All Chapters of DISENTUH TANPA CINTA: Chapter 31 - Chapter 40
48 Chapters
31. Dendam Bian
Tidak terasa sudut mata Bian berakhir mengingat kisah pilunya. Lelaki itu meraih tisu di dashboard mobil untuk mengelap bulir bening tersebut. Mendadak hatinya mencelos teringat foto Bapak Edi dengan ibunya. Bian merasa sudah beberapa hari ini dia tidak melihat foto tersebut."Di mana aku menaruhnya?" Bian bergumam sendiri. "Foto itu tidak boleh hilang. Karena itu satu-satunya bukti jika aku adalah putra kandung Bapak Edi Baskara. Tapi ... di mana aku menaruhnya?"Bian memukul setir kesal. Mengutuk sendiri kenapa bisa seceroboh itu. Dia sudah cukup lelah hidup menderita. Ia ingin menikmati kehidupan mewah seperti Ega.'Yang anak kandung Edi Baskara adalah aku. Bukan Ega. Ya ... dia tidak berhak seperser pun harta tersebut. Karena Ega hanyalah seorang anak pungut.' Batin Bian terus saja bergolak."Oke ... sekarang saatnya bertindak." Bian mantap mengangguk. "Sudah cukup terlalu lama aku menahan diri menutup kebenaran ini. Aku harus berani," tekad Bian yakin.Bian tancap gas. Mobil mele
Read more
32. Antara Bian, Tania, dan Galih
(POV Author)TOK TOK"Tania! Cepat buka pintunya!"Bian dan Tania terperanjat kaget. Keduanya bingung harus berbuat apa."Taniaaa!" Di luar ketukan pintu itu berubah menjadi gedoran."Bagaimana ini, Yan?" Tania bertanya sambil berbisik dengan gusar. Wanita itu meremas kedua tangannya untuk menghilangkan panik."Lagian kamu juga ngapain nyusul aku ke mari?" Bian yang cemas juga tidak bisa berpikir. Lelaki itu mengusap wajahnya beberapa kali dengan kasar."Tania ... ini Mas Galih. Cepat buka!" Suara di luar itu kembali berseru.Wajah Bian seketika geram mendengar suara itu. Sedangkan Tania justru bernapas lega. Karena dalam hati Tania pasti mampu mengelabui Galih."Udah kamu tenang, Yan. Galih bisa aku atasi." Tania berbisik dengan penuh percaya diri. "Aku pikir tadi kalo bukan Ega ya Bapak Edi, makanya aku panik. Oke ... sekarang kamu sembunyi!" suruh Tania kemudian.Walau enggan jika harus bersembunyi, tetapi Bian tidak punya pilihan lain. Lelaki itu nurut saat Tania mendorongnya ngum
Read more
33. Ketegasan Pak Edi
(POV Author)Mika dan Ega hanya menginap satu malam saja di rumah Ibu. Padahal Mika masih betah di sana. Apalagi kondisi Ibu juga belum sepenuhnya pulih. Ditambah besok juga akhir pekan.Namun, Ega memaksa harus pulang hari ini juga. Dia berdalih totalitas profesi. Besok harus benar-benar berangkat kerja. Karena ada pertemuan penting dengan kolega."Sudah ... turuti saja kemauan suamimu!" bujuk Ibu ketika melihat Mika enggan meninggalkan rumah. "Lagian jarak rumah kan dekat. Kapan saja pingin main tinggal mampir," imbuhnya sambil memeluk sang putri sebentar."Ibu kalo kenapa-napa langsung hubungi aku, ya," pinta Mika dengan nada manja usai mengurai pelukan.Walau pun dia jarang bermanja-manja di depan Ega. Namun, jika di hadapan sang ibu Mika akan menjelma menjadi anak mami."Pasti," sahut Ibu disertai senyuman manis. Selanjutnya Ibu menatap menantunya yang sedari tadi bergeming saja. "Tolong jaga Mika ya, Nak Ega," pintanya lembut."Iya, Bu." Ega yang duduk bersisian dengan Andika me
Read more
34. Terkuaknya Rahasia
Bian menghela napasnya yang terasa sesak. Dia melangkah menuju lemari kecil dalam kamar tersebut. Diambilnya selembar foto yang ia simpan di lipatan baju. Dalam gambar terlihat seorang wanita muda dan juga anak laki-laki kecil."Ibu ...." Bian bergumam sedih. "Apa yang harus aku lakukan untuk meyakinkan lelaki itu, jika aku adalah anak kandungnya?" Bibirnya lirih berbicara sendiri. Tanpa sadar setetes embun menitik di pipinya. "Bahkan aku sudah beberapa kali memberinya petunjuk, jika aku adalah anak, Bu. Tapi orang itu sangat tidak peka. Mungkin kah nama Ibu tidak pernah ada di hatinya?"Air mata Bian semakin kuat mengalir. Pemuda itu menghapusnya cepat. Dia sudah lama tidak menangis. Terakhir menangis adalah saat keluarga hilang ditelan gempa. Sudah lama sekali. Dan kini rasa sakit itu kembali menjelmanya."Tunggu pembalasanku!" Tangan Bian mengepal.*Di bawah makan malam berjalan dengan hening. Wajah dingin Bapak Edi membuat semua orang memilih untuk menutup mulut. Terutama Ega.Pa
Read more
35. Sakit Hatinya Bian
"Lalu ... kenapa kamu menyembunyikannya dari aku? Apa maksudnya?!" kejar Ega campur aduk. Kesal, takut, sekaligus sedih.Kesal karena selama ini Bian menyimpan hal yang begitu penting seorang diri. Tanpa mau berbagi cerita padanya. Takut jika Bian berbuat buruk pada ayah angkatnya. Mengingat sikap Bapak Edi yang dingin. Bahkan cenderung pedas pada Bian. Ega tahu watak Bian. Pemuda itu bisa melakukan hal apa saja jika merasa tersakiti.Sedih. Ega merasa sedih jika Bapak Edi akan menendangnya begitu tahu kalau Bian adalah darah dagingnya."Aku juga baru tahu jika kamu adalah anak angkatnya ayahku semenjak datang ke mari," jawab Bian sambil menatap angkasa atas. "Aku tidak pernah menyembunyikannya darimu, Ga. Tetapi, lebih memilih menunggu waktu yang tepat," kilahnya kemudian."Lalu ... apa rencanamu selanjutnya?" tanya Ega penasaran."Tentu aku ingin mengungkap jati diriku ada Ayah, tapi menunggu saat yang tepat. Dan secara perlahan aku akan memberikan petunjuk pada ayah jika aku adala
Read more
36. Kejadian Di Villa
"Kamu gak dengar perintah saya?" tegur Bapak Edi menatap tidak suka pada Bian. Karena pemuda itu cukup lama terbengong."Oh ... iya. Maaf." Bian tergagap. Sembari menahan sesak di dada, dia menarik sebuah koper yang cukup besar. Kepunyaan Bapak Edi dan istrinya."Sini aku bantu."Melihat gelagat sedih pada wajah Bian, Tania merasa iba. Dia menarik koper berisi pakaian Mika dan Ega."Gak usah-usah!" Ega melarang cepat. "Kamu bawa tas kamu sendiri ke kamar. Itu biar aku yang bawa," tutur Ega lembut. Lelaki itu pun tidak tega jika wanita yang tengah mengandung janinnya harus bekerja keras."Mika, Tante, kita ke dapur yuk! Aku bawa banyak ikan segar," ajak istri Galih bersemangat."Ayuk!" Mika dan Ibu Gina semangat menyetujui.*Usai menaruh koper pada kamar utama, Bian menemui tukang kebun. Menanyakan pada pria berpeci hitam itu di mana letak kamarnya. Sang pelayan mengantar Bian pada bilik kecil.Sebuah ruangan berukuran enam kali enam meter. Kamar khas pelayan yang tidak luas. Hanya ad
Read more
37. Ide Busuk Galih
"Kalian?" Ega menegur kedua sejoli yang tengah saling menguatkan itu.Tania dan Bian tersentak kaget melihat kehadiran tiba-tiba Ega dan Galih. Wanita itu langsung mengendurkan dekapan. Sedangkan Bian segera memasang wajah tenang."Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Ega selidik.Di belakangnya Galih bersorak gembira. Lelaki itu sudah lama curiga jika Bian dan Tania ada affair. Namun, dia tidak punya banyak bukti.Galih berharap agar Ega lekas mendepak pemuda itu secepatnya. Supaya dia bisa memiliki Tania sendiri seutuhnya. Karena bagi Galih menghadapi Ega yang polos, jauh lebih muda dari pada si dingin Bian."Eum ... aku ....""Tania datang bawakan aku makanan." Bian meneruskan perkataan Tania yang menggantung sambil menunjuk piring yang menyisakan beberapa suap nasi. Pemuda itu memang cepat tanggap."Kalo cuma untuk membawakan makanan, kenapa harus saling berpelukan?" Kali ini Galih yang menginterogasi."Memangnya kenapa? Masalah?" Tania menyahut cepat. Galih sendiri terpana meli
Read more
38. Bian yang Malang
Mika dan istrinya Galih belum juga pulang berbelanja. Bapak Edi setia menemani Gavin bermain."Ayo, Kek, berenang sama Gavin," ajak bocah berusia enam tahun itu sambil menarik lengan tua Bapak Edi."Ini sudah lumayan sore, Gavin. Air kolam sudah mulai dingin. Dan kakek gak kuat dengan air dingin," tolak Bapak Edi lembut."Ayolah, Kakek! Gavin ingin berenang. Gavin gak ada teman."Gavin terus mendesak. Bocah itu terus menarik tangan sang kakek. Dia tidak menyadari telah tiba di samping kolam. Nasib buruk menimpa. Kaki Gavin tergelincir. Dia terjatuh ke kolam renang dengan kedalaman dua meter. Sementara tangannya masih berpegang pada Bapak Edi. Otomatis pria itu pun ikut terjebur."Tolonggg!"Bian dan Mang Asep yang tengah sibuk menata peralatan panggangan sontak menoleh."Siapa yang kecebur kolam?!" panik Mang Asep melihat ada empat buah tangan yang menggapai-gapai. Sepasang tangan mungil dan sepasang tangan keriput.Bian sendiri tanggap jika yang jatuh adalah Bapak Edi dan Gavin. Tan
Read more
39. Wanita Masa Lalu Pak Edi
Ega tengah merenung sendiri di ruang tamu. Matanya belum juga bisa terpejam. Padahal udara alam Puncak terasa begitu menggigit tulang. Dia hanya ditemani secangkir teh panas.Pikiran Ega melayang pada kejadian tadi sore. Untuk pertama kalinya dia melihat jika pelukan Tania pada Bian bukan dekapan biasa antara seorang saudara. Ada cinta yang terpancar dari mata Tania untuk Bian.Sebenarnya selama ini Ega juga menaruh kecurigaan pada dua orang sahabatnya itu. Dia juga menyadari jika gerak-gerik Tania pada Bian itu berbeda. Tania yang begitu menurut pada Bian. Sedangkan pian yang begitu menguasai Tania.Ega masih ingat betul, ketika suatu malam ia memergoki Bian mencekik dengan begitu bengis. Namun, waktu itu Tania justru berusaha membela saat dirinya mencecar kenapa Bian melukainya.BRUGH!Ega terperanjat. Di luar sana seperti ada sesuatu benda berat yang jatuh dari atas. Tadinya Ega tidak peduli. Namun, saat mendengar orang mengerang kesakitan, jadinya tergerak untuk melihat.Lelaki it
Read more
40. Penyesalan Pak Edi
"Siapa wanita itu, Pa?" Suara dingin dari Ibu Gina membuat Bapak Edi tercekat.Bapak Edi bergeming. Tidak dihiraukan pertanyaan sang istri. Dirinya cukup lama menatap foto usang itu. Perlahan ia menatap Tania. "Dari mana kamu dapatkan foto ini?" cecar Bapak Edi ingin tahu."Foto itu sudah ada pada Bian sejak kami tinggal di panti asuhan," jawab Tania dengan suara sumbang. Pertanda dia habis menangis lama. "Dia bilang jika itu satu-satunya kenangan dari ibunya yang masih ia simpan."Rahang Bapak Edi mengatup. Otot-otot lehernya terlihat. Jelas dia sedang menahan letupan emosi kesedihan."Bian," gumamnya getir.Kini kaki pria itu bergerak cepat menuju ruang ICU. Segera Ibu Gina dan Mika mengikuti. Kedua wanita itu juga ingin melihat kondisi Bian. Ega sendiri memilih duduk kembali bersama Tania di luar.Mata Bapak Edi tertuju pada sebuah brankar tempat berbaring pemuda yang beberapa hari ini selalu ingin dekat dengannya. Mata Bian terpejam. Namun, air mata yang sudah mengering terlihat m
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status