Semua Bab (Bukan) Istri simpanan CEO: Bab 51 - Bab 60
108 Bab
51
Menghela napas, Diandra memilih untuk mengikuti permainan Wisnu kali ini. Berpura-pura tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."Mau makan?" tawarnya."Tidak. Aku akan mandi sekarang, lebih baik kau beristirahat saja, hari sudah malam."Tanpa bantahan, Diandra berjalan ke arah kamar. Di pertengahan anak tangga wanita itu menoleh, mengamati Wisnu yang tengah membereskan jas juga tasnya sendiri.Menyadari Diandra yang tengah memperhatikannya, Wisnu tersenyum. Tapi yang tidak pria itu tahu, perbuatannya saat itu justru kian menyakiti perasaan Diandra.Diandra sudah terbaring di atas ranjang saat suara pintu kamar mandi terbuka. Wisnu baru saja selesai membersihkan diri.Setelah menggosok rambutnya sendiri dengan handuk, pria itu turut menyusul Diandra di ranjang. Bukan, Wisnu tidak langsung tertidur. Ia justru asyik dengan ponselnya sendiri, mengabaikan Diandra yang terbaring memunggungi dirinya.Mungkin pria itu berpikir jika Diandra sudah tertidur, meski sebenarnya belum. Ia masih terj
Baca selengkapnya
52
"Siapa?" Chandra mendekat, turut melihat siapa kira-kira yang datang bertamu di pagi hari seperti sekarang."Diandra," ucap pria itu lirih.Wanita yang disebut namanya itu hanya tersenyum tipis. Ia menyerahkan satu keranjang buah pada Aruna."Boleh aku masuk?" tanya Diandra.Dengan tergagap Aruna menggeser tubuhnya ke sisi kanan agar Diandra bisa masuk ke dalam rumah.Wanita itu mengamati sekeliling, tersenyum kecil dan duduk pada sofa ruang tamu."Biar aku yang menemani Diandra dulu, kau buatlah minuman," ucap Chandra kemudian.Aruna mengangguk. Saat wanita itu hendak beranjak ke dapur, suara Diandra lebih dulu terdengar."Tidak perlu repot, duduklah di sini dan temani aku mengobrol sebentar," katanya.Aruna dan Chandra saling berpandangan selama beberapa detik. Pada akhirnya Aruna menurut, ia menyerahkan keranjang buat pada Chandra dan duduk pada sofa panjang tepat di samping Diandra yang duduk di sofa tunggal.Suasana cukup awkward saat itu. Aruna sendiri tidak tahu harus berkata
Baca selengkapnya
53
Cuaca kota Bandung saat itu cukup bersahabat. Tidak panas tapi juga tidak hujan, sejuk.Cuaca yang pas untuk sekadar berjalan-jalan di sekitar gedung sate, ataupun berkeliling mencari seblak contohnya.Tapi tidak dengan Wisnu. Pria itu baru saja selesai membersihkan diri, ia melihat suasana Kota Bandung dari jendela kamar hotel tempatnya menginap.Ia jadi kembali teringat percakapannya dengan Diandra lewat sambungan telepon pagi tadi."Wisnu, apa kamu sudah mulai ngerasa nyaman dengan Aruna?"Pertanyaan singkat yang nyatanya bisa membuat Wisnu seakan ditusuk belati tajam. Ia hanya bisa terdiam dengan tatapan mata ke segala arah.Meski Diandra tidak bisa melihatnya sekarang, entah mengapa Wisnu benar-benar merasa gugup."Wisnu," sekali lagi Diandra memanggil."Ya?""Aku hanya ingin mengatakan ini satu kali padamu, jadi tolong dengarkan baik-baik," titahnya.Wisnu berdeham saja, ia harus berhati-hati juga menata apa-apa saja kata yang akan keluar dari mulutnya. Ia tidak ingin membuat Di
Baca selengkapnya
54
"Wisnu? Kamu kenapa?" Aruna melepaskan pelukan Wisnu. Aruna? Iya, Wisnu kembali ke rumah kedua dimana Aruna juga Sofie tinggal sekarang."Kamu tidak pergi, kamu tidak akan meninggalkan ku dan membawa anak kita bukan?"Wisnu bertanya dengan raut wajah khawatir, membuat Aruna mengerutkan kening sejenak sebelum kemudian menghela napas, paham kemana arah pembicaraan Wisnu."Apa Diandra yang mengatakan padamu jika aku akan pergi membawa anak ini?"Selama beberapa detik Wisnu diam, pada akhirnya ia mengangguk, tidak ada gunanya berbohong."Kau tenang saja, aku tidak akan pergi sebelum dia lahir. Bukannya itu kesepakatan di antara kita? Aku tidak akan melanggarnya, kau tenang saja."Entah mengapa perkataan Aruna barusan membuat perasaan Wisnu lega tapi juga sakit disaat bersamaan.Ia merasa lega karena Aruna tidak akan pergi meninggalkan nya bersama anak dalam kandungannya, tapi perasaanya juga sakit saat wanita itu mengatakan alasannya tetap tinggal karena perjanjian itu.Entah, Wisnu hany
Baca selengkapnya
55
Pagi menjelang. Fajar menyingsing, menampakan cahaya lembut khas pagi hari yang menembus melewati celah gorden.Aruna mengerjap, membuka mata perlahan sambil menyesuaikan diri dengan cahaya. Baru saja ia akan menggeliat, wanita itu lebih dulu sadar dengan apa yang ada di sebelahnya.Seorang lelaki yang masih terpejam, terlena dalam alam mimpi. Wisnu masih setia berjalan-jalan, menjelajahi dunia mimpinya tanpa tahu Aruna tengah memperhatikannya dalam diam."Dia terlihat begitu tenang dan manis saat sedang tertidur," gumam Aruna lirih.Tangan wanita itu bergerak perlahan, merapikan anak rambut Wisnu yang menjuntai ke arah wajah.Merasa terusik, Wisnu sedikit bergerak dalam tidurnya. Sebelah tangan besarnya kemudian hinggap di pinggang Aruna, memeluk wanita itu seperti sebuah guling.Jarak yang teramat dekat membuat Aruna harus menahan napas. Jantungnya berpacu, berdetak dua kali lebih cepat saat ia harus berhadapan dengan Wisnu dalam jarak sedekat ini.Pelan-pelan, Aruna coba melepaskan
Baca selengkapnya
56
Berbeda dengan Wisnu dan Chandra. Sofie dan Aruna duduk diam di ruang makan, sudah sejak tadi dia perempuan itu hanya saling diam tanpa mau bicara."Aruna, maaf. Bukannya aku ingin tahu ataupun ikut campur, aku hanya ingin tahu sudah sedekat apa hubungan mu dan Kak Wisnu?"Aruna diam, ia melirik ke arah Sofie yang duduk di seberangnya dan menghela napas."Sebenarnya hubungan kami hanya sedikit membaik, ya hanya sampai kami menerima kenyataan kerja sama aneh itu.""Benar-benar hanya itu?"Ragu-ragu Aruna mengangguk. Iya, dirinya memilih untuk berbohong."Baiklah. Aku tidak tahu kau itu berbohong atau jujur. Aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu.""Tolong jangan jadi orang ketiga dalam hubungan rumah tangga, Kak Wisnu. Mungkin apa yang ku katakan sekarang akan terdengar jahat, tapi aku hanya tidak ingin kau ataupun Kak Diandra terluka nantinya. Kau jelas pasti paham apa konsekuensi yang akan kau dapat jika melakukannya.""Bukan hanya cibiran ataupun pendapat orang-orang, tapi juga
Baca selengkapnya
57
Terhitung sudah empat bulan semenjak kedatangan terakhir Wisnu ke rumah kedua. Kandungan Aruna sudah mulai terbentuk, perutnya mulai membuncit layaknya wanita hamil pada umumnya."Nungguin Wisnu?" Chandra yang kebetulan baru saja datang menegur Aruna yang saat itu tengah berdiam diri di ambang pintu utama.Wanita itu hanya tersenyum tipis. Memang, kegiatannya akhir-akhir ini jadi lebih sering berdiam diri di depan pintu utama seolah tengah menunggu kehadiran seseorang.Sebenarnya Aruna tahu, Wisnu tidak mungkin datang setelah perubahan sikapnya hari itu. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tapi jika boleh jujur Aruna merindukan pria itu."Besok waktunya untuk USG kan?" Pertanyaan Chandra hanya dibalas anggukan oleh Aruna. Pria itu melepas dasi dan duduk si sofa."Wisnu baik-baik saja, keadaan kantor memang cukup sibuk akhir-akhir ini ada beberapa kerja sama dan beberapa proyek yang membutuhkan perhatian lebih," ujar Chandra tiba-tiba.Sebenarnya pria itu tahu, dilihat dari logatnya sa
Baca selengkapnya
58
Sore hari saat mobil yang dikendarai Wisnu tiba di rumah. Pria itu keluar dengan menenteng tas kantor juga jas hitam di tangan kanan.Alisnya sedikit naik, mengernyit bingung saat melihat kondisi sudah yang terbilang sepi. Memang, sudah dua hari ini Bibi pelayan meminta izin cuti selama beberapa hari untuk pulang ke kampung halaman.Namun biasanya Diandra sudah setia menanti kepulangannya di depan pintu dengan senyum lebar. Tapi kali ini wanita itu tidak ada di sana.Suasana rumah yang begitu sunyi, juga pintu utama yang tidak terkunci. Jangan lupakan suasana temaram akibat cahaya matahari yang mulai tenggelam.Wisnu menyalakan beberapa lampu, meletakan bawaanya di sofa ruang tamu dan berkeliling. Pendengarannya sontak menajam saat ia mendengar suara rintihan lirih, memastikan dari arah mana suara itu berasal.Setelah yakin bahwasanya suara tersebut berasal dari lantai dua, Wisnu dengan segera berlari. Begitu dirinya sampai, ia bisa melihat Diandra yang tengah terduduk dengan satu l
Baca selengkapnya
59
Aruna masih betah berjalan-jalan di pusat perbelanjaan, terhitung sudah hampir tiga jam wanita dengan perut buncit itu memasuki beberapa toko pakaian juga peralatan bayi."Aduh, kakiku pegal sekali," gumam Aruna sambil memijit betisnya sendiri.Meski usia kandungannya masih tergolong muda, namun Aruna selalu membiasakan diri untuk berjalan-jalan dan berolahraga ringan.Meski tidak dalam waktu yang lama, mengingat kondisi perutnya yang sudah mulai membuncit, Aruna tidak merasa keberatan dengan hal itu.Ia merasa senang bisa menghabiskan banyak waktu bahagia bersama dengan anak dalam kandungannya sebelum pada akhirnya ia harus pergi saat dirinya lahir nanti.Terdengar miris memang, tapi tidak ada gunanya menyesal sekarang. Aruna harus memanfaatkan waktunya selama empat bulan ke depan untuk ia habiskan bersama anak dalam kandungannya.Wanita itu duduk di salah satu restoran yang ada di pusat perbelanjaan. Ia meletakkan paperbag di salah satu kursi dan menghela napas.Ia melepaskan sepatu
Baca selengkapnya
60
Wisnu, pria itu memeluk Aruna dengan begitu erat. Menghirup rakus wangi tubuh wanita yang begitu ia rindukan belakangan ini."Aku merindukanmu," bisiknya lirih. Kecupan ringan pria itu sematkan di pucuk kepala Aruna sebelum pelukan keduanya terlepas.Ekspresi Aruna masih tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Ia terkejut, tentu saja.Tidak menyangka jika rupanya Wisnu lah orang yang ia tunggu. Aruna sempat mengira jika pria itu sudah melupakannya juga anak dalam kandungannya."Begitu terkejut, ya?" tanya Wisnu sembari mengambil tempat di sebelah Aruna.Pria itu masih saja tersenyum cerah, ia bahkan tidak segan untuk mencubit pipi Aruna yang kian berisi dari hari ke hari."Kamu …, tapi bagaimana bisa?" tanya Aruna yang masih belum percaya dengan situasi yang dialaminya sekarang."Kukira kau sudah paham. Aku yang meminta Assisten ku untuk menyamar menjadi salah satu karyawan toko, dan memberikan paperbag itu. Tapi sepertinya kau tidak menerima hadiah dari sembarang orang," jelas Wisnu."
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status