All Chapters of Membongkar Pengkhianatan Suamiku: Chapter 21 - Chapter 30
68 Chapters
21. Semakin Panas
Bab 21Rini telah selesai memasak nasi goreng dan telah menghidangkannya di atas meja makan. Sementara Mas Farid membantunya mengambil piring dan juga gelas. Keduanya sudah seperti pembantu saja. Sekarang mereka berdua adalah pelayan sekaligus pembantu di rumah ini.Jam menunjukkan pukul 06.30. Kami sudah berada di ruang makan untuk menikmati sarapan buatan Rini.Saat Mas Farid menyendok nasi goreng ke piringnya, Mama tiba-tiba bertanya. "Farid, kenapa semalam kamu berada di kamar Rini? Apa yang kalian lakukan?" Mama menatap tajam Mas Farid, kemudian beralih menatap Rini.Keduanya tampak salah tingkah, aku yakin, pasti mereka berdua sedang mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mama."Enggak kok', Ma! Farid semalam bersama Adelia di kamar," jawab Mas Farid sekenanya."Kamu enggak bohong? Semalam Mama juga dengar kalian bisik-bisik. Pas Mama masuk ke kamar Rini, kalian berdua ada di dalam. Dalam keadaan tidak berpakaian," ungkap Mama.Seketika, wajah Mas Farid memerah sepe
Read more
22. Kedatangan Tetangga
Bab 22 "Jika tidak suka kenapa enggak angkat kaki dari rumah ini? Pintu keluar terbuka lebar," tegas Mama. Tok tok tok! "Assalamu'alaikum." Tiba- tiba terdengar bunyi ketukan pintu diiringi salam. Mama langsung beranjak, meninggalkan ruang makan untuk membukakan pintu. Tinggallah kami bertiga di ruang makan. Hanya ada keheningan karena tidak ada yang bicara diantara kami. "Wa'alaikumsalam, silakan masuk ibu-ibu." Terdengar Mama membukakan pintu dan mempersilahkan tamu yang datang untuk masuk. Aku juga tidak tahu siapa yang bertamu pagi-pagi begini. "Adel, ini ada Bu RT dan Bu Tari mau menjengukmu, Nak," teriak Mama dari ruang tamu. "Iya, Ma." Aku pun berdiri dan mulai melangkah pelan-pelan. Mas Farid berhenti makan sejenak, menawarkan diri untuk membantuku. "Mas bantu ya," ucapnya. Tapi aku menolaknya. Aku sudah mulai pulih, tidak boleh bergantung pada siapapun. "Mas bantu ya," tawarnya lagi. "Enggak usah. Aku tidak boleh bergantung pada orang lain. Aku harus berusaha s
Read more
23. Mengerjai Rini
Bab 23 "Ibu pamit ya, Del, dah …." Bu Tari melambaikan tangannya. Aku hanya tersenyum melihat tingkah dari tetanggaku itu. Segitu bencinya pada Rini, sampai-sampai tidak rela jika buah-buahan yang mereka bawa dimakan oleh Rini.  "Mbak, kok' belum jawab pertanyaan Rini Sih?"  "Enak aja, kalau pingin, beli dong! Bu Tari sama Bu RT saja enggak rela jika kamu memakan buah-buahan itu karena mereka memberikannya untukku, bukan untukmu," jawabku tanpa mempedulikan perasaannya. Memang dia peduli pada perasaanku saat ia merebut suamiku? "Rini, jangan kamu minta parcel buah milik Adel. Bu RT dan Bu Tari memberikannya untuk Adel, bukan untukmu. Sekarang cepat laksanakan perintahku!" Mama menyuruh agar Rini segera pergi. 
Read more
24. Bertemu Sahabat Lama
Bab 24 Tiba-tiba aku jadi sedih, teringat pada janinku yang telah tiada. Kuraba perutku dengan tangan kiri, kemudian mengelusnya pelan. Setidaknya rahimku juga pernah dihuni oleh calon buah hatiku, meskipun kini telah tiada. "Del, kenapa wajahmu mendadak jadi sedih begitu? Kamu kenapa, Del?" Dian terlihat cemas melihat wajahku yang mendadak jadi sedih. "Adel habis keguguran. Mungkin dia sedih karena mengingatnya," jawab Mama.  "Jangan sedih lagi ya, Nak! Ikhlaskanlah saja." Mama mengelus pundakku untuk menenangkanku. "Maafin aku ya, Del. Bukan maksudku untuk menyinggungmu. Aku juga tidak tahu kalau kamu habis keguguran." Terlihat rasa bersalah di wajah cantik Dian. 
Read more
25. Mendatangi Rumah Mertua
Bab 25"Ma, sebelum kita mendaftarkan gugatan cerai ke pengadilan agama, Adel masih mau melakukan satu hal lagi, Ma," ucapku kepada Mama setelah kami memasuki area parkiran."Apa lagi yang ingin kamu lakukan, Nak? Semua bukti sudah ada di tangan kita." Mama sepertinya pemasaran dengan apa yang akan kulakukan."Adel ingin meminta pertanggungjawaban ibu mertua, Ma! Ibu mertua harus ikut bertanggungjawab, karena kedatangan Rini ke rumah atas persetujuan darinya." Mama mengangguk, "Kamu yakin akan menemui mertuamu? Kondisi kesehatanmu kan belum pulih benar." Mama terlihat ragu padaku."Insyaallah, Adel sudah sehat, Ma!" jawabku dengan yakin. "Terus sekarang, apa yang ingin kamu lakukan?""Mama tolong antar Adel ke kampungnya Mas Farid, yah. Adel akan kasih tahu bagaimana kelakuan Mas Farid. Akan Adel tunjukkan semua bukti itu. Bukti dari kejahatan anaknya sendiri. Selama ini Adel sangat hormat sama Ibu mertua, Ma. Adel tidak terima diperlakukan seperti ini." Bulir bening akhirnya mengal
Read more
26. Mengadu
Bab 26"Tapi Adel punya buktinya, Bu!"Ibu mertua sepertinya sulit untuk percaya."Ini semua salahmu, Bu. Bukankah Ibu sendiri yang telah menyuruh wanita yang mengaku sebagai sepupunya Farid itu untuk tinggal di rumah Farid dan Adel? Farid bilang bahwa Ibu yang menyarankan wanita itu tinggal di rumah mereka karena suaminya sudah meninggal akibat kecelakaan. Ibu tahu apa yang dilakukan Farid dan wanita itu? Mereka berzina!" Kali ini, Mama angkat bicara, mengatakan yang sebenarnya.Ibu terdiam sejenak, ia memandangi aku dan Mama secara bergantian."Sebenarnya apa yang kalian maksud? Wanita yang mana? Jujur, Ibu tidak mengerti. Adelia, tolong jelaskan, ini ada apa sebenarnya?" Ibu terlihat bingung. Mungkinkah jika Ibu memang tidak mengetahui tentang wanita itu?"Mas Farid bilang bahwa Ibu yang menyarankan agar wanita yang bernama Rini itu tinggal di rumah kami," jelasku."Wanita yang bernama Rini? Siapa? Farid bahkan tidak pernah mengatakan apa-apa kepada Ibu." Nampaknya Ibu memang benar
Read more
27. Melabrak Ibunya Rini
Bab 27 Tanpa perlu menunggu persetujuanku, Ibu langsung menarik tanganku agar ikut bersamanya. Sedangkan Mama hanya menurut saja. Mama mengekor di belakang kami. Sesampainya di sebuah rumah tua, Ibu menggedor-gedor pintu rumah tersebut. "Markonah … keluar kamu Markonah!" Ibu berteriak sambil memanggil sebuah nama, Markonah. "Bu, Markonah siapa?" tanyaku ingin tahu. Ya, aku penasaran kenapa ibu mertua membawa kami ke rumahnya si Markonah. "Ibunya Rini," jawab ibu singkat. Begitu pintu terbuka, keluarlah seorang wanita yang kutaksir berusia sekitar lima puluhan dari dalam rumah tersebut. Pakaiannya seksi sekali, rambutnya dipirang dan bibirnya merah sekali. 
Read more
28. Support dari Ibu Mertua
Bab 28"Adelia, maafin Ibu, ya! Ibu telah gagal mendidik Farid," ucapnya sambil meraih kedua tanganku setelah kami sampai di rumah Ibu."Ini semua bukan salah Ibu. Ibu tidak perlu minta maaf." Ya, bukan Ibu yang salah, tapi Mas Farid lah yang salah."Jika kamu akan minta pisah dari Farid, Ibu tidak bisa mencegahnya. Ibu mengerti perasaanmu, Nak, pasti kamu tidak akan mau diduakan. Jika Ibu berada di posisimu, pasti ibu juga akan melakukan hal yang sama. Biarpun Farid anak kandung Ibu, tapi Ibu tidak akan membelanya karena dia telah melakukan kesalahan yang fatal. Ibu benar-benar kecewa pada Farid." Ternyata, ibu mertua berpihak padaku dan mendukung keputusanku. "Maafin Adel ya, Bu. Jika selama menjadi menantu, belum bisa menjadi menantu yang baik dan belum bisa membahagiakan Ibu." Aku mengecup punggung tangan dari wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan mertuaku."Kamu sudah menjadi istri dan menantu yang baik, Nak. Hanya saja Farid yang tidak pernah bersyukur telah memilikimu
Read more
29. Ada Kendala
Bab 29Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Kali ini, Mas Rudi yang mengemudikan mobil karena Mama merasa capek dan tangannya terasa pegal akibat kelamaan menyetir mobil, tadi. Ibu duduk di jok depan, sedangkan aku dan mama duduk di jok belakang.Sepanjang perjalanan, kami tidak banyak bicara. Mas Rudi fokus menyetir, Ibu fokus melihat kendaraan yang berlalu lalang dari kaca jendela mobil, Mama ketiduran, sedangkan aku sibuk memainkan ponsel dan berselancar di dunia maya.Tiba-tiba ponselku berbunyi, ada panggilan dari Mas Farid. Aku mengabaikannya dan tidak mau menjawab teleponnya.Lima menit kemudian, ponselku berbunyi lagi. Ada chat dari Mas Farid, ia menanyakan keberadaanku. Pesannya juga tidak kubalas karena aku malas berbalas pesan dengannya. Kemarin-kemarin pas aku butuh, Mas Farid juga mengabaikanku, sampai-sampai aku kehilangan janinku. Jika saja waktu itu Mas Farid datang tepat waktu, mungkin janinku masih bisa diselamatkan.Ponselku masih tetap berdering, aku tetap tidak m
Read more
30. Tertangkap Basah
Bab 30Hujan turun semakin deras. Pukul 21.30 akhirnya kami tiba di rumah. Rencana semula, mobil akan diparkir di depan rumah Bu RT agar Mas Farid dan Rini tidak mengetahui kedatangan kami. Karena kondisinya masih hujan, mobil langsung menuju garasi agar kami tidak kehujanan. Pelan-pelan, kubuka pintu belakang menggunakan anak kunci yang selalu kubawa kemana-mana. Kami masuk pelan-pelan agar kedatangan kami tidak diketahui oleh dua sejoli itu.Kami melewati dapur yang sangat berantakan, ruang makan dipenuhi dengan piring dan gelas kotor. Seperti biasa, setiap rumah ini kutinggalkan sebentar saja, pasti akan berantakan, sudah seperti kapal pecah saja. Entah apa saja yang mereka lakukan. Betah sekali dengan suasana rumah yang kotor dan berantakan, heran deh!Kami menuju ruang tengah, tapi kosong, kami tidak menemukan keberadaan mereka. Mama mendekati pintu kamar Rini, memutar knop pintu dengan pelan, tapi Rini tidak ada juga di dalamnya. Terakhir yang belum kami periksa adalah kamarku,
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status