Semua Bab Naik Ranjang CEO : Bab 21 - Bab 30
45 Bab
Serahkan Istrimu!
"Apa? Kenapa wajahmu begitu?" Arga menaikkan dua alisnya menangkap reaksi Anya. Pipi perempuan dalam pelukannya sudah serupa kepiting rebus karena malu."Sudah lah, lain kali hati-hati!" Arga mengucap pelan setelah melepas tubuh sang istri, lalu bergerak meninggalkan Anya ke tempat tidur, menarik selimut dan memilih tidur. Dia sendiri merasa canggung dengan kejadian tadi. Biasa, tapi cukup membuat hatinya berdebar.Anya berjalan ke kamar mandi untuk meletakkan pakaian kotor Arga, sambil memegangi pipinya yang menjalar rasa hangat di sana. "Ya Allah, hamba berdebar."Sebelum akhirnya ia pun memilih berbaring di ranjang dengan posisi dibelakangi oleh suaminya.Disejajarkan antara kepala dan punggung hingga terasa nyaman. Tubuhnya menjadi rilex. Sesekali Anya menoleh, menatap punggung kokoh pria yang membuat jantungnya mulai berlompatan. Pasti akan menyenangkan jika sosok pria itu adalah lelaki yang tulus menyayanginya. Tak peduli jika pada awalnya Anya tak memiliki perasaan apa pun p
Baca selengkapnya
Mendeteksi Rasa
"Kenapa semua yang kumiliki kamu inginkan? Tak cukupkah kamu menyiksaku bertahun-tahun dengan hilangnya Dara dari hidupku ...." Arga menekan setiap kata-katanya.Ada yang terasa nyeri dalam dada Arya ketika nama Dara disebut. Nama seorang wanita yang membuatnya terluka begitu dalam, hingga menyisakan trauma lebih dari sepuluh tahun. Lalu kini ia melihat Anya yang hidup tersiksa di dekat Arga. Entah, kenapa ia merasa perempuan itu memantik perhatiannya dengan kuat."... apa kamu juga akan membunuh Anya?" sambung Arga dengan tatapan muak."Hentikan ucapanmu anak kecil!" Kini tangan Arya sudah menarik kerah Arga. "Heh!" Anak bungsu keluarga Admaja itu tersenyum sinis."Tau apa kamu soal kematian Dara?!" Tatapan Arya menghunus dalam."Hentikan! Dan jangan ikut campur kehidupanku." Arga menggenggam kuat tangan sang kakak lalu melemparnya. Ia melangkah pergi tak peduli pada perasan Arya yang kembali terjangkiti sakit.Lelaki yang memiliki nama pena Psycho Man itu membeku di tempatnya. Kena
Baca selengkapnya
Menurutlah Padaku, An!
Mira ke luar rumah diam-diam tanpa sepengatahuan Yahya. Sejak mendapat telepon dari Admaja semalam, ia selalu kepikiran. Kepercayaannya lenyap. Lalu memutuskan untuk ke kantor polisi melaporkan kasus yang menimpanya dengan membawa rekaman video.Tak ada lagi alasan untuk tetap diam. Toh, ia sudah sepenuhnya kehilangan Arga dan merelakannya untuk bahagia bersama Anya. Belum lagi pria yang menasehatinya saat akan pulang dari rumah megah yang keluarga Admaja tempati.Sampai kantor polisi, wanita itu tidak berbelit saat berbicara."Saya diperkosa seorang pria," ucap Mira tegas.Dia bukan lagi wanita muda yang malu-malu aibnya diketahui orang lain. Berpikir realistis dan menjalaninya dengan dada membusung adalah pilihan terbaik sekarang.Seorang petugas mengetik sesuatu di atas komputernya. Sesuai pernyataan sang pelapor."Tolong selidiki ini! Saya ingin pelakunya ditangkap dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Siapa pun dia." Meski ada bisikin pelakunya adalah Arga, tetap saja Mira me
Baca selengkapnya
Bunga Cinta
"Max." Arga menyebut pelan nama anak buahnya yang duduk di seberang meja kafe."Ya, Tuan." Pria yang dipanggil Max menjawab sambil menunduk. Sikapnya terlihat kaku di mata Arga."Hemh. Ayolah!" CEO muda itu mengulum senyum. "Aku bukan papa. Tuan Admaja yang dengannya kamu harus bersikap kaku." Arga menyeruput kopi yang mengepulkan asap di atas meja."Em. Em. Ya, Tuan." Max jadi salah tingkah sendiri.Arga menarik satu sudut bibirnya. Percuma ingin bersikap santai pada bawahannya tersebut. Mereka sudah distel seperti robot oleh kehidupan keluarganya."Em. Tuan. Soal Ibu Mirna ... em, beliau ke kantor polisi." Max mengucap ragu. Pasalnya Arga memintanya untuk menghentikan pengintaian. Namun, ia merasa perlu bercerita sebab selama ini wanita itu mencurigai Arga sebagai pelaku pemerkosaan."Hemh. Sudah kubilang tidak usah dilanjutkan." Lagi Arga tersenyum."Ya, Tuan." Max mendadak gemetar. Takut jika sekarang Arga akan murka dan memarahinya. Namun, ketika mencuri pandang, pria di depann
Baca selengkapnya
Dua Tersangka
"Maaf ada yang bisa kami bantu?" tanya Arga begitu mendekat pada tamu-tamunya.Polisi menyodorkan surat yang dibawa pada sang pemilik rumah. Arga meraihnya dengan mata memicing. Memfokuskan pandangan, sekilas ia terhenyak ketika mendapati sebuah nama. Surat tersebut ditujukan untuk Arya, kakaknya."Eum. Arya?" Arga bingung akan menanyakan apa pada pembawa surat."Yah, ada seseorang yang melaporkan bahwa beliau buronan yang menggunakan nama Psyco Man." Salah seorang polisi menjawab."Psyco Man?" Arga makin terkejut. Begitu pun Anya yang ada di belakangnya. "Tap-tapi ... apa ada bukti?"Begitu pun Anya. Matanya melebar. Tak menyangka jika penulis yang ia kagumi selama ini ada di dekatnya. Mereka bahkan tinggal satu atap."Hem. Kami juga dapat surat izin penggeledahan. Kalau begitu boleh kami masuk?" sambung polisi."Oh ... tapi kakak saya sedang tidak berada di rumah." Arga menyampaikan keberatan."Maaf, ini perintah." Polisi kembali bicara. Mau tak mau Arga harus memberi izin pada mere
Baca selengkapnya
Cemburu
"Kami mendapatkan video ini dari Ibu Mira yang melaporkan kasusnya."Anya semakin terkejut. "Ibu?!""An, semua ini tidak seperti yang kamu bayangkan." Arga yang sadar akan keterkejutan Anya memegang lengan sang istri. Namun, Anya refleks menepisnya pelan. "An?" Arga kecewa, bahkan Anya langsung mencurigainya. "Pak! Anda tidak bisa langsung mengatakan itu adalah saya!" protes Arga yang merasa kesal, karena ulah polisi Anya berpikir buruk tentangnya. "Apa Ibu Mira baik-baik saja?" Kecemasan tiba-tiba datang. Entah kenapa Anya memiliki firasat buruk tentang ibunya.Lebih menyesakkan jika ternyata Arga yang menjebak calon istrinya sendiri di kamar hotel. Bagaimana ia akan menata hatinya sekarang? Di saat bunga cinta sedang mekar-mekarnya. Anya benar-benar telah jatuh cinta pada Arga, tapi di saat yang sama kasus ibunya mencuat dan menyeret nama sang suami. "Kami baru mendapat laporan kemarin, jadi baru memprosesnya." Polisi melihat Anya dan Arga secara bergantian. "Jadi Arga tidak a
Baca selengkapnya
Bahaya Mengintai
"Ada apa, Om?" Anya sangat penasaran ketika nama ibunya disebut.Arga menutup telepon. Merespon pertanyaan Anya kemudian. "An ... Ibu kamu pernah terlibat proyek perusahaan di Bukit Tinggi.""Sebentar." Anya tampak berpikir. "Itu salah satu proyek yang viral di medsos karena cuitan Psycho Man dan banyaknya berita dari korban masyarakat sekitar.""Betul, proyek itu juga yang tadi siang kubatalkan atas laporan Max.""Jadi ibu pelakunya ...?""Bukan, bukan seperti itu, An. Ibumu yang dulu menjabat jadi manajer dan mengahndle banyak hal saat aku dan papa tidak ada, lebih tepatnya saat kami sedang mengerjakan yang lain. Ibumu tahu bahwa proyek itu merugikan banyak pihak makanya dicancle. Yang jadi masalah sekarang, kejadian tersebut hampir berbarengan dengan kasus perkosaan yang menimpanya di kamar hotel.""Lalu?" Anya sangat antusias. Kecemasan mulai bergelayut dalam pikiran. Jika dua kasus tersebut ada kaitannya, bukankah ibunya sekarang ada dalam bahaya. Sebab, kasus Bukit Tinggi melib
Baca selengkapnya
Mayat di Apartemen
Anya melongok ke luar mobil, memperhatikan gedung mewah tinggi di depannya. Baru sekarang dia melihat tempat di mana sang ibu tinggal."Ini apa?" tanya Anya pada Arga yang baru mematikan mesin."Ini apartemen keluarga kami. Kosong bertahun-tahun, tapi dimainantance oleh sebuah agency," jawab pria itu datar."Sayang sekali, kenapa tidak disewakan?" Anya bukan lah gadis yang tumbuh di keluarga konglomerat. Ia tahu bagaimana perjuangan hidup dari Mira membesarkannya seorang diri. Hingga dewasa, Anya bertekad akan menggantikan posisi ibunya. Melihat rumah megah tanpa penghuni, selama bertahun-tahun pula membuat jiwa miskinnya meronta. Jika dia di posisi keluarga Arga tentu akan berpikir bagaimana memanfaatkannya agar tak sia-sia."Hem, untuk apa? Uang? Uang kami sudah banyak." Arga memiringkan senyum. Membuat Anya mendecih karenanya. Enteng sekali pria itu bicara. Mungkin karena sekali pun pria tampan yang bersamanya tak pernah hidup susah."Kamu tetap di sini. Aku tidak mau ada apa-apa
Baca selengkapnya
Bukan Kasus Biasa
Anya tidak bisa menyembunyikan lagi kecemasannya. Wanita itu mendesah lelah. Baru saja akan bahagia bersama Arga yang mencintainya, kini datang lagi masalah baru yang tak bisa dikata kecil. "Pak, apartemen itu adalah tempat tinggal ibu saya." Anya menggebu mengatakan pada polisi. Ia sangat takut jika mayat tersebut adalah ibunya, Mira."Ibu Mira yang anda laporkan hilang?" Polisi mengerutkan kening. Rasanya aneh, jika yang dipikirkan polisi itu adalah benar. Ya, ini sebuah kebetulan yang aneh."Iya." Cepat Anya menjawab, seiring langkah Arga yang mendekat padanya. Tak mampu membayangkan hal buruk mengenai Mira, waanita yang memakai jaket menutupi gamis dan khimar lebarnya itu akhirnya menangis."Tolong, segera proses! Ini bukan hal main-main," pinta Arga yang sudah berdiri bersebelahan dengan Anya menghadap polisi."Ya tentu saja." Polisi menjawab mantap. "Baik. Ndan! Jon!" Polisi tampak berseru pada rekannya di dalam.Namun, Arga terkejut saat wanita di sampingnya tiba-tiba hilang
Baca selengkapnya
Lepas Kendali
Seorang polisi menelengkan kepala pada opsir. Memberi perintah agar membawa Arya masuk ke dalam sel sementara kasusnya kembali diproses."Tunggu!" seru Arya. Sang mama sontak melihat pada anaknya. Lelaki itu sepertinya tak mau tinggal di sel."Hem?" Polisi menyipitkan mata. Apa lagi yang Arya maui sekarang? Kembali ceramah? Atau justru bikin onar dengan mengelabui petugas. Ia merasa perlu bersiap menghadapi pelaku yang sudah masuk ke kantor mereka."Aku ingin bertanya. Apa kasus yang sudah ditutup bisa dibuka kembali?" tanya Arya. Ia ingin membersihkan namanya di masa lalu. Setelah penangkapan ini, kasusnya pasti akan mencuat ke publik. Dan mereka akan tahu jati diri Psycho Man sebenarnya.Polisi di depan Arya memandang rekan yang sudah menatapnya dari kursi lain."Jawablah," ucap pria tersebut pada polisi do hadapan Arya."Tergantung. Jik Anda memang ingin membuka kasusnya kembali, lakukan pelaporan. Tapi setelah anda bukan laki tersangka." Polisi itu menaikkan sebelah bibirnya yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status