Semua Bab Pinangan Jutawan Berkedok Seniman: Bab 51 - Bab 60
276 Bab
Adikku Itu Ular Berbisa!
"Boleh gabung?!"Vela dan Ishak yang sedang duduk berhadapan langsung mendongak. Lalu aku menunjukkan seulas senyum ramah yang amat terpaksa kepada keduanya.Mata Vela dan Ishak membola terkejut ketika melihat kedatanganku. Lalu dengan tidak tahu malu, aku segera menduduki kursi kosong di dekat Ishak. Sengaja aku mendekatkan dudukku di sebelah Ishak dengan emosi yang berusaha mati-matian kutahan."Kebetulan banget ya bisa ketemu kalian disini? Udah lama nggak jumpa."Vela menatapku dengan ekspresi terkejut. Sedang Ishak justru menunduk."Gimana kabarmu, Shak?""Baik.""Kamu lagi pacaran sama Vela?" tanyaku santai walau sebenarnya hatiku mulai disambangi petir menggelegar.Ishak tidak menjawab tapi Vela yang langsung bersuara."Iya. Kenapa emangnya?""Wow ... sejak kapan? Kok nggak bilang-bilang?" aku memasang ekspresi terkejut yang dibuat-buat dengan hati geram."Kita nggak ada kewajiban buat bilang ke Kak Lily kapan jadian.""Duh, sombongnya. Mentang-mentang aku batal nikah sama Ish
Baca selengkapnya
Mantan Di Hati, Suami Tak Ada Arti
'Lois sedang memanggil ...' Sudah setengah jam lamanya aku duduk di lobby kantor sejak jam pulang kerja. Aku memiliki alasan mengapa tidak segera pulang. Padahal rekan-rekan kerja yang lain berbondong-bondong ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur. 'Lois sedang memanggil ...' Lagi, aku mengabaikan panggilan Lois untuk kesekian kalinya. Aku tahu, dia pasti menghubungi mengapa aku belum keluar juga dari kantor. Hanya saja, saat ini aku sedang ingin sendiri. Tidak ingin bicara, bercerita, atau ditanyai apapun. Benar-benar hanya ingin diam sambil merasakan sakitnya hati karena kejadian siang tadi. Kejadian saat aku bertemu Vela dan Ishak saat makan siang lalu mereka mendeklarasikan rencana pertunangannya dengan pongah. Miris! Aku masih mencintai mantan tunanganku yang kini justru akan bertunangan dengan adikku sendiri. Padahal perpisahan kami karena foto mesumku masih belum terbukti kebenarannya. Tapi Ishak lebih memilih tutup mata dan telinga lalu menjalin hubungan dengan a
Baca selengkapnya
Aku Sakit Hati Melihat Mereka Bahagia
'Pertanyaannya ganti Mama balik. Apa jadinya kalau Ishak tetap nggak mau balikan sama kamu meski kebenaran foto mesum itu terungkap, Ly?' Aku kembali menengadah menatap langit sore sambil mengulang-ulang kalimat ajaib Mama yang membuatku berpikir ulang untuk memperjuangkan Ishak. Apa yang dikatakan Mama ada benarnya, belum tentu Ishak sudi kembali padaku. Kemarin saat kami bertemu di rumah makan saja sikapnya cukup menunjukkan padaku bahwa dia tidak akan kembali padaku meski kebenaran foto mesum itu terkuak. Entah dia yang sudah tidak lagi mencintaiku atau dia yang terlanjur malu. "Ly, kamu dari mana aja? Kenapa nggak nelfon kalau pulang sendiri?" Lois langsung menghampiriku begitu aku tiba di kontrakan. Aku menatap wajahnya yang menunjukkan kekhawatiran dengan kedua tangan memegang lenganku. Tapi tanganku kembali menurunkan kedua tangannya karena merasa risih. "Maaf." "Aku khawatir kamu nekat lagi. Beberapa hari ini kamu berubah. Kamu banyak diam dan nggak mau bilang ada apa
Baca selengkapnya
Terima Dulu Perjanjiannya
"Jadi, kamu ceritanya belum benar-benar bisa move on?" tanya Lois. Aku duduk di sebelahnya sambil melihat lalu lalang kendaraan di depan kontrakan kami. Tadi, setelah adegan dramatis memeluk Lois dari belakang agar tidak meninggalkanku sendirian di kontrakan, dia mengajakku duduk di teras. Lalu aku mencurahkan semua isi hati padanya. Mau bagaimana lagi, aku harus mengatakan padanya apa yang menjadi beban pikiran ini. Atau Lois akan meninggalkanku sendirian di kontrakan dengan autophobia ini. "Belum, Lois." "Kenapa nggak nyoba move on?" "Andai aku bisa, Lois. Udah aku lakukan dari kemarin." "Andai kamu mau mencoba, Ly," Lois membalik ucapanku. Aku menghela nafas panjang dengan pandangan lurus ke depan. Menyandarkan punggung ke dinding teras kontrakan dengan pakaian kerja yang masih melekat di raga. "Kamu cuma kurang usaha buat lupain Ishak. Padahal semua itu bisa diusahakan asal ada niat." "Aku masih nggak bisa terima kenyataan harus kehilangan Ishak, Lois. Apalagi aku haru
Baca selengkapnya
Adakah Kebetulan Yang Sama?
Belum usai menguping, sebuah tepukan membuatku terkejut. "Kamu ini karyawan baru, kan?! Kok nguping?" Aku langsung berbalik badan kemudian map yang kudekap di dada terlepas dari tangan. Membuat isinya terburai ke lantai. Bodohnya menguping pembicaraan para manajer tanpa melihat sekitar dan tahu-tahu ada seseorang yang memergoki kelakuanku. Astaga, aku tidak mau dipecat secepat ini. "Maaf ... maafkan saya," ucapku dengan menundukkan kepala berulang kali. "Jangan nguping pemicaraan atasan, nggak baik. Kamu itu staf dan kalau sampai ada pembicaraan yang nggak benar di kalanganmu, nanti itu membahayakan karirmu sendiri," lelaki dengan jas hitam itu memperingatkan. Dan aku tidak berani menatap wajahnya sedikit pun. Malu dan takut lebih tepatnya. "Kamu mau laporan atau gimana?" "S ... saya ... mau mengajukan laporan komplain dari customer, Pak." "Ya sudah, ikut saya." Lelaki itu mengetuk pintu dan membukanya setelah mendapat izin dari kepala pemasaran. Aku pun mengekori dari be
Baca selengkapnya
We Are Never Ever Getting Back Togehther
"Daniel itu kerjanya ya emang jadi mata-mata. Ngulik-ngulik informasi, Ly.""Kamu kenal dimana?" tanyaku ketika dia sudah kembali duduk di kursinya. Lois kembali masuk ke dalam kafe setelah mengantar kepergian Daniel."Ehm ... kebetulan dia itu temannya temanku."Oh, pantas saja sikap Daniel begitu formal pada Lois ketika di parkiran tadi. Aku kira mereka sahabat baik."Lois, biaya sewa jasa mata-mata Daniel itu harganya berapa?" "Gratis.""Hah?! Yang bener kamu? Mana ada orang mau capek-capek ngulik-ngulik informasi tapi nggak ada duitnya?""Maksudnya, aku yang bayarin."Aku yakin jika biaya sewa jasa mata-mata Daniel itu tidak murah dan mengapa Lois begitu loyal padaku dengan menggratiskan seluruh biayanya?"Kamu lagi ada duit, Lois?""Iya, duit menang lotre kemarin," ucapnya teramat santai. "Lotre lagi? Emang kamu menang berapa puuh juta?""Yuk lah, kita pulang, Ly. Aku mau berangkat kerja," bukannya menjawab pertanyaanku, Lois justru mengajak pulang.Hari sudah hampir gelap dan
Baca selengkapnya
Jadi Mau Balikan Kapan?
"Ly! Lo kok tidur di meja, sih?!" Nathasya berseru lirih sambil mengguncang lenganku. Mau tidak mau akhirnya aku membuka mata dengan wajah yang teramat mengantuk. "Sorry, Nath. Gue ngantuk berat." "Kak Lois sama yang lain udah mau selesai. Yuk, kita balik duluan." Mataku menatap ke arah panggung mini tempat Lois dan teman satu bandnya baru saja selesai menyelesaikan tugas untuk menghibur para pengunjung kafe and restaurant ini. Mereka masih menata perlengkapan musik dan sang penyanyi memberi ucapan terima kasih serta salam perpisahan. "Yuk, Ly. Buruan! Keburu Kak Lois dan yang lain ke parkiran." Tadi, aku menahan Nathasya untuk kembali ke kos dan mengajaknya menonton Lois dan kawan-kawan menghibur para pengunjung. Aku ingin tahu bagaimana lelaki yang bergelar suamiku itu saat bermusik. Hasilnya, luar biasa! Lois seperti memiliki jiwa dan bakat seni musik yang tinggi. Permainan biolanya tidak buruk sama sekali, bahkan sangat luar biasa. Aku dan Nathasya sengaja memilih tempa
Baca selengkapnya
Emang Kamu Siapanya Perusahaan?!
"Kak Lois sama Rily tuh kenal waktu lagi sama-sama ngisi acara. Karena band Kak Lois waktu itu ditinggal vokalisnya mengundurkan diri, lalu masuk lah Rily.""Awalnya kerja bareng lalu pelan-pelan mereka jadian. Bahkan waktu Rily ikut audisi nyanyi tuh yang nganter sama nunggu sampai selesai tuh, ya Kak Lois.""Bahkan Kak Lois rela nggak kerja berhari-hari demi nganter Rily sampai masuk sepuluh besar. Pokoknya sweat banget lah mereka berdua, Ly."Nathasya bercerita tentang masa lalu percintaan Lois dan Rily yang begitu manis. "Tapi, entah ada angin apa tiba-tiba Kak Lois putus sama Rily. Sampai Rily nggak mau jadi vokalis band Kak Lois lagi. Kalau Kak Lois ditanyai, bilangnya selalu udah beda prinsip.""Beda prinsip tapi kalau udah kayak tadi mereka kelihatan banget masih saling mencintai. Tatapan mata, perhatian, sama perlakuan Kak Lois ke Rily tuh kayak bau-bau CLBK."Mendengar perkataan Nathasya, aku yakin jika Lois memutus hubungannya dengan Rily bukan karena aku. Sebab sudah jelas
Baca selengkapnya
Kamu Belum Jawab Pertanyaanku
"Buruan masuk, Ly. Nanti satpamnya berubah pikiran.""Tapi kamu belum jawab pertanyaanku, Lois."Bukannya menjawab, Lois justru mendorong tubuhku memasuki pelataran kantor lalu ia mengambil kartunya dari tangan salah satu satpam. "Selamat pagi, Den. Hati-hati di jalan," kedua satpam itu memberi salam sambil membungkukkan sedikit tubuhnya. Tunggu! Mengapa satpam itu begitu ramah pada Lois? Dan, apa yang kedua satpam tadi katakan?!Den?Namanya Lois tapi mengapa dipanggil Den?! Denny Caknan kah maksudnya?Lalu Lois membisikkan sesuatu pada kedua satpam itu kemudian melenggang pergi dengan motor matic-nya. Setelah yakin dia sudah pergi, aku menghampiri kedua satpam itu untuk menuntaskan rasa penasaranku. Karena sudah banyak sekali hal yang membuatku sering bertanya-tanya tentang jati diri Lois yang sebenarnya. Memangnya, siapa dia?"Permisi, kalian kenal Lois?" "Lois siapa, Mbak?" "Yang nganter aku tadi kan namanya Lois. Kalian berteman atau gimana? Tidak ada jawaban yang keluar d
Baca selengkapnya
Gimana Kalau Aku Bahagianya Sama Lois?
Pesan dariku untuk Lois. [Aku ada perlu sama temanku. Jadi, kamu nggak usah repot-repot jemput aku, Lois.] Tanpa menunggu balasan darinya, aku segera memasukkan ponsel ke dalam tas lalu menaiki ojek online yang akan membawaku menuju tempat Mama menungguku. Aku begitu penasaran dengan hal apa yang ingin Mama katakan padaku. Katanya, ini berhubungan dengan Vela dan Ishak. Meski aku sudah menikah dengan Lois, namun cintaku untuk Ishak masihlah besar. Karena mantan tunanganku itu memilih meninggalkanku untuk satu hal yang bukan berasal dari kesalahannya. Wajar, jika aku masih menggilai dirinya. Di sebuah rumah makan yang berada di Cipete, ojek online itu menurunkanku. Bergegas aku masuk ke dalam rumah makan lalu mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Hingga menemukan sosok Mama yang sedang duduk sendiri sambil menelfon seseorang. "Ma, maaf. Agak telat." Mama segera mengakhiri panggilannya tanpa salam lalu mempersilahkan aku duduk dihadapannya. "Mau pesan makan apa, Ly?" "N
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
28
DMCA.com Protection Status