Semua Bab Membongkar Pengkhianatan Suamiku: Bab 51 - Bab 60
68 Bab
51. Nekat
Bab 51"Mbak Adel, Mbak …." Aku yang baru saja merebahkan tubuh di atas ranjang, tiba-tiba mendengar seseorang memanggil namaku dari luar. Aku hapal betul suara itu. Itu suara Rini. Ada apa ia datang kemari? Darimana ia mengetahui alamat rumahku? Apa sebenarnya yang ia inginkan?Aku memakai kembali jilbab yang tadi sempat kulepas, kemudian bergegas menemui wanita yang berteriak-teriak memanggil namaku tersebut."Rini, kenapa kama teriak-teriak di rumahku?" tanyaku kepada wanita yang tidak mempunyai sopan santun tersebut.Rini langsung menyerobot masuk tanpa menjawab pertanyaanku terlebih dahulu.Setelah kami berdua sudah sama-sama berada di dalam, Rini langsung mengunci pintu, mengeluarkan sebilah pisau dan langsung menodongkannya kepadaku."Astaghfirullah, Rini, kamu mau apa?" Aku takut dan panik, apalagi saat ini, mama juga sedang tidak berada di rumah. "Bahkan ketika tak sadar pun, Mas Farid selalu memanggil-manggil namamu. Aku akan membunuhmu agar tidak ada lagi yang mengganggu
Baca selengkapnya
52. Fitnah
Bab 52"Yang mana keluarga pasien?" Tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD, tempat Rini berada saat ini."Kami hanya mengantarnya tadi, Dok. Bukan kami keluarganya. Suaminya juga sedang kritis, dirawat di rumah sakit ini juga," jawab Mama."Oh, suaminya yang korban kecelakaan itu ya?" tanyanya lagi.Orang-orang memang mengira bahwa Mas Farid mengalami kecelakaan, dan aku pun tidak berniat untuk menceritakan yang sebenarnya kepada dokter tersebut."Iya, benar, Dok, itu suaminya. Keluarga Rini berada di kampung. Apa ada sesuatu yang terjadi padanya?" Mama memberanikan diri untuk bertanya."Kondisi pasien tidak apa-apa. Tetapi sepertinya terjadi sesuatu dengan bayinya. Detak jantung bayi yang ada di dalam kandungan pasien sudah tidak ada. Kami juga telah melakukan pemeriksaan USG. Bayinya tidak bergerak sama sekali. Kemungkinan bayinya sudah meninggal di dalam kandungan. Makanya, kami sangat membutuhkan kehadiran keluarga pasien untuk menandatangani surat perjanjian. S
Baca selengkapnya
53. Bertindak
Bab 53Mas Rudi dan juga ibu mertua tercengang menyaksikan rekaman Cctv tersebut. Ibu menutup mulutnya dan menggeleng pelan melihat aksi Rini saat menodongkan pisau tersebut padaku.Aku yakin, pasti ibu dan Mas Rudi merasa menyesal telah berprasangka buruk padaku, setelah menyaksikan rekaman Cctv itu.Dari dulu memang sudah ada Cctv di rumah. Setelah Papa meninggal, aku menyuruh Mama untuk memasang Cctv di rumah, sekadar untuk berjaga-jaga karena Mama hanya tinggal berdua dengan Bi Darsih. Cctv itu sangat berguna, apalagi saat sekarang. Saat Rini mencoba memfitnahku. Jika saja aku tidak memiliki bukti, pasti Ibu dan Mas Rudi akan termakan oleh hasutan Rini. "Rini, kamu licik! Bisa-bisanya kamu memutarbalikkan fakta. Kamu lah yang berniat untuk mencelakai Adel, tapi kamu malah memutar balikkan fakta, seolah kamulah yang jadi korban." Ibu membentak Rini, beliau marah karena merasa telah dibohongi."Iya, kamu benar-benar licik! Hampir saja aku dan Ibu tertipu. Kamu memang pantas mendek
Baca selengkapnya
54. Maaf, Tak Bisa!
Bab 54"Ma, apakah Adel jahat?" tanyaku pada Mama saat berada di dalam mobil. Kami sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi untuk melaporkan kejahatan Rini."Jahat gimana?" Mama Balik bertanya, sepertinya Mama bingung dengan pertanyaanku."Soal sikap Adel terhadap ibu mertua dan juga Mas Rudi, Ma.""Kamu kecewa sama mereka? Wajar, sih, tapi menurut Mama nggak usah berlarut-larut ya. Maafkan ibu mertua dan juga kakak iparmu itu, mereka hanya khilaf karena percaya pada omongan Rini. Selama ini, mereka selalu mendukungmu dan tidak sedikitpun menyalahkanmu."Benar juga kata Mama. Ibu dan Mas Rudi selalu mendukungku. Tidak pernah menyalahkanku atas semua yang telah terjadi. Dari beberapa kasus yang pernah terjadi, kebanyakan ibu mertua menyalahkan menantunya biarpun sudah jelas-jelas bahwa anaknya lah yang salah. Tetapi ibu mertuaku berbeda, ia tetap menyalahkan perbuatan Mas Farid dan mendukungku untuk berpisah dari anaknya."Nggak usah terlalu dipikirin, saat ini kamu fokus saja untu
Baca selengkapnya
55. Sidang Perdana
Bab 55Tolonglah, Del. Hanya kamu harapan kami. Mas sudah mengetahui semuanya, alasan Farid sampai nekat bunuh diri. Itu semua untuk membuktikan bahwa Farid benar-benar mencintaimu dan ia sangat menyesal, Del. Tolong, mengertilah!" Mas Rudi tampak putus asa saat kukatakan tidak bersedia menurutinya.Bagiku, apapun alasannya, bunuh diri itu tetap tidak bisa dimaklumi. Hanya orang-orang yang jauh dari agama Allah lah yang nekat menyakiti dirinya sendiri. Seharusnya, jika Mas Farid benar-benar menyesal dan ingin bertaubat, ia minta ampun dan memohon kepada Allah. Bukannya malah mencelakai dirinya sendiri."Adel, ini bukan hanya permintaan Mas, tapi permintaan ibu juga. Jika boleh meminta, untuk kali ini saja. Tolong datang ke rumah sakit, itu saja!" Sepertinya Mas Rudi sudah lelah untuk membujukku."Oke, insyaallah besok setelah pulang dari pengadilan agama, Adel akan datang," ucapku. Karena ini permintaan ibu juga, maka aku akan menurutinya.Aku berubah pikiran, tidak ada salahnya menj
Baca selengkapnya
56. Masih Keras Kepala
Bab 56 Akhirnya, aku bisa bernafas lega setelah keluar dari ruangan sidang tersebut. Syukurlah, sidang perdana berjalan dengan lancar. Senyum Mama mengembang saat melihatku keluar dari dalam ruangan sidang. Ternyata Mama masih setia menunggu. Beruntungnya diriku memiliki orang tua seperti Mama yang selalu ada buatku. Mama bukan hanya sebagai orang tua bagiku, tetapi Mama adalah malaikat tak bersayap yang dikirimkan tuhan untukku. Aku sangat menyayangimu, Mama. "Mama cepek ya, nungguin Adel?" tanyaku saat menghampiri Mama, sepertinya Mama mengantuk, mungkin Mama merasa jenuh menungguku. "Nggak kok', hanya saja Mama mengantuk," jawab Mama sambil melirik jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. "Oh ya, Mama mau ke butik. Kamu mau ikut atau gimana?" Mama memang memiliki usaha butik, sama seperti aku. Aku belajar tentang cara mengelola butik dari Mama. Bedanya, aku mengelola dan menjaga butik sendiri, sedangkan Mama, menyuruh orang untuk menjaga butiknya, Mama hanya
Baca selengkapnya
57. POV Rini
Bab 57Bunyi sirine mobil polisi samar-samar terdengar. Apa mereka mau menangkap aku? Apa Mbak Adel yang menelpon polisi tersebut?Tidak! Aku tudak mau dipenjara. Aku tidak mau pisah dari Mas Farid.Benar dugaanku, beberapa saat kemudian, dua orang lelaki yang memakai seragam polisi menghampiri kami."Tidak, aku tidak mau masuk penjara. Bu, Mas Rudi, tolong! Jangan biarkan polisi itu membawaku." Aku memohon kepada Mas Rudi dan juga ibunya agar menghalangi polisi yang berjumlah dua orang itu. Aku tidak mau dibawa ke kantor polisi.Mbak Adel memang benar-benar kejam. Aku tidak mengira jika ia sungguh-sungguh dengan ancamannya."Saudari Rini, silakan ikut kami ke kantor," ucap pak polisi tersebut kepadaku."Tidak. Aku tidak mau." Aku berontak, tapi tenaga mereka lebih kuat. Dengan hitungan detik, tanganku sudah diborgol, dan kini aku sudah seperti tahanan saja.Ini semua gara-gara Mbak Adel. Jika saja aku berhasil membunuhnya, maka aku tidak akan sesedih ini. "Aku sudah membuktikan ucap
Baca selengkapnya
58. POV Rini 2
Bab 58Tiba-tiba, seorang lelaki bertubuh kekar dan berpenampilan seperti preman, membuyarkan lamunanku."Adek mau kemana? Abang perhatikan, Adek seperti sedang kebingungan. Baru datang dari kampung, ya?" tanyanya lagi sambil memandangku dari atas hingga ke bawah. Membuatku menjadi risih dan sedikit takut."Iya, Bang," jawabku singkat."Kalau boleh, mari Abang antar. Abang akan mengantarmu sampai ke tempat tujuan. Kamu akan aman bersama Abang. Hati-hati, Dek, di sini banyak orang jahat. Apalagi mereka melihat gadis cantik yang baru datang dari kampung, pasti mereka akan mengincarmu. Abang sarankan, jangan berlama-lama berada di terminal ini, tempat ini tidak aman," ucapnya sambil menunjukkan expresi wajah yang ketakutan.Mendengarnya berbicara seperti itu, aku semakin takut dan segera meminta tolong kepada Abang tersebut agar mengantarku ke alamat yang telah kutulis di sebuah kertas kecil."Tunggu di sini, jangan kemana-mana, Abang mau ngambil motor dulu di tempat parkiran."Aku hanya
Baca selengkapnya
59. Terjebak
Bab 59Tiba-tiba saja, pandanganku terlihat gelap. Setelahnya, aku tidak ingat apa-apa lagi.*Saat membuka mata, aku terkejut karena aku sudah berada di dalam sebuah kamar.Di mana aku? Kenapa aku bisa berada di sini? Kepalaku masih terasa pusing, tapi aku memaksakan diri untuk bangun sambil mencoba untuk mengingat kejadian sebelumnya.Ya, aku ingat, terakhir kali aku berada di sebuah bangunan tua bersama dengan seorang lelaki yang menawarkan bantuan kepadaku.Astaga, setelah lelaki itu menampar pipiku, aku langsung pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.Apa yang telah dilakukannya padaku? Apa ia telah merenggut kesucianku?Tidak, tidak … aku menangis tersedu setelah merasakan rasa sakit di area kewanitaanku. Aku menggeleng pelan, berarti lelaki tersebut sudah merenggut kesucian yang harusnya kupersembahkan untuk suamiku. Aku terus menangis, meratapi nasibku. Tiba-tiba, pintu dibuka dengan kasar, "ternyata kamu sudah bangun." Seorang wanita yang kutaksir berusia sekitar lima puluha
Baca selengkapnya
60. Pasrah
Bab 60Saat membuka mata, aku shock bukan main saat mendapati lelaki yang sudah berumur, tidur satu selimut denganku. Tubuhku hanya ditutupi oleh selimuti, begitu juga lelaki itu, ia juga sama sepertiku.Air mata tidak bisa lagi kutahan, mengalir dengan deras begitu saja. Aku sudah kotor, najis dan hina. Tubuhku sudah tidak suci lagi. Aku menangis sejadi-jadinya, meratapi nasibku."Kamu kenapa nangis?" Lelaki tersebut mendekat dan mencoba untuk mengelap air mataku. "Jangan sentuh aku," bentakku, membuat ia terkejut dan langsung bangkit dari tempat tidur."Nggak usah munafik. Kamu 'kan melakukannya bukan untuk yang pertama kalinya, kenapa malah menangis seperti itu? Kayak baru kehilangan keperawanan aja," ejeknya sambil memunguti bajunya yang berserakan di lantai."By the way, om suka pelayananmu. Lain kali, om akan boo-king kamu lagi," ucapnya. Setelah itu, lelaki itu pun pergi.Tubuhku masih dibalut oleh selimut. Perlahan, aku bangkit dari atas ranjang, memunguti pakaianku yang jug
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status