Semua Bab Ibuku Bukan Pembantumu, Mbak!: Bab 31 - Bab 40
44 Bab
Bab 31 Yang memfitnah yang melakukan
"Beneran ya, Man. Nanti temani aku cari kos an deket kampus atau deket rumah makan ya, " ucapku setelah menceritakan semua perbuatan mbak Sinta yang membuatku semakin tak betah di rumah. "Iya, Ra. Tapi, Ra .... " Amanda seperti ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Tapi kenapa, Man? " tanyaku menatapnya. "Kalau kamu mau ngekos terus Ibu kamu gimana? " tanya Amanda dengan raut wajah serius. "Ibu sudah ngizinin kok, Man. Ya walaupun awalnya keberatan. Tapi dia tetap memperbolehkan ku ngekos kok, Man, " jawabku jujur. Karena memang kemarin malam aku pergi ke kamar ibuku untuk memberitahu niatku, alasanku agar lebih dekat dengan kampus dan juga tempat kerja. Awalnya ibu tak memperbolehkan ku, karena selama ini aku tak pernah tinggal jauh dari ibuku, hanya dulu saat aku nginep di rumah Amanda saja itupun hanya beberapa hari. Tapi aku terus meyakinkan ibuku, kalau aku bisa menjaga diri. Dan akhirnya ibuku memperbolehkan ku. Asalkan aku bisa jaga diri. "Bukan itu maksudku, Ra, " ujar Ama
Baca selengkapnya
Bab 32
Bab 32Pov Dika"Kenapa Ibu mengizinkan Zahra untuk ngekos? Zahra itu anak perempuan, Bu. Nggak baik kalau tinggal sendirian seperti itu, " ujarku setelah mendengar penjelasan ibuku mengenai Zahra yang tak berada di rumah beberapa hari. "Sudahlah, Nak. Zahra sudah besar. Pasti dia bisa menjaga dirinya sendiri, " ujar ibu tenang, walaupun aku bisa melihat dari sorot matanya menampakkan kekhawatiran. "Nggak bisa begitu, Bu. Zaman sekarang pergaulan diluar sana itu harus dalam pantauan terus, Bu. Apalagi Zahra yang emosinya belum stabil, aku takut Zahra berbuat macam-macam, Bu, " jelasku panjang lebar. Aku sangat khawatir dengan adikku satu-satunya itu, walaupun Zahra beberapa waktu ini sering menjadi anak pembangkang, tapi dia tetap adikku. Dia masih menjadi tanggung jawabku, apalagi sebelum kepergian bapakku, beliau sempat mengatakan agar aku bisa menjaga adik dan ibuku itu. "InsyaAllah Zahra bisa jaga diri, Nak. Ibu percaya pada Zahra, " ucap ibuku sambil memotongi sayur yang akan
Baca selengkapnya
Bab 33
"Zahra! "Aku terkejut mendengar suara yang sangat aku kenali. Dia melangkah cepat menuju tempatku berdiri. "Mas Dika, " lirihku. "Oh, ternyata gosip tentang dirimu itu benar ya. " Aku mengernyit bingung dengan ucapan mas Dika. "Bagus. Kamu tak pulang kerumah ternyata kamu sedang bersama laki-laki ini. Bagus ..., bagus. Sudah ngapain aja kalian? " ucap mas Dika yang membuatku semakin bingung. "Maksud Mas Dika apa? " tanyaku tak mengerti. "Jangan pura-pura nggak tau, Zahra! Dia pasti pacar kamu, kan? Dan gosip tentang kamu yang tidur sama dia itu benar, kan? " tanya mas Dika penuh penekanan sambil menunjuk laki-laki yang sedang berdiri di sampingku. "Hai, kamu! Berani-beraninya kamu menjerumuskan adikku! " teriak mas Dika sembari mendekat ke arah kak Rayhan dan mencengkeram kerah kak Rayhan. Aku yang masih mencerna setiap kata-kata mas Dika hanya bisa diam, melihat mas Dika melakukan hal itu kepada kak Rayhan. "Apa maksud anda? " tanya kak Rayhan tenang. "Jangan sok nggak tau
Baca selengkapnya
Bab 34
Pov Sinta"Astaga! Aku lupa kalau Zahra juga bekerja di rumah makan viral itu," gumamku menepuk keningku."Untung saja tadi aku nggak jadi kesana bersama Mas Dika. Kalau tidak, huhh ..., pasti Mas Dika akan tau dimana keberadaan Zahra, " lanjutku sembari kembali menscroll akun sosial mediaku. Tapi kebanyakan postingan yang lewat diberandaku adalah foto teman-temanku yang sedang berfoto di rumah makan viral itu. Aku jadi ingin kesana, tapi ada Zahra disana. "Aish, anak manja itu memang membuatku jengkel! " geramku mengingat Zahra. "Tapi ..., semoga saja Mas Dika terpengaruh dengan ucapanku tadi. Sehingga dia nggak perlu mengurusi Zahra lagi, " gumamku berharap. Gosip yang aku buat sudah menyebar ke ibu-ibu tetangga, apalagi ibu-ibu julid itu pasti juga akan menambah-nambah bumbu-bumbu gosip agar semakin enak digosipkan.Syukurin kamu Zahra, nama baik kamu sudah tercoreng. Itu semua karena kamu berani melawan ku. Rasa kantuk menyerang, aku lihat Sindi sudah tidur dengan pulasnya,
Baca selengkapnya
Bab 35
Pov Sinta 2"Ibu! Sindi nangis! " teriakku dari depan televisi. "Ibu! " teriakku lagi. Tak lama terlihat ibu mertua yang lari tergopoh-gopoh dari arah dapur. "Nak, ibu lagi nyuci baju. Tolong kamu tenangin anak kamu dulu ya, " ucap Ibu mertua yang sudah berdiri di dekatku. Mendengar hal itu, aku yang sedang menonton televisi sembari makan, menoleh ke arah ibu mertua. "Apa Ibu nggak lihat? Aku lagi makan! " bentakku sambil mata melotot. "Ta-tapi, Nak. Baju Ibu basah, kasihan Sindi kalau nanti ikut kedinginan, " ujar Ibu mertua ketakutan. "Halah, alasan aja Ibu ini! Tinggal ganti baju apa repotnya sih! Aku tuh harus makan supaya asiku lancar. Apa Ibu mau Sindi kekurangan ASI? " tanyaku memberi alasan. Karena aku yakin Sindi itu nangis gara-gara buang air besar. Aku yang sedang makan tak ingin melihat kotorannya, bisa-bisa aku muntah. Tanpa menjawab lagi, ibu mertua langsung melangkah cepat ke kamarnya. Tak lama dia keluar dengan pakaian yang berbeda, langsung melangkah menuju k
Baca selengkapnya
Bab 36
Pov Dika"M-mas Di-Dika ..." ucap Sinta terbata kemudian melepaskan cengraman tangannya dari lengan ibuku yang sudah meringis kesakitan. "Mas Dika kapan pulang? Kok nggak ngabarin aku sih? " ucap Sinta merubah ekspresinya menjadi seperti biasa. Aku tak menjawab pertanyaan Sinta. Dengan nafas memburu menahan amarah, aku berjalan cepat menuju tempat Sinta berdiri. Plak"M-mas Dika .... "Sinta menatapku dengan mata membola serta memegang pipinya yang sedikit memerah. Mungkin dia terkejut atas apa yang baru saja aku lakukan. Ya, aku menampar Sinta, untuk pertama kali aku berbuat kasar padanya. Selama ini aku tak pernah bermain tangan ataupun menyakiti hati Sinta, karena aku sangat amat mencintainya. Sebenarnya aku sudah beberapa kali melihat Sinta berlaku sedikit buruk kepada ibuku, tapi aku hanya berpikir kalau Sinta sedang kelelahan jadi emosinya naik turun. Tapi kalo ini Sinta sudah sangat keterlaluan, bagaimana tidak dia dengan beraninya mencengkram lengan ibuku dan menyeretnya
Baca selengkapnya
Bab 37
Pyar"Zahra? Ada apa ini? " tanya bu Lina yang tampak terkejut mendengar suara gelas terjatuh. "Emm, maaf, Bu. Saya nggak sengaja mecahin gelas, " ucapku merasa bersalah. Entah kenapa tiba-tiba tanganku merasa gemetar dan tak sengaja menjatuhkan gelas yang sedang aku bawa dalam nampan. Dan entah kenapa juga perasaanku menjadi tak enak seperti ini. Ada apa sebenarnya denganku ini? "Kamu sakit, Ra? " Pertanyaan bu Lina menyadarkanku dari pemikiranku. "Oh, enggak kok, Bu. Saya sehat-sehat saja. Cuma tadi sedikit kurang fokus saja, " ujarku mengulas senyum. "Kalau sakit lebih baik kamu istirahat dulu saja, Ra. Kebetulan kan pelanggan hari ini tak terlalu banyak," ucap bu Lina kemudian. "Enggak apa-apa kok, Bu. Saya masih bisa bekerja kok, " jawabku meyakinkan. Mungkin karena banyak pikiran jadi aku sedikit kurang fokus tadi. Tapi kenapa aku jadi kepikiran tentang ibu ya. Sudah lama juga aku tak berkomunikasi dengan beliau. Semoga beliau sehat-sehat selalu. "Ya sudah kalau begitu s
Baca selengkapnya
Bab 38
"Assalamualaikum! Ibu! " seruku sembari terburu-buru masuk ke rumah. Setelah mendapat kabar dari mas Dika tadi, aku yang baru selesai bekerja langsung berlari ke jalan raya mencari taksi atau tukang ojek. Karena hari sudah larut malam, tak ada satupun taksi yang lewat. Bahkan dari tadi aku mencoba memesan taksi online, tapi tak juga ada yang menyahut. Tapi tiba-tiba kak Rayhan datang dan menawari ku untuk mengantarku pulang. Karena kekhawatiranku terhadap ibuku, aku berusaha menghilangkan kekesalanku kepada kak Rayhan. Aku di antar kak Rayhan pulang menaiki sepeda motornya. Tak ada percakapan selama perjalanan, pikiranku dipenuhi oleh kekhawatiranku terhadap ibuku. Sampai di depan rumahku, aku langsung turun dari sepeda motor kak Rayhan. Dan karena aku semakin cemas dengan kondisi ibu, aku lupa untuk berterimakasih kepada kak Rayhan, karena aku langsung berlari masuk ke dalam rumah. Tak menunggu jawaban salamku dari dalam rumah, aku segera melangkah menuju kamar ibu. Melewati ru
Baca selengkapnya
Bab 39
"Siapa kira-kira ya? Kenapa dia tau aku sedang bersedih? Apa mungkin Amanda? Tapi kenapa tiba-tiba dia ganti nomer? Ah, mungkin saja dia kehabisan kuota lalu pinjam ponsel adiknya, " gumamku lalu mengetik balasan untuk pesan itu. [Iya, Man. Terimakasih, ya. Maaf tadi aku ninggalin kamu, ]balasku dengan disertai emoticon wajah sedih. Pesan yang aku kirim langsung centang dua biru, dan tak lama ada tulisan mengetik pada profilnya. [Man? Maksudnya? ]Aku mengernyit kenapa Amanda membalas seperti itu? Atau jangan-jangan dia bukan Amanda? Tapi siapa? Hanya Amanda yang tau aku sedang bersedih. Aku sudah akan mengetik balasan pesan itu, sampai terdengar suara lirih ibu memanggilku. "Nak? Zahra? Apa itu kamu? " panggil ibu lirih, segera aku beranjak dari duduk ku dan mendekat ke ranjang ibu. "Iya, Bu. Ini Zahra, Bu. Ibu butuh sesuatu? " tanyaku sendu. "Nak, tolong jangan tinggalkan Ibu sendiri ya. Ibu takut, " ucap lirih ibuku dengan mata yang sayu. Aku menaikkan satu alis, ada apa de
Baca selengkapnya
Bab 40
"Sudah, Zahra. Ibu pasti akan baik-baik saja, " ucap mas Dika yang duduk di sebelahku. "Ini semua gara-gara istri kamu itu, Mas, " ujarku lirih tanpa menoleh ke arah mas Dika. "Apa maksud kamu, Zahra! " ucap mas Dika dengan nadatau tinggi membuat beberapa orang yang duduk tak jauh dari kami menoleh menatap ke arah kami. "Ya! Ibu sakit seperti ini karena ulah istri yang kamu cintai itu! " bentakku tak kupedulikan tatapan aneh yang dilayangkan oleh pengunjung rumah sakit lainnya. Ya, kami sedang berada di ruang tunggu rumah sakit. Sementara ibu sedang di tangani di IGD. "Mohon maaf Mas Mbak. Tolong jangan buat keributan di sini ya. Takut menganggu pasien lainnya, " ucap suster yang sudah berdiri di depan kami. "Baiklah, Sus. Kami minta maaf, " ucap mas Dika. Sementara aku memilih diam menenangkan diri. "Kenapa kamu bisa bicara seperti itu, Ra? " tanya mas Dika yang nampaknya sudah lebih tenang. "Coba saja Mas Dika tanya sama istri kamu itu, Mas. Apa yang dia lakukan kepada Ibu,
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status