Semua Bab Kukembalikan anakmu, bu!: Bab 21 - Bab 30
60 Bab
Ingin bermain? Mari kita bermain!
Saat aku pulang. Rumah terlihat lebih rapi. Halaman yang kacau saat aku berangkat tadi, kini bersih. Tak kutemukan satupun daun di bawahnya.Aku kembali berjalan masuk. Lantai rumah ini bersih, harum dengan wangi karbol yang menguar. Sofa yang semula mulai jadi sarang laba-laba, kini tertata bersih dengan bantal yang sudah berganti sarung.Ibu duduk di meja makan. Menikmati kiriman ayam bakar dari Jeni tadi siang. Sementara Lia, kulihat tertidur di sofa dengan baju kumalnya yang ia pakai sejak kemarin."Rapi begini kan indah, cantik dan nyaman juga dilihat!" "Ibu yang bersihkan semua. Dia cuma cuci piring sambil marah-marah tak jelas!""Terimakasih bu" Ucapku menundukkan kepala. Biarkan saja dia mengaku-aku semua pekerjaan itu hasilnya sendiri. Dia fikir aku tak memantau? Bahkan pertengkarannya dengan Lia saja aku tau.Aku berjalan ke sofa lalu duduk di dekat Lia. Memperhatikan wanita itu tertidur dengan dengkuran halusnya terdengar. "Bangun Lia..." Aku menggoyangkan badannya. Dia te
Baca selengkapnya
Kamu ngompol Lia?
Pov Lia (Kencing dicelana)Brak! Dua pengawal kurang ajar itu mendorongku ke taman belakang. Kini mereka menutup pintunya dan berjaga disana. Mbak Wita membawakan karpet tipis dengan bantal dan selimut. Mereka melemparnya begitu saja di teras.Hihihii... tak apalah, ini lebih baik dari pada tidur dengan lelaki bau itu.Taman ibu cukup luas, ada kolam renang dan tanaman hias di sudut-sudutnya. Terlebih ada lampu-lampu hias yang membuat tamanya jadi lebih indah.Disini tak terlalu buruk. Biarlah wanita tua itu yang mengantikan popok anaknya...Aku rebahkan tubuhku di atas karpet. Hah.... indahnya malam ini.Brut... brruuuttt...."Aaarrrkkk! Kenapa tak berhenti juga!"Aku berlari kekamar mandi luar. Lalu mengeluarkan sumber masalah yang masuk dalam perutku.Untungnya aku bawa obat diare. Segera saja kubuka dan kutelan pil itu.Kok nyangku
Baca selengkapnya
pov Erlan (istriku terasa asing)
Pov Erlan.Sejak amarah Wita saat itu, aku dan dia tak lagi bertegur sapa. Jangankan menyentuhnya, ia bahkan tak mau satu meja makan dengan kami semua. Wita menghindariku sepenuhnya. Aku tak merasa terlalu kehilangan. Ya, sebab sudah ada Lia yang mengantikan perannya sebagai istri dalam hal apapun. Bahkan saat ibu memutuskan membelikan rumah baru untuk Lia. Wita juga tak datang saat syukuran kami gelar di sini."Dimana baju gantiku Lia?" Aku bertanya. Dia sibuk mengurus jari-jari tangannnya.Selalu saja begini. Dia tak menyiapkan baju kerjaku dengan baik. Jika biasanya Wita sudah menyiapkan segalanya di atas tepat tidur. Lia akan sibuk mengurus dirinya setiap pagi."Dilemari kan ada mas. Cari sendiri mana yang mau di pakai mas!" Aku berjalan membuka lemari."Kenapa gak ada yang di setrika bajunya?"Lia yang sedang sibuk mewarnai kuku tangannya terlihat hanya melirik sekilas.
Baca selengkapnya
Punya Masalah Baru Lia?
Pagi ini, kudengar keributan di belakang rumah. Rupanya ibu dan Lia kembali berulah. Mereka ribut siapa yang akan membersihkan tubuh mas Erlan. Lia merasa sudah sering melakukannya, sementara ibu berdalih selama menantunya pergi, Ibu yang mengurus mas Erlan sendiri.Kini kulihat  mereka bergulung-gulung di atas rumput yang hijau. Ibu dan mantunya seperti atlit gulat di atas ring. Aku bahkan malu melihatnya sekarang."Bagaimana ini bu? Kok malah jadi kaya satwa liar!" Jeni terlihat panik. Dia datang untuk mengantarkan berkasku. Namun justru melihat adegan laga di halaman belakang."Semprot air mereka Jen!"Jeni berlari mengambil selang. Dan kemudian menyemprot dua wanita pembuat onar ini."Hentikan... mbak, apa ini!""Wita , hey ibu basah Wit. Suruh perempuan itu berhenti!"Mereka saling mencari perlindungan. Dan basah juga akhirnya."Sudah bertengkarnya? " kulipat tangan d
Baca selengkapnya
Arisan semut Rang-rang
Amelia keluar rumah. Terkejut dengan dua lelaki yang kini ada di depan rumah ibu. Ibu menatapnya tajam bahkan melipat tangan seolah menunggu apa yang akan terjadi."Duduk!" Ucapku padanya. Dia berjalan duduk diantara aku dan ibu. "Duduk sana! Itu masih kosing!"Ibu berkata jengkel. Masih ada dua kursi kosong dan dia memilih duduk di dekat kami."Silahkan anda bicara" Aku mempersilahkannya bicara."Baik. Terimakasih. Kami kemari menagih uang Arisan pada bu Amelia""Berapa aridannya?""Tujuh puluh lima juta""Arisan apa sebanyak itu? "Ibu mulai bertanya.Aku hampir saja tertawa. Padahal ibu ikut arisan dengan nominal lebih banyak dari Lia. "Kami tidak bisa bilang. Silahkan ibu tanya pada bu Amelia saja.""Heh, arisan apa yang kamu ikuti? Emas? Berlian? Tas mahal?" Ibu bertanya dengan lancar. Sebagai wanita yang hidup dengan arisan
Baca selengkapnya
Aku Pernah Percaya Tapi Terluka
Ibu bersandar pada kursi santai di ruang tengah. Kursi kebanggaannya. Yang selalu menemaninya selama aku menjadi menantu. Dia tak berhenti memijat kepalanya yang berdenyut. Memikirkan kelakuan menantu kesayangannya itu."Mi..minum bu..." Lia memberikan secangkir teh hangat. Tangannya gemetar saat meletakkan teh itu di atas meja.Ibu hanya menatapnya sekilas, nampak engan melihat lagi menantunya, ibu membuang wajah ke arah lain. Lia dengan canggung berjalan kembali kebelakang. Jangankan untuk duduk bersama, menyapa ibu sedikit saja sudah membuatnya takut.Berapa kali kudengar ibu juga membuang nafasnya kasar. " Seratus lima puluh juta Wit. Ibu harus menebus Lia sebanyak itu!" Keluhnya dan aku hanya melihatnya dengan senyuman. "Itu perhiasan ibu simpan, ibu sisihkan, untuk masa tua ibu. Tapi justru malah terpakai begitu banyak dalam sekejab!" Dia masih mendengus kesal. Ada nada marah dalam kalimatnya.Lucu memang,
Baca selengkapnya
pov Erlan (Kecelakaanku)
Hari ini aku melihat Wita terdiam menatapku. Dia mengelus wajahku yang pasti nampak tak tenang. Berkali-kali dia  membersihkan liurku yang terus menetes. Dia terlihat sangat mencintaiku. Namun mengapa, dia meminta Lia dan ibu mengurusku?"Maaf ya mas, banyak kegaduhan yang terjadi. Cepatlah sembuh, dan memulai hidupmu lagi."Air mataku menetes. Membuat dadaku kian sesak karena rasa bersalahku. Mengapa harus aku sia-siakan wanita sempurna ini, hanya untuk bisa bersama perempuan murahan seperti Lia.Dia meninggalakanku sendiri lagi. Ingin rasanya kupeluk erat tubuh itu. Namun tak pernah bisa karena keadaaku yang tak baik-baik saja.Teringat bagaimana aku memperlakukannya dulu, membiatku merasakan sesak yang tak juga membaik.***Kala itu aku menyusulnya kebutik, dia sedang menemui tamu saat aku datang dan menariknya kedalam ruangan."Kamu hamil?" Kalimat itu yang kutanyakan tanpa ada rasa
Baca selengkapnya
Rahasia yang terkuak
Aku baru saja melihat keadaan mas Erlan. Entah kenapa dia menangis sesegukaan. Aku tinggalkan dia dengan derai air mata. Lalu berjalan keluar dan melihat Lia baru saja masuk keruang kerja mas Erlan. Tak ada apapun disana. Kecuali brankas berisi uang dan beberapa perhiasanku. Namun sandinya hanya aku yang tau. Ibu, yang jadi tuan rumah tempat ini saja, tak tau apa yang ada didalamnya.Aku tak perlu mengintipnya seperti itu. Aku duduk saja diruang depan dan melihat Lia dari cctv. Dia nampak membuka semua laci, dan berkas-berkas, kemudian berhenti di jam tangan Rolex milik mas Erlan. Jika dijual, sangat lumayan untuk memghindari kami beberapa saat.Lia berjalan keluar dan terkejut melihatku duduk di ruang tamunya. "Mau kemana?" Aku bertanya padanyaDia berangsut mundur, terkejut, seperti ingin berlari. "Ah, em... kedepan mbak, belanja untuk makan nanti.""Oh, ini aku kasih uang belanja." Kuambil dua lembar lima puluh ribuan dan me
Baca selengkapnya
Rahasia di rumah mewah
Entah mengapa, dadaku sesak setiap kali kuingat janinku. Janin yang tak pernah kutau, namun pergi sebelum aku sempat memberinya kasih sayang.Harusnya ada banyak cinta kuberikan padanya. Namun justru aku sendiri gagal menyadari dirinya ada.Maafkan mamamu ini nak. Namun mama janji, akan membalas segala yang telah mereka lakukan pada kita!" Langsung kekantor bu?" Pertanyaan Jeni membuyarkan lamunanku."Iya, kekantor saja. Sekalian lewat rumah Lia"Entahlah, melihat gelagatnya tadi, aku  merasa ada yang sedang dia sembunyikan. Sebab yang kutangkap dia bukan ingin mencari jam tangan mas Erlan. Namun mungkin saja mencari yang lebih dari itu. Tapi apa?Rumah yang di belikan mas Erlan untuk Lia, terletak di kawasan elite. Tentu saja, dengan bangunan besar dan modern, rumahku bahkan tak ada apa-apanya.Mobil masih melaju. Aku sibuk memeriksa email yang masuk. Acara fashion yang akan kugelar b
Baca selengkapnya
Dokumen Rahasia
Wanita itu semakin dekat. Berjalan dengan handuk membelit tubuhnya. Tatapan kami seolah bertemu. Aku mundur, hingga menyentuh kayu belakang.Jika aku ketahuan, maka akan kuseret mereka keluar rumah ini!  Bagaimanapun aku lebih punya hak disini!Kleek... pintu lemari dibuka, hanya setengah. Tertahan karena panggilan lelaki dibelakangnya."Kau sedang apa sayang?" Lelaki diranjang itu bangun memakai celana boxernya, lalu turun dari ranjang."Mau melihat baju-baju dilemari. Aku selalu memperhatikan penampilang Lia. Dia nampak sangat berkelas"Wanita itu membuka lemari lebih lebar. Jantungku serasa berhenti berdetak. Mataku tepat di depan gantungan baju. Jika dia mengambil baju tepat didepanku, aku pasti ketahuan.Blak... Dengan cepat lelaki itu menutup pintu lemari. Kini mereka kembali bercumbu di depanku. Menjijikan!"Jangan menyentuh apapun, aku bisa kena masalah, jika Lia tau barangnya d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status