Lahat ng Kabanata ng PEREMPUAN YANG DISEBUT SUAMIKU: Kabanata 51 - Kabanata 60
111 Kabanata
Part 50
Part 30POV IsnaTidak ada harga diri yang tersisa tentang aku di hadapan Restu. Hari itu, pertahananku jebol sudah. Aku berteriak setelah mendapat perlakuan kasar darinya. Kepalaku sakit ketika membuka mata. Yang kulihat pertama kali atap yang berputar.“Kamu sudah bangun? Syukurlah ….” Suara Restu pula yang pertama kali kudengar di telinga ini. Kini sadar kalau tadi aku tidak sadarkan diri.Dengan tangan masih memegang kepala, aku berusaha bangun.“Kamu mau minum?” Restu sepertinya memberikan perhatian. Namun, aku tidak peduli.Mencoba turun dari ranjang dengan niat keluar dari kamar.“Aku antar. Kamu mau kemana?” Ada sebuah tangan yang memegang pundak. Dan aku tahu, jika Restu berada di samping.“Singkirkan tanganmu, atau aku berteriak!” ancamku tanpa melihatnya. Setelahnya terasa tidak ada lagi tangan di pundak.“Kamu mau kemana?” Restu bertanya saat aku sudah sampai pintu.Tidak peduli dengan apapun yang keluar dari mulutnya, aku langsung keluar. Saat sudah berada di luar kamar,
Magbasa pa
Part 51
“Kenapa kamu menyembunyikan ini, Isna?” tanya Ibu setelah lama terdiam. “Lalu aku harus bagaimana, Bu? Menceritakan sama Ibu dan Bapak? Ini hal yang memalukan menurut aku, Bu. Aku tetap berpikir bagaimana cara keluar dari semua ini. Tapi, bukankah itu membutuhkan banyak pertimbangan? Berapa hari usia pernikahanku, Bu? Aku harus langsung mengajak Restu berpisah? Apa yang akan orang pikirkan tentangku, tentang keluarga kita? Aku mencoba bertahan sampai dengan waktu yang sudah pantas untuk kami berpisah. Semua itu demi menjaga harga diri kita juga, Bu,” jawabku pelan. “Kamu benar, Isna. Terkadang ada hal-hal yang menyakitkan tapi harus tetap ditutupi. Karena kita tinggal di desa yang komunikasi antar warganya sangat erat. Beda jika kita tinggal di perumahan ….” Bapak akhirnya memberikan tanggapan. “Lalu kamu akan bertahan dalam pernikahan yang tidak jelas ini?” tanya Ibu heran. Aku maklum saja dengan sikap tersebut. “Daripada harus bercerai dalam hitunga hari, Bu. Ada banyak hal yang
Magbasa pa
Part 52
Part 31“Bu, Isna sudah pulang?” Aku mendengar suara Restu bertanya pada Ibu.Saat ini, aku tengah berbaring di kasur kamar yang kosong. Sudah kuputuskan jika Restu yang tetap tinggal di kamar itu. Akan kulihat seberapa lama dia bertahan di rumah ini.“Mau kamu aniaya lagi, kamu tanya seperti itu? tanya Ibu ketus.Dasar ibu-ibu. Tidak bisa diajak kerjasama. Padahal, sebelumnya sudah terjadi kesepakatan agar jangan marah pada Restu. Kami akan membalas sikapnya dengan cara elegan. Namun sepertinya, Ibu tidak tahan juga.“Bu, maafkan aku. Aku kalap kemarin ada kejadian yang sangat tidak mengenakkan di kantor. Jadi terbawa sampai rumah ….” Restu memberikan alasan.“Kejadian, atau sisa cinta kamu di masa lalu?”Aku menepuk jidat mendengar Ibu sudah mulai melakukan sebuah perlawanan. Benar-benar orang tua yang susah untuk dikendalikan. Rencanaku gagal total sehingga dengan terpaksa aku beranjak keluar kamar.“Bu, tolong baluri badanku pakai minyak putih,” ucapku cepat agar Ibu menghindar da
Magbasa pa
Part 53
Kaki ini baru melangkah ke luar setelah jam di ponsel menunjukkan pukul enam lebih.Sepi. Tidak ada siapapun di ruang tengah. Pun dengan aktivitas di dapur yang biasanya terdengar suara orang memasak. Dengan malas kulangkahkan kaki menuju tempat itu. Melirik sekilas pada pintu kamarku yang masih tertutup rapat.Apakah Si Tidak Tahu Malu itu sudah pergi? Atau masih mengerang di balik selimutnya? Tanyaku dalam hati.Kaget. Tubuhku bergerak merespon itu, tatkala melihat Restu yang sedang makan di seorang diri di meja makan.“Kamu baru bangun rupanya. Semalaman aku mengetuk pintu, kamu tidak mau membukanya. Aku kira kamu tidak enak badan, jadi, aku masak sendiri untuk sarapan. Ibu tidak ada juga. Sini, kamu makan bareng aku. Ini aku sudah membuat nasi goreng,” ucap Restu tanpa rasa malu. Seolah kami ini pasangan yang seutuhnya.Aku berlalu begitu saja. Membuka kulkas dan mengambil sebuah minuman kotak dari sana. Tidak biasanya jika pagi meminum yang dingin-dingin. Namun, melihat Restu dan
Magbasa pa
Part 54
Part 32“Tapi, bukankah tadi Mas Restu bilang kalau dia hanya bisa menunggu di sana? Takut kalau istrinya melihat. Aku tidak berani, Bu. Mas Restu sudah berpesan seperti itu.” Anak kecil yang masih lugu itu berkata jujur.Semakin jengah melihat pasien yang satu ini. Wanita itu salah tingkah melihatku, lalu menatap kembali anaknya. Dilihat dari raut wajah kelihatan sekali jika dia tengah menahan sakit. Akan tetapi, bisa-bisanya masih bersikap demikian terhadapku.Aku dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Ingin rasanya berkata kasar, tapi sadar saat ini sedang berada di lingkungan pekerjaan. Untuk sementara memilih diam mengamati dan melihat apa yang akan dikatakan oleh Marini.“Panggil saja! Bilang, Mamak lemas sekali dan tidak bisa mendaftar.”Ya Allah, seperti ini ternyata bentuk keluarga Marwah. Tidak tahu malu. Di depan mata melihat adegan sinetron berpura-pura.“Baik, Mak,” ucap anak lelaki itu patuh.Mas Luthfi tidak kunjung datang. Puskesmas memang sedang dalam keadaan sep
Magbasa pa
Part 55
“Wah, sengaja nyusul istrinya atau memang mengantar saudara ini, Mas?” canda Mas Luthfi setelah infus terpasang di lengan Marini—pada Restu.“Ngantar warga, Mas. Bukan saudara,” jawab Restu langsung.Aku melirik wajah Marini, sepertinya tidak suka dianggap warga oleh Restu.“Kepala desa yang baik harus mengayomi warga dong, Mas. Semuanya harus diperlakukan sama. Tidak peduli miskin, ya harus dilayani dengan baik.” Aku ikut menyahut. Sengaja kusebutkan kata miskin, agar Marini sadar diri. Meskipun sepertinya, tipe orang-orang seperti dia akan sulit sadarnya.“Haha, iya-iya. Isna beruntung sekali punya suami njenengan (anda), Mas,” sambung Mas Luthfi.“Beruntung gak sih, Mas, aku?” tanyaku pada Restu. Lagi, aku melirik Marini yang meski dalam keadaan sakit, dia masih menatapku dengan sorot kebencian.“Harusnya beruntung,” celetuk Restu tidak tahu malu.“Eh, tapi Mas Restu beruntung juga lho, Mas Luthfi, dapat aku. Aku ini ‘kan bidan yang punya penghasilan sendiri. Jadi, aku tidak akan m
Magbasa pa
Part 56
Part 33“Ilham, anak pintar sudah, Sayang! Jangan meladeni orang-orang yang omongannya tidak bermanfaat. Meski miskin, kita harus menunjukkan kalau kita beradab dan berakhlak baik. Lebih baik miskin tapi punya sopan santun dan selalu berkata baik. Daripada kaya tapi tidak bisa berkata sopan sama orang lain yang tidak dikenalnya sama sekali.” Marini berkata lembut pada anaknya.Aku semakin membenci keluarga itu.“Mas, lebih baik kaya biar tidak tahu malu merepotkan orang lain. Atau, lebih baik miskin tapi punya harga diri dengan tidak merepotkan suami orang, ‘kan? Daripada miskin tapi belagu,” ucapku sebelum pergi. “Aku mau suruh Tyas ke sini, mau aku ajak shoping nanti siang,” lanjutku sebelum pergi.Restu menyusulku ke ruang resepsionis. Dia berkali-kali memohon agar aku tidak memberitahukan orang tuanya tentang apa yang dilakukannya hari ini.“Jangan panggil Tyas. Nanti dia bisa mengadu. Aku hanya menjalankan amanat warga agar bisa mengayomi siapapun. Tidak peduli siapa dan bagaiman
Magbasa pa
Part 57
Tatapan yang sangat tidak aku sukai. Dia menatapku dengan penuh cinta sejak dulu. Namun, aku justru merasa ingin muntah melihat itu. Penampilan Tomi sok gaul. Rambutnya lepek dengan minyak. Celananya panjang sampai tumit. Kaosnya ketat. Khas anak desa yang berlagak gaul.Ya Allah, kenapa harus ada lelaki-lelaki tidak normal di sekitar hidupku?“Kalau kamu tidak bahagia dengan suami kamu, aku masih siap memungut jandamu. Aku pasti bisa membahagiakan kamu,” ucap Tomi penuh keyakinan dan percaya diri.Apakah kekuatan cintanya begitu besar terhadapku sehingga ia bisa merasakan jika aku tidak bahagia? Oh, tidak! Dia hanya berbicara omong kosong saja.Satu sudut bibirku tertarik ke atas, tanda mengejek pada ucapannya. Jika pun aku tidak bahagia dengan Restu. Bukan Tomi, lelaki yang aku harapkan hadir mengisi hati ini setelahnya.“Aku selalu mengamati kamu. Kamu adalah cinta pertamaku. Aku begitu menderita ketika kamu memilih dia yang yang punya jabatan dan kaya raya. Tapi, kenapa kamu tidak
Magbasa pa
Part 58
Part 34[Kenapa menjauh dariku]Sebuah pesan aku terima saat baru saja sampai rumah.Dari Fahri tentunya. Karena hanya dia pria normal saat ini yang kukenal.Entah kenapa bibir tertarik saat melihat chat itu. Setidaknya, di sisi lain ada orang yang menghargai perasaanku.[Aku sibuk]Jawabku singkat. Ingin mengatakan aku istri orang, tapi sadar bahwa dalam batinku sebetulnya aku tidak punya suami.Hari itu Restu tidak pulang dan tidak ada komunikasi diantara kami terjadi meski lewat hape. Aku jadi penasaran, dia menulis namaku di ponselnya dengan nama apa. Setelah menikah, badai besar langsung menerpa sehingga tidak ada yang ku ketahui dari dia selai tentang masa lalunya.Seolah mendapatkan sebuah angin banyak sehingga bisa bernapas lega karena lelaki yang kubenci tidak pulang ke rumah ini."Kamu akan tetap bertahan seperti ini, Isna?" tanya Ibu saat aku makan malam."Setidaknya untuk beberapa bulan, Bu. Aku tadi ketemu Tomi, dan dia yah Ibu tahu sendiri bagaimana dia ingin sekali me
Magbasa pa
Part 59
Aku bingung bagaimana harus bersikap nantinya. Beberapa petugas medis di sana, aku mengenal mereka. Jika Ibu Mertua nanti bertindak yang tidak-tidak, mau ditaruh dimana muka ini?"Bu, aku gak ikut masuk saja, ya nanti? Aku takut jika ada yang tahu. Temanku banyak di sana," pintaku sambil mengendurkan tarikan gas"Kamu pakai jaket, 'kan? Kamu pakai masker juga. Itu nanti penutup kepalanya jaket kamu pakai. Tenang saja, Ibu akan memarahi Si Marini dengan cara yang elegan."Marah yang elegan? Baiklah, aku akan melihatnya nanti seperti apakah marah yang elegan itu.Begitu sampai di rumah sakit, aku menurut saja di belakang Ibu Mertua yang langkahnya sangat cepat. Kaki ini setengah berlari mengikutinya.Setelah mendapat informasi dari petugas dimana Marini dirawat, beliau sepertinya menambah tenaga dalam berjalan. Aku sampai merasa panas karena harus setengah berlari dengan menggunakan jaket dan masker.Sebuah kamar yang berisikan empat pasien, dipilih Restu untuk calon mertua gagalnya itu
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status