kenapa dia bisa ada di sini?" Gumam Andri tanpa memalingkan mukanya dari keempat orang di sana."Rin, aku kesana sebentar ya menyapa mereka. Kamu mau ikut?" lanjutnya kemudian.Netra Rini memanas mendengar kalimat Andri. Andri yang menyadari itu kemudian menatap lembut padanya."Rin, tidak baik memutus tali silaturahmi. Kita tak sengaja bertemu di sini, bagaimana mungkin aku tidak kesana menyapa mereka," bujuk Andri lembut sambil mengusap tangan Rini."Aku bukan melarangmu, Pak. Aku hanya tidak sanggup melihat pria bajingan itu." Andri mengerti apa yang dimaksud Rini.
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status