Semua Bab Akibat Satu Malam dengan Tuan Muda: Bab 31 - Bab 40
115 Bab
Kedatangan Edwin
Setelah kejadian Joan di culik, lalu ditemukan di sebuah gang oleh seseorang, keluarga Xander diliputi suasana buruk nan mencekam. Tiga hari telah berlalu sejak kejadian naas menimpa pria slengean itu. Pasalnya, seluruh keluarga masih belum mengetahui siapa kiranya orang nekat yang berani memukuli putra bungsu keluarga termahsyur layaknya keluarga Xander. Ketika ditanya, Joan pun tak bisa menjawab. Terlebih ketika kakak laki-lakinya membombardir dia dengan pertanyaan serupa. Jacob duduk di sofa itu lama. Masih mengamati wajah sang adik lekat, berharap dapat menemukan jawaban yang beberapa hari belakangan menghantui. Tapi nihil, Joan tidak membuka mulut walau segala pertanyaan telah terlontar. "Coba ingat betul-betul, siapa saja musuhmu. Dengan sikap bandit macam kau ini, masa sudah lupa mengenali siapa musuh sendiri?" katanya lagi dengan tampang kesal. Kesabaran nampaknya telah habis dimakan waktu karena lamanya di suruh menunggu. Joan menggertakkan giginya akibat jengkel. Sudah b
Baca selengkapnya
Kecemasan Mahendra
"Kak, kau aneh sekali," cicit Edwin dengan muka cemberut, "Sudah dari kemarin-kemarinnya kau berubah. Seperti orang yang beda. Aku yakin ini bukan hanya sekedar perasaanku saja."Shena nampak panik, sekaligus memaki dalam hati karena refleksnya tadi, "Tidak ada yang aneh, Edwin. Hanya perasaanmu saja. Kakak kan sudah bilang kalau sedang tidak enak badan, takutnya menulari dirimu." Bersamaan dengan atmosfer di sekitar keduanya yang berubah, Maria datang membawa camilan serta minuman. "Ada apa dengan kalian?" tanyanya bingung, "kenapa malah diam-diaman?"Edwin yang memang orangnya blak-blakan langsung melontarkan pertanyaan, "Maria, apa selama kakakku tinggal bersamamu dia tidak menunjukkan gelagat aneh?""Aneh bagaimana?" Maria mendudukkan dirinya di tengah-tengah kakak beradik itu. "Aku tidak yakin pasti, tapi rasa-rasanya kak Shena seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku, dari kami.""Kau pasti salah sangka." Tanggapan Maria sama persis dengan yang dikatakan Shena, tapi tetap
Baca selengkapnya
Berita Kencan
Setelah resign dari pekerjaannya, Shena disibukkan dengan aktivitas barunya menjadi seorang freelancer seperti yang dia inginkan. Ia baru saja selesai dengan pekerjaannya saat rasa lapar menghampiri. Kehamilannya telah menginjak 20 Minggu dan dalam masa itu ia sering merasa lapar dan juga mengantuk. Selama hamil, jadwal tidurnya jadi berantakan. Untuk alasan itu, dia menunda menandatangani kontrak menjadi editor dengan perusahaan penerbitan dan lebih memilih pekerjaan ringan yang tak mengharuskan dia dikejar-kejar deadline. Shena turun dari kamar, pergi ke dapur. "Bibi masak apa?"Ketika Shena tiba di dapur, ia melihat sang bibi nampak sibuk buat kue. "Saya mau buat cookies buat cemilan, Nyonya Shena. Nyonya mau rasa apa selain cokelat?" Mendengar kata cookies, Shena nampak senang. Ia berjalan mendekat, melihat proses bibi itu membuat cookies kesukaannya selama dia tinggal di apartemen Mahendra. Rasanya sungguh enak sekali. "Rasa matcha atau pisang kalau bibi bisa membuatnya." ka
Baca selengkapnya
Menggoda Shena Lagi
Lembut sekali saat pria itu mencium bibir Shena. Seolah memberitahu Shena bahwa tidak ada yang perlu dia khawatirkan. Saat ciuman itu berubah semakin dalam, Shena memejamkan matanya, sedangkan kedua tangannya kini berpindah mencengkram kemeja Mahendra di bagian dada.Ini bukanlah yang pertama kalinya mereka berciuman. Berkali-kali, sudah tak terhitung banyaknya mereka berciuman dan itu selalu dimulai oleh Mahendra. Selama itu pula dia tak pernah menghentikan pria itu ataupun bersikeras menolak lagi sebagaimana di awal perkenalan mereka. Apabila pada awalnya dia merasa takut dengan tindakan Mahendra yang agresif padanya, maka semakin lamanya dia mengenal pria ini, ciuman serta kelembutan dari Mahendra adalah apa yang seringkali dia tunggu-tunggu. Setelah Mahendra merasa Shena butuh bernapas, barulah dia menyudahi ciuman itu tapi tidak menarik mundur kepalanya menjauh. "Dengarkan penjelasanku dulu. Apa yang dikatakan di berita itu tidak benar. Namanya Jessica, kami punya kesepakatan
Baca selengkapnya
Bertemu Jessica Holmand
"T-tunggu...."Ucapan Shena langsung dibungkam Mahendra menggunakan mulut. Ciuman itu begitu lembut, seperti biasa, terasa panas, basah, berhasil menyulut gairah keduanya. Walau makannya digantung di tengah jalan, Mahendra tetap tak kapok mencium Shena yang telah berhasil menyalakan gairah kedewasaannya, dan setelahnya dia akan kesusahan sendiri demi memadamkan panasnya api yang mengamuk dalam diri sendiri. Begitu pula dengan Shena, ia pikir akan terbiasa dengan ciuman itu, dan tidak akan ada yang terjadi setelahnya. Kenyataannya, dia tidak jauh berbeda dengan Mahendra. Keinginan liar dalam dirinya yang ia tak pernah sadari, kini muncul setiap kali dia di sentuh oleh lelaki panas di belakangnya tersebut. Seolah-olah Mahendra sengaja merayunya dengan sabar, dan dia dibiarkan kewalahan oleh keinginan hewani yang meraung-raung ingin dipuaskan. Akan tetapi, integritas yang dimiliki senantiasa jadi pengekang agar dia ingat bahwa melakukan sex harus bersama dengan orang yang dicintai. "H
Baca selengkapnya
Kedatangan Kakek Mahendra
"Aku jadi lapar sekarang hanya karena menonton kalian berdua." kata Jessica berkomentar sinis seraya memutar kedua matanya malas. Akhirnya dia percaya, kalau orang seperti Mahendra yang katanya sedingin kulkas pun dapat berubah jinak dan romantis bila didekat sang kekasih. Ia bahkan mulai merasa muak dengan senyum yang terus bersinar di wajah pria itu.Mahendra mengangkat tangannya, memanggil pelayan lalu memesan hidangan selagi mereka kembali melanjutkan mengobrol.Shena hampir tersedak ketika mengetahui hubungan dua orang ini. "Kau bilang ... kalian, hanya sandiwara?""Aku yang meminta bantuannya lebih dulu, Shena. Awalnya, kekasihmu menolak dengan tegas usulanku itu, tapi aku memaksa," kata Jessica menjelaskan. Sebelum pertemuan ini diadakan, Mahendra telah menyatakan dengan jelas maksud kedatangannya untuk bertemu Shena. Tak lain dan tak bukan adalah untuk menjelaskan hubungan sebenarnya antara dia dan Mahendra.Dia tidak keberatan, lagi pula dia pun paham betul akan konsekuensi
Baca selengkapnya
Sebuah Lamaran
Selepas menyelesaikan pekerjaannya, Mahendra memutuskan pulang langsung ke apartemen demi menemui Shena. Ketika dia membuka pintu apartemennya, dia melihat sang wanita sedang berada di balkon.Mahendra mengamati cuaca di luar, memang mendung, jadi sepertinya tidak masalah kalau wanita itu bersantai di luar. Ia pun berjalan menghampiri, menggeser pintu kaca.Karena aksinya itu membuat Shena yang menyibukkan diri dengan laptop di atas meja seketika menoleh. Raut wajahnya nampak terkejut mendapati Mahendra berada di rumah di jam kerja."Kenapa Anda sudah pulang?" tanyanya kebingungan."Aku dengar kakekku datang kemari tadi pagi. Kau tidak apa-apa?" tanya Mahendra balik seraya duduk di depan Shena."Ya, memang benar kalau tadi ayah Anda datang kemari. Tapi hanya itu saja. Tidak ada yang terjadi." beritahunya. Ia pun menghentikan pekerjaannya demi bisa fokus bicara pada Mahendra."Jadi, karena alasan itu Anda pulang lebih awal?" lanjutnya. "Aku hanya khawatir kau merasa tak nyaman. Kau yak
Baca selengkapnya
Kemarahan Rossa
Rossa menarik lengan Mahendra menuju ke ruangan samping, meninggalkan Shena sendirian di ruang keluarga. "Sayang, yang kau bawa itu siapa?" tanya wanita anggun itu penasaran."Calon mantu keluarga ini," balasnya singkat."Aduh, kok bukannya Jessica yang kamu bawa kemari? Perempuan itu siapa ... ah, maksud bibi, kenapa malah dia?""Sedari awal memang seharusnya dia yang aku perkenalkan pada publik." sahut Mahendra lagi sabar."Terus yang di berita itu?""Tidak benar. Untuk masalah ini, bisakah bibi dengarkan penjelasanku dulu?" kata Mahendra dengan tatapan serius. "Apa penting?"Mahendra mengangguk."Yah, baiklah. Mau bicara di mana?" "Bibi tunggu saja di kamar tamu. Aku mau bicara sebentar pada Shena."Rossa pun setuju. Wanita itu kemudian berjalan menuju ke kamar tamu yang ada di lantai satu. Ketika dia melewati Shena, dia hanya melirik penasaran tapi tidak menyapa. Melihat tingkah kekanakan sang bibi, Mahendra cuma bisa menghela napas pasrah."Tolong, jangan marah dan salah paha
Baca selengkapnya
Rahasia Tiga Orang
Ditinggal seorang diri di ruang keluarga, tidak membuat Shena merasakan kesepian. Justru karena perlakuan para pelayan di rumah itu yang sangat perhatian dan baik padanya, ia tidak kekurangan apa pun. Di hadapannya, di atas meja terdapat banyak camilan ringan serta jus buah yang pelayan buatkan untuknya. Katanya, Mahendra lah yang menyuruh mereka agar memerhatikan dia. Mendengar betapa baiknya Mahendra padanya, masih ingat untuk memerhatikan dia sebelum pria itu pergi, semakin menghangat hatinya kini. Suara TV yang dinyalakan menjadi satu-satunya sumber suara di ruangan itu selagi Shena sibuk mengunyah setiap camilan ringan di atas meja maupun buah-buahan yang telah dikupas. Mulutnya tidak berhenti mengunyah dan pemandangan inilah yang ditemui oleh Mahendra tatkala pria itu selesai bicara dengan Rossa. Pria itu duduk di samping Shena, melirik beberapa piring di atas meja yang telah kosong isinya, lalu melirik pada wanita di sampingnya yang masih fokus menonton TV dan makan. "Kau m
Baca selengkapnya
Mendapat Restu
Para pelayan telah selesai menyiapkan makan malam. Bersamaan dengan hidangan terakhir diletakkan di atas meja, Kakek Olsen bersama dengan asistennya masuk ke dalam rumah.Rossa bangun dari duduk, wajahnya masih berseri-seri kala dia menyambut pulang kakek Olsen.“Pa, cepat duduk. Makan malam sudah siap.” Kakek Olsen mengangguk, “Di mana Mahendra?”“Ada di dalam juga bersama Shena. Jangan tunjukkan ekspresi menakutkan begini, nanti Shena takut melihat papa.” Ujar Rossa mengingatkan Kakek Olsen agar mengubah raut wajahnya jadi agak ramah.Bagaimanapun yang menunggu mereka di dalam sana itu bukanlah orang asing, melainkan calon mantu rumah ini.Mendengar nasehat Rossa, kakek Olsen menampilkan senyuman. “Begini?”“Ya, jangan begitu juga dong. Tulus sedikit, memang tidak bisa.” Komentar Rossa lagi. Bahkan untuk masalah sepele pun akan dia ributkan di rumah ini. Baik Mahendra maupun kakek Olsen sudah terbiasa, malah kalau tiba-tiba Rossa itu bersikap lebih pendiam, mereka justru khawatir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status