Semua Bab (Bukan) Istri simpanan CEO: Bab 21 - Bab 30
108 Bab
21
Beberapa menit keduanya masih diam dengan pandangan yang saling tertaut. Sampai kemudian Aruna sadar dan memalingkan wajahnya lebih dulu, membuat Chandra juga melakukan hal yang sama.Deh aman keras jadi hal pertama yang didengar, baik Chandra maupun Aruna sama-sama merasa canggung dengan satu sama lain."Maaf," gumam Chandra lirih. Aruna mengangguk saja. Satu tangannya sibuk menutupi pipi yang terasa hangat tiba-tiba, sementara tangan yang lain meremat baju yang ia kenakan."Kau, mau pulang? Maksud ku, mungkin Wisnu akan menunggui Diandra sampai ia diperbolehkan pulang nanti. Jika kamu tidak keberatan, aku akan mengantarmu."Mendengar tawaran Chandra membuat Aruna kembali berpikir. Benar apa yang dikatakan Chandra.Melihat bagaimana khawatirnya Wisnu akan kondisi Diandra, besar kemungkinan pria itu akan menunggu Diandra. Dan tidak ada yang bisa ia lakukan.Jadi, daripada ia hanya berdiam diri di rumah sakit maka lebih baik ia menerima tawaran Chandra. Setidaknya ia bisa beristirahat
Baca selengkapnya
22
Mobil yang dikendarai Chandra berhenti tepat di depan rumah bertingkat tersebut. Chandra turun lebih dulu diikuti Aruna setelahnya.Langkah keduanya terhenti saat melihat sebuah mobil berwarna hitam terparkir tidak jauh dari mobil milik Chandra.Keduanya saling berpandangan selama beberapa saat sebelum kemudian Chandra berjalan lebih dulu memasuki rumah.Pintu terbuka, dan hal yang pertama kali Chandra lihat adalah keberadaan seorang wanita muda dengan kacamata hitam yang menggantung di hidung.Chandra terdiam, ia bahkan mengabaikan Aruna yang berbisik, bertanya soal siapa wanita yang ada di rumah Wisnu itu.Merasa ada orang lain selain dirinya, wanita dengan dress merah panjang selutut itu menoleh. Ia terdiam dengan ekspresi kaku, juga satu tangannya yang bergerak melepas kacamata hitamnya."Chandra." Bisiknya perlahan.Chandra yang sadar lebih dulu berdeham kecil, ia menoleh ke arah Aruna dengan wajah yang sulit dijelaskan. Ia tampak seperti orang gugup saat ini."Aruna, sepertinya
Baca selengkapnya
23
Seperti apa yang dikatakan Sofie sebelumnya. Wisnu benar-benar datang ke rumah. Namun bukan hanya kedatangan pria itu saja, melainkan juga kehadiran Diandra bersama pria itu.Juga sebuah koper berukuran sedang yang pria itu gandeng di salah satu tangannya.Keduanya tiba pukul sepuluh malam, tepat disaat Aruna baru saja menyelesaikan acara memasak untuk makan malam.Omong-omong alasan keterlambatan makan malam adalah karena Aruna yang tanpa sengaja tertidur saat sore hari. Dan ia kelaparan pada saat ini.Pintu utama terbuka. Sofie yang saat itu baru saja selesai mandi menoleh, gadis itu tersenyum tipis melihat siapa yang datang."Kak Wisnu, Kak Diandra," sapanya sambil berjalan menghampiri dua orang tersebut.Dilihat dari ekspresi wajah juga tatapan mata saja, Sofie sudah tahu jika Wisnu tidak terlalu senang dengan kehadirannya.Tapi yang membuat Sofie penasaran, kenapa Wisnu dan Diandra harus datang ke mari? Bukankah mereka memiliki rumah yang terletak di pusat kota?"Kenapa kamu di
Baca selengkapnya
24
"Apa yang kalian lakukan?"Wisnu yang terkejut dengan segera menghampiri sang wanita. Ia memegang bahu Diandra dan berusaha menjelaskan apa yang terjadi."Kamu terbangun? Aku hanya tidak sengaja bertemu Aruna tadi, dan ku lihat ia juga tidak bisa tidur jadi ku ajak untuk minum teh melati," terang Wisnu dengan nada suara lembut.Aruna yang masih berdiri di tempatnya kemudian menimpali."Iya, benar. Kami hanya minum teh melati saja."Diandra. Wanita itu sebelumnya memang sudah tertidur lebih dulu, namun ia terbangun saat mendapati sang suami tidak ada di tempatnya.Dan disaat ia berjalan mencari Wisnu, tanpa sengaja dirinya mendengar dua orang yang tengah berbincang di taman belakang. Dan itulah kenapa ia bisa menemukan Aruna juga Wisnu di taman belakang.Helaan napas panjang terdengar dari sela bibir Diandra. Wanita itu kemudian menggandeng lengan sang suami erat, mengajaknya untuk kembali ke dalam kamar."Baiklah. Aruna, boleh tolong bawa cangkir itu kembali ke dapur? Sepertinya aku
Baca selengkapnya
25
Keadaan perusahaan terpantau sibuk pada siang hari. Setiap orang yang berada di ruangannya sibuk dengan tugas dan pekerjaan mereka masing-masing.Begitupun dengan Wisnu. Pria dengan kemeja berwarna biru itu memijit keningnya sendiri yang terasa berdenyut bukan main.Beberapa saat yang lalu ia baru saja mendapatkan kabar dari Chandra jika ada masalah di perusahaan. Seorang karyawan senior ketahuan menggelapkan sejumlah dana perusahaan dan menyebabkan kerugian.Wisnu tidak habis pikir, selama ini ia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk karyawan-karyawan nya. Ia selalu berusaha memanusiakan setiap orang meski ada kalanya ia menjadi begitu tegas. Namun, pria itu tidak habis pikir, mengapa masih saja ada karyawannya yang tega menusuknya dari belakang.Manusia memang lebih menyeramkan, bukan?Pintu ruangannya diketuk, Chandra masuk setelah dipersilahkan.Pria itu membawa satu gelas minuman dan memberikannya pada Wisnu. Ia juga sama, masalah yang tengah dihadapi perusahaan saat in
Baca selengkapnya
26
Jam makan siang. Wisnu masih saja berkutat dengan setumpuk kertas di meja kerjanya, sesekali pria itu membenarkan letak kacamata yang menggantung di hidung mancung nya.Laporan keuangan perusahaan masih coba ia telaah lebih dalam, berusaha mencari bukti-bukti lebih agar bisa dengan mudah menjebloskan karyawan yang sudah berkhianat.Pintu ruangan diketuk, Wisnu mempersilahkan tanpa melihat siapa yang datang."Kamu masih sibuk?"Rupanya itu Diandra. Wanita dengan terusan selutut berwarna peach dengan rambut yang digerai bebas itu berjalan ke arah Wisnu dengan sebuah tas berukuran sedang.Ia meletakkan tas yang rupanya berisikan kotak makan siang di meja sofa yang ada di ruangan Wisnu."Ayo istirahat dulu, kita makan siang. Aku yakin kamu belum makan siang dan terlalu larut sama pekerjaan."Wisnu diam. Ia hanya memperhatikan Diandra yang tengah menyiapkan makanan untuknya.Riasan tipis yang wanita itu pakai mampu menyamarkan raut wajah pucat nya, tapi hal itu masih saja membuat Wisnu me
Baca selengkapnya
27
Perlakuan kasar Wisnu pada Aruna kian menjadi. Pria itu mendorong tubuh mungil Aruna ke atas sofa dan menindih nya. Bibir pria itu juga masih senantiasa melumat serta memberikan serangan agresif pada sang gadis.Bukannya Aruna tidak melakukan perlawanan. Ia melakukannya. Namun tenaga yang dimilikinya saat ini begitu jauh jika dibandingkan dengan Wisnu.Tangis Aruna kian kencang saat satu tangan Wisnu mulai meraba bagian leher dan turun ke bawah. Dalam hati ia terus meronta, meminta pada Tuhan agar mengirimkan siapa saja untuk menolongnya."KAK WISNU!!"Tepat disaat Wisnu akan melakukan tindakan kian jauh, Sofie datang dan berteriak nyaring.Gadis itu berlari cepat menghampiri keduanya dan memukulkan remote televisi ke kepala Wisnu yang seketika membuat pria itu oleng dan terjatuh.Cepat-cepat Sofie menolong Aruna. Ia membantu gadis itu berdiri dan berlari ke arah anak tangga guna menuju ke lantai dua.Wisnu yang terkapar di lantai berteriak, memanggil dengan keras serta melemparkan
Baca selengkapnya
28
Salah tingkah. Wisnu mendadak tidak bisa berpikir apa yang akan dirinya katakan, lidahnya juga mendadak kelu untuk berucap.Pria itu hanya bisa diam di tempat dengan sesekali menggaruk tengkuk karena salah tingkah. Apalagi melihat bagaimana raut wajah Aruna yang jauh dari kata baik-baik saja."Ada perlu apa?" gadis itu bertanya dengan suara lirih dan serak.Wisnu gagap sementara waktu, ia melirik ke sana ke mari berusaha mencari-cari cara supaya ia bisa menyampaikan tujuannya segera.Jujur saja ia merasa tidak enak hati dengan Aruna."Aku sudah memesan makanan, jika kau lapar kau bisa turun ke bawah.""Ya."Sedetik kemudian pintu tertutup. Wisnu yang masih berdiri di sana hanya terdiam dengan sesekali mengedipkan mata.Sepertinya Aruna benar-benar dalam kondisi yang tidak baik, dan itu artinya apa yang dilakukannya semalam benar-benar buruk.Ah, Wisnu merasa begitu menyesal.Dengan langkah gontai pria itu berjalan menuruni anak tangga, melangkah ke arah dapur dan duduk di meja makan y
Baca selengkapnya
29
"Kalian sudah pulang? Aku khawatir."Sofie berjalan mendekat, ia kemudian berdiri di samping Aruna dengan senyum tipis.Gadis itu juga sesekali melirik ke arah Chandra yang hanya diam terpaku di sana."Ya. Maaf aku lupa memberitahu mu, Chandra,""Tidak masalah. Aku hanya khawatir karena sebelumnya kau sedang dalam perasaan yang kurang baik. Tapi sepertinya sekarang sudah jauh lebih baik," sahut Sofie cepat.Ia sempat melihat sebentar ke arah boneka yang ada dalam gendongan Aruna.Senyum kecil itu terlihat kecut, juga kepalanya yang tiba-tiba menunduk.Aruna bukannya tidak peka, ia tahu suasana aneh yang tiba-tiba saja ada di sekitar mereka. Atau lebih tepatnya antara Chandra dan Sofie."Aku pulang dulu."Chandra beranjak, pria itu juga sempat terdiam di bangku kemudi selama beberapa saat sebelum kemudian kembali keluar dari mobil miliknya."Sofie," panggilnya dengan suara lirih.Yang dipanggil mendongak, bisa Aruna lihat jika matanya sudah berkaca-kaca seolah menahan tangis. Dan saat
Baca selengkapnya
30
Keadaan perusahaan hari itu terbilang cukup lengang. Wisnu masih berkutat dengan laptop juga kacamata yang menempel di hidungnya.Soal karyawan yang mengkhianati perusahaan, sudah ada titik terang. Rupa-rupanya ia bekerja sama dengan saingan bisnis Wisnu demi mendapatkan upah yang jauh lebih besar.Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh, namun Wisnu masih belum melihat tanda-tanda kehadiran Chandra sama sekali.Pria itu juga tidak memberinya kabar, jika memang sekiranya ia akan absen untuk hari ini.Wisnu meletakkan ponsel miliknya di atas meja, ia menghela napas kasar begitu teringat dengan pertanyaan Diandra semalam.Ia jatuh cinta dengan Aruna? Tidak mungkin!Meski mereka berstatus sebagai suami istri, namun perasaan Wisnu masih valid hanya untuk Diandra seorang.Ia memang sempat beberapa kali memikirkan Aruna, namun itu tidak lebih dari sekedar perasaan bersalah. Tidak lebih.Akan sangat lucu bila memang benar ternyata ia menyukai istri sirinya itu.Iya, 'kan?Pintu diketuk. Wisnu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status