Semua Bab Pacar Kedua & Istri Rahasia : Bab 21 - Bab 30
148 Bab
Part 20 Adiva
New YorkSetelah berhasil pergi dari pengawasan Rafka dan menjebak Agatha agar menggantikan dirinya, Adiva segera pergi menemui Darren, ayahnya. “Papa senang akhirnya kamu kembali, Tha.”“Iya, Pa. Aku juga senang bisa ketemu sama Papa,” balas Adiva sambil berusaha tersenyum. Selama ini, Adiva hanya mengetahui kalau Darren lah yang meninggalkan dirinya dan Riana. Namun, melihat kasih sayangnya terhadap Agatha, Adiva merasa bahwa ibunya pasti telah menutupi sesuatu darinya.“Aku juga senang akhirnya Kakak pulang ke rumah,” ujar Anne, adik tirinya dari pernikahan Darren dan Sofia. Melihat Anne kembali mengingatkannya pada Bella, adiknya. Entah sudah berapa tahun ia tidak melihatnya secara langsung sejak
Baca selengkapnya
Part 21 Berbeda
Keesokan harinya, Adiva bangun dan langsung mengecek ponselnya yang tidak berhenti berdering. Ia melihat dari layar ponselnya sebuah nomor tak dikenal menghubunginya beberapa kali. Beberapa saat kemudian, Adiva mengangkat panggilan tersebut.“Halo, Tha,” sapa seorang gadis.“Lo kemana aja sih, Tha. Kangen banget tau kita. Semenjak sibuk ngejar si Sean lo jadi lupa segalanya. Mana pake ganti nomor lagi,” celoteh gadis itu.“Sengaja ya lo mau menghindar,” lanjut gadis itu.“Ponsel gue hilang,” balas Adiva singkat.“Pokoknya gue nggak mau tau malam ini kita ngadain pesta dan lo harus datang. Kalau nggak kita bakal pesta di rumah lo.” Gadis itu langsung menutup sambungan teleponnya begitu saja. Tak lama, ada sebuah pesan masuk dari nomor yang sama. Nomor itu mengirimkan sebuah lokasi bar kepada Adiva.Adiva menghela napasnya panjang. Ia tampak berpikir sejenak sampai akhirnya ia memutuskan untuk datang. Adiva tidak ingin teman-teman Agatha curiga kalau ia tidak hadir.***Malamnya, Adiva
Baca selengkapnya
Part 22 Penerus Perusahaan
Adiva mendesah dramatis dan langsung menenggelamkan tubuhnya di atas selimut berbulu berwarna merah muda milik Agatha. Ia membiarkan ponselnya lepas dari genggamannya.Pagi berikutnya, Anne membangunkannya sambil membawa segelas susu. “Kak, ayo bangun!”Adiva membuka matanya perlahan dan melihat wajah Anne tidak jauh dari wajahnya.“Kakak baik-baik aja?” ujar Anne sambil menaruh segelas susu itu di nakas samping tempat tidur Adiva.“Hmm … iya,” balas Adiva dengan suara serak khas bangun tidur.“Semalam Kakak keluar lagi?” tanya Anne sambil mengendus tubuh Adiva seperti anjing pelacak.
Baca selengkapnya
Part 23 Menyelesaikan Masalah
Seminggu kemudian, Adiva setiap hari berangkat ke kantor bersama Darren. Di hari pertamanya ia cukup banyak menyelesaikan pekerjaan hingga malam.“Sepertinya Papa melihat semangat yang berbeda dari diri kamu, Tha.”“Sepertinya aku mulai menyukai bisnis ini, Pa.,” jawab Adiva sambil menatap wajah Darren.Selama beberapa waktu tinggal bersama, Akhirnya Adiva dapat merasakan hangatnya kasih sayang Darren meskipun itu ditujukan untuk saudara kembarnya, Agatha.“Papa bangga sama kamu, Tha. Maaf kalau dulu Papa terlalu memaksamu, semua itu Papa lakukan karena hanya ingin yang terbaik untuk kamu,” ucap Darren.“Iya, Pa. Aku ngerti,” balas Adiva.Setelah sampai di kantor, Adiva bergegas memasuki ruangannya. Ia juga langsung memanggil Dion, orang kepercayaan Darren yang selama ini mengatur keuangan perusahaan.“Bukankah saya minta laporan bank … kenapa belum ada di meja saya?” tanya Adiva dengan tegas.“Saya telah mengirimkannya lewat email anda kemarin,” jawab Dion.“Laporan itu sama sekali t
Baca selengkapnya
Part 24 Misi Sukses
Keesokan harinya, Adiva disambut oleh seorang pria tampan berambut cokelat dengan mengenakan setelan rapi.“Siapa kamu, dan kenapa ada di ruangan saya?” tanya Adiva.“Saya adalah akuntan baru yang anda minta ….”“Siapa yang memintamu?” tanya Adiva lagi sambil menaruh tasnya di atas meja.“Tuan Dion yang meminta saya,” jawab pria itu.“Siapa namamu?” Adiva meneliti penampilan pria itu dari atas sampai bawah, sebenarnya ia cukup curiga karena tiba-tiba Dion memberinya seorang akuntan.“Nama saya Leo,” balas pria itu.“Apakah saya sudah bisa mulai bekerja?” tanya Leo sambil menyibakkan rambutnya ke belakang dan tersenyum nakal ke arah Adiva.Adiva sama sekali tidak menghiraukan sikap Leo dan langsung menyuruhnya pergi untuk mulai memeriksa pembukuan.Tak lama, Alesya masuk ke dalam ruangannya. “Ada apa?” tanya Adiva.“Ini masih kantor papa. Jadi, tidak alasan untuk masuk ke ruang mana saja yang aku mau,” balas Alesya.Beberapa saat kemudian, Leo kembali masuk sambil membawa sebuah dokume
Baca selengkapnya
Part 25 Bertemu Ibu
Selama beberapa bulan belakangan Agatha dan Rafka sudah jarang bertemu sejak masalah mereka terakhir kali. Agatha banyak menghabiskan waktunya untuk mengunjungi klub malam milik Jonathan. Agatha juga menyadari bahwa pengawal-pengawal Rafka masih mengawasinya. Namun, ia sudah tidak peduli dan memutuskan untuk bersenang-senang. Seperti biasanya, Agatha pulang larut malam setelah menghabiskan beberapa gelas wine. Saat perjalanan pulang, Agatha duduk di sebuah bangku taman sambil tertunduk dan matanya terpejam. Rasa pusing menjalari kepalanya saat tiba-tiba seorang gadis berdiri di hadapannya.“Kak Diva?” tanya gadis itu mencoba memastikan wajah Agatha.Agatha mengangkat kepalanya lalu menyipitkan matanya. “Pergi! aku nggak butuh kamu,” ucap Agatha dengan suara yang tidak terlalu jelas.“Astaga! Jadi, ini beneran Kakak.” “Anne?” Pandangan Agatha tidak terlalu jelas karena mabuk. Ia melihat gadis di hadapannya sebagai Anne, adiknya.“Ini aku Bella Kak.”“Kakak kenapa bisa ada disini?” ta
Baca selengkapnya
Part 26 Kembali Bersama?
Selama beberapa hari ini, Agatha berada di rumah Riana. Ia mulai merasa nyaman menjalani hari-harinya karena ia dapat merasakan kasih sayang dari sosok ibu yang ia cari selama ini. Meskipun Riana belum mengetahui siapa dirinya, Agatha tidak keberatan. Gadis itu akhirnya mulai mensyukuri perbuatan yang dilakukan Adiva.Agatha mempelajari beberapa hal seperti memasak, membuat kue, dan ikut membersihkan rumah. Seperti yang sedang ia lakukan saat ini bersama dengan Bella di dapur. Mereka tengah membuat kue.“Kakak, itu tepungnya kelebihan!” seru Bella sambil membersihkan kekacauan yang Agatha buat. “Ya, maaf. Aku udah lama nggak buat ini,” jawab Agatha dengan berbohong karena ini adalah kali pertamanya membuat kue.“Kalau gitu Bella aja deh yang lanjutin, Kakak duduk aja di sana.” Bella menunjuk sofa yang ada di ruang TV.“Nggak, aku mau buat ini,” balas Agatha sambil menggelengkan kepalanya.“Kalau kuenya nggak jadi gimana? Sayang tau bahan-bahannya!” seru Bella dengan cemberut.Mendeng
Baca selengkapnya
Kemampuan menurun
Setelah kegiatan yang mereka lakukan di dapur, Agatha tengah membersihkan tubuhnya sementara Rafka menunggunya di tempat tidur. Tak lama, Agatha keluar hanya dengan menggunakan handuk yang menutupi tubuhnya. Agatha dapat merasakan bahwa Rafka tak henti menatap tubuhnya.“Ngapain sih liatin aku sampai kayak gitu? Udah sana mandi!” seru Agatha sambil melemparkan handuk lainnya ke arah Rafka yang berhasil ditangkap olehnya.“Tadi aku ngajak mandi bareng kamu nggak mau,” balas Rafka sambil menyeringai.“Yang ada nggak akan pernah selesai kalau kita mandi bareng,” sahut Agatha dengan cemberut.“Udah sana mandi! aku mau ganti baju,” lanjut Agatha.“Ganti aja di sini. Lagipula aku udah melihat semuanya,” pungkas Rafka dengan memainkan kedua alisnya.Agatha merasakan wajahnya mulai memerah sementara Rafka terkekeh menatapnya. Pria itu berdiri lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi setelah mengacak puncak kepala Agatha. Saat Rafka sedang mandi, Agatha dengan cepat berganti baju dan menyiap
Baca selengkapnya
Part 28 Merasa Ragu
Malam harinya, Agatha tengah berbaring menghadap ke arah Rafka yang kini memejamkan matanya. Agatha memandang wajah Rafka dengan seksama. Ada perasaan aneh saat melihat wajah Rafka sedekat ini, antara rasa bersalah dan rasa ingin terus bersama dengannya. Selama beberapa bulan ini, Agatha terus memikirkan bagaimana hubungannya dengan Rafka ke depan. Perasaan gadis itu dipenuhi rasa bersalah karena memiliki perasaan dengan suami dari saudara kembarnya. Agatha juga merasa bersalah karena telah berbohong dengan Rafka selama ini. Meskipun Adiva yang menempatkannya dalam situasi ini, ia merasa bersyukur karena akhirnya ia dapat bertemu dengan Riana.Agatha menelusuri wajah pria itu dengan jari-jarinya. Ia terkesiap saat tiba-tiba Rafka membuka matanya perlahan. “Suka liat aku diam-diam?” tanya Rafka sambil menggenggam tangan Agatha.“Kamu belum tidur?” tanya Agatha kemudian. “Mungkin kamu yang bangunin aku,” balas Rafka sambil menyeringai.Agatha menarik tangannya lalu memukul lengan Rafk
Baca selengkapnya
Part 29 Pelukan Hangat
Rafka tidur membelakangi Agatha, sepertinya pria itu masih kesal dengan percakapan yang mereka bicarakan. Agatha hanya menghela nafas panjang sambil menatap punggung Rafka dan beri langit-langit kamarnya. Gadis itu berusaha untuk tidur tetapi tidak bisa karena pikirannya terasa sangat penuh. Akhirnya Agatha memutuskan untuk pergi ke kamar Riana. Agatha melangkah masuk lalu menyibak selimut dan langsung masuk ke dalamnya untuk memeluk Riana. Ia menenggelamkan wajahnya di dada Riana sambil memejamkan matanya perlahan. Berada dipelukan Riana adalah hal ternyaman yang pernah Agatha rasakan. Agatha membuka matanya perlahan saat merasakan jari-jari tangan Riana mengusap punggungnya. “Ada yang bisa Ibu bantu?” tanya Riana dengan lembut.“Ibu bisa baca pikiran aku ya?” tanya Agatha masih dengan posisinya yang memeluk Riana erat. “Ada apa, sayang?” Kini tangan Riana beralih membelai rambut Agatha.“Aku bingung, Bu. Nggak tau harus bagaimana?” “Bingung soal apa?” tanya Riana.Agatha terdiam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status