Lahat ng Kabanata ng Membongkar Pengkhianatan Suamiku: Kabanata 31 - Kabanata 40
68 Kabanata
31. Berkilah
Bab 31Kini kami semua sudah berada di ruang tamu. Aku, Mama dan Ibu duduk di sofa panjang. Rini duduk di sofa samping kiri, Mas Farid di sofa sebelah kanan, sedangkan Mas Rudi memilih untuk berdiri. "Farid, sejak kapan?" tanya Mas Rudi. Ia menatap Mas Farid dengan tatapan tajam, seperti serigala yang siap menerkam mangsanya. Mas Farid terdiam dan tertunduk lesu, tidak berani menatap wajah Mas Rudi. Aku tahu, ia pasti malu atas kelakuannya itu. Ia sudah tidak bisa mengelak lagi karena sudah tertangkap basah.  "Apa satu istri belum cukup? Jawab!" Amarah Mas Rudi kian meledak. Sementara Mas Farid masih diam seribu bahasa. "Dan kamu Rini." Jari telunjuk Mas Rudi mengarah kepada Rini. "Kamu sudah tahu kalau
Magbasa pa
32. Membela Diri
Bab 32 Karena merasa tidak sanggup lagi menghadapi kemarahan kami, Rini beranjak dari tempat duduknya, mendekati Mas Farid yang masih diam membisu. "Mas, semua orang menyalahkanku. Aku takut, Mas!" Rini mengguncang bahu Mas Farid, mengharap pembelaan darinya. "Kalian sama saja. Sama-sama pengkhianat dan juga penjahat!" Ibu menatap keduanya dengan tatapan benci. "Aku mau kita pisah, Mas. Aku tidak mau hidup dengan seorang pengkhianat dan juga pembunuh." Kuucapkan kata-kata itu dengan yakin. Kata-kata yang sudah sejak lama ingin kuucapkan. "Cukup. Hentikan semua ini," ucap Mas Farid sambil berdiri dari tempat duduknya. "Aku sudah capek dengan semua ini. Ini semua bukan keinginanku. Rini yang telah menjebakku dan memaksaku untuk melakukan semua ini. Aku terpaksa menikahinya dan menuruti keinginannya. Jika tidak, Rini akan membongkar semuanya. Mas tidak mau itu terjadi, karena Mas tidak bisa hidup tanpamu, Dek," ucapnya. Mas Farid terisak, menjambak rambutnya sendiri seperti orang ya
Magbasa pa
Bagian 33
Bab 33Ibu benar, jika saja Mas Farid jujur, mungkin aku akan memaafkannya, biarpun itu tidak mudah bagiku. Apalagi jika aku mengetahui bahwa Mas Farid di jebak, pasti aku akan memaafkannya. Sekarang, semuanya sudah terlambat. Sulit bagiku untuk memaafkannya. Apalagi setelah melihat langsung dengan mata kepalaku sendiri saat mereka memadu kasih di rumah ini. Mereka sengaja mencampurkan obat tidur ke jus buah itu agar aku tertidur pulas. Dengan begitu, mereka akan melakukannya sepuasnya tanpa ada yang mengganggu. Benar-benar sudah keterlaluan. Tiada maaf bagimu, Mas!"Tapi kenyataannya, sekarang kami sudah menjadi suami istri, Mbak, Bu, Mas. Pernikahan kami sah secara agama, meskipun hanya pernikahan siri." Rini tidak tinggal diam, ia cukup berani menyangkal perkataan Mas Rudi dan juga ibu."Aku tidak meminta penjelasan darimu dan aku tidak memintamu untuk bicara. Diam, atau …!" Mas Rudi mengepalkan tangannya. Terlihat sekali api amarah di wajahnya."Cukup, kurasa semua ini sudah cuku
Magbasa pa
34. Memilih Pergi
Bab 34"Nggak bisa gitu dong, Bu. Farid dan Rini sudah melakukan tindakan kriminal, harusnya ibu jangan membela mereka. Mereka harus di hukum sesuai dengan tindak kejahatan yang telah mereka lakukan," sahut mama. Mama terlihat kesal pada ibu mertua, yang seolah membela Mas Farid."Iya, Bu, seharusnya mereka mendekam di penjara. Kenapa ibu malah mencegahnya?" Mas Rudi juga terlihat kecewa dengan keputusan ibu.Suara adzan subuh berkumandang, tak terasa, ternyata hari sudah pagi.Pembicaraan kami terjeda, karena sudah waktunya sholat subuh.***Kepalaku agak sedikit pusing, karena semalam tidak tidur sama sekali. Aku dan mama berada di kamarku, mama sedang menunaikan sholat subuh, sementara aku berbaring di atas ranjang.Ibu menunaikan sholat subuh di kamar belakang. Rini dan Mas Farid masih duduk di atas sofa ruang tamu, sedangkan Mas Rudi pergi ke mesjid, hendak sholat subuh berjamaah, katanya.Setelah mama selesai sholat, aku berdiskusi sama mama, tentang keputusan yang akan kuambil.
Magbasa pa
35. Kejutan Yang Dibatalkan
Bab 35"Kalau Mbak mau pergi, pergi saja. Katanya mau pergi, kok masih di sini?" Rini berdiri dari tempat duduknya, menantangku."Katanya mau pergi. Kok belum pergi juga. Atau, Mbak Adel hanya berakting," ucapnya lagi."Seharusnya yang pergi itu kamu, Rini, bukan Adel," sahut ibu sambil menatap Rini dengan tatapan tajam."Iya, seharusnya kamu jangan pergi, Del. Ini rumahmu, jika ada yang harus keluar dari rumah ini, itu bukan kamu, tapi Farid dan Rini lah yang akan keluar dari rumah ini," ucap Mas Farid sambil memandangi wajah Mas Farid dan Rini secara bergantian."Lebih baik Adel saja yang keluar dari sini, Mas, Bu. Adel tidak akan sanggup membayar cicilan rumah ini. Jangka waktunya masih panjang, dua belas tahun lagi.""Apa? Dua belas tahun lagi? Maksudnya apa, Mas?" tanya Rini. Mungkin ia tidak menyangka jika rumah ini ternyata belum lunas. Mungkin selama ini Rini berfikir bahwa Mas Farid adalah orang kaya, punya rumah, punya mobil, makanya ia tergila-gila sama Mas Farid."Rumah in
Magbasa pa
36. Membawa Semua Peralatan Rumah
Bab 36"Maaf, mau nanya, ini rumah Mbak Adel ya?" tanyanya. "Iya, dengan saya sendiri," jawabku, kemudian mempersilakan mereka yang berjumlah tiga orang tersebut untuk masuk."Tolong angkat semua barang-barang yang di rumah ini, kemudian antar ke rumah Mama saya. Angkat yang ini dulu ya, Mas," perintahku pada mereka sambil menunjuk sofa yang berada di ruang tamu."Eh, Mbak Adel! Apa-apaan ini? Kenapa Mbak nyuruh orang buat bawa sofa ini? Aku tidak setuju." Rini protes, membuat orang suruhanku tersebut meletakkan kembali sofa yang sudah hampir dibawa."Jangan dengarkan dia, Mas, pemilik rumah ini adalah saya, bukan dia. Turuti saja perintah saya," tegasku. Aku tidak akan membiarkan Rini menghalangiku. Tidak peduli pada apapun yang akan dikatakannya, toh, aku berhak membawanya karena aku membelinya menggunakan uangku sendiri."Mas, jangan biarin orang-orang itu membawa sofa itu, Mas. Lakukan sesuatu dong!" Rini mengguncang bahu Mas Farid. Sementara, Mas Farid hanya diam, tidak berani b
Magbasa pa
37. Goodbye
Bab 37Sambil menunggu orang suruhanku mengambil AC yang berada di kamarku dan juga di kamar Rini, aku pergi lagi ke dapur untuk memastikan bahwa tidak ada lagi yang ketinggalan.Ternyata, Mas Farid dan Rini datang menghampiriku, tanpa kuduga, mereka berdua langsung bersimpuh di kakiku, memohon agar aku jangan pergi. Aku saja sama terkejut, tidak menduga jika mereka akan melakukan itu."Tolong, jangan pergi, Dek. Mas sangat mencintaimu dan tidak akan sanggup kehilanganmu.""Iya, Mbak. Rini mohon jangan pergi, ya! Kita bisa memperbaiki semuanya. Mbak tetap di sini bersamaku dan Mas Farid. Kita akan hidup bahagia, Mbak. Rini akan melahirkan anak untuk kalian.""Dek, tolong pikirin lagi, Dek. Jika kamu pergi, Mas tidak yakin akan bisa melanjutkan hidup Mas tanpamu.""Mbak Adel, jangan pergi ya. Rini akan berubah Mbak. Rini akan mengerjakan semua pekerjaan rumah, tugas Mbak Adel hanya jaga butik saja. Saat Mbak pulang dari butik, rumah sudah bersih dan makanan akan tersedia di atas meja.
Magbasa pa
38. POV Farid
Bab 38 POV Farid [Aku hamil, Mas.] Sebuah pesan masuk dari kontak yang tidak kukenal, berhasil mengagetkanku. [Aku sudah telat tiga bulan. Mas harus tanggung jawab.] Hampir saja ponsel yang sedang berada dalam genggamanku terjatuh. Aku begitu shock dan terkejut saat membaca pesan tersebut, sampai-sampai rekan kantorku pun heran melihatku. Ternyata Rini yang mengirimkan pesan tersebut. Bagaimana tidak shock, bahkan aku tidak sengaja melakukannya. Aku sama sekali tidak mencintai Rini dan tidak berniat untuk menduakan istriku-Adelia. Semua berawal dari malam itu, saat sedang dalam perjalanan hendak mengunjungi rumah Ibu di kampung, aku melihat seorang wanita berdiri di pinggir jalan, di tengah hutan bersama dengan seorang lelaki yang kuduga adalah sopir mobil angkot. Aku tidak mungkin tega membiarkan seorang wanita sendirian, hanya bersama dengan sang sopir angkot di tempat sepi dan gelap seperti itu. Kuhentikan mobilku, membuka kaca jendela untuk mencari tahu. Ternyata aku meng
Magbasa pa
39. Terpaksa
Bab 39 Kenapa aku bisa sebodoh ini? Kenapa aku harus terjebak dalam permainan Rini? Aku menjambak rambutku sendiri, sudah seperti orang yang sedang frustasi. Tidak tahu bagaimana caranya menghadapi semua ini. Maafkan Mas Adel. Mas telah mengkhianatimu kepercayaanmu! Ponselku berdering, panggilan dari istriku, Adel. Tanganku bergetar, tidak sanggup menjawab panggilan dari wanita yang kucintai itu. "Kenapa tidak diangkat, Mas?" Rini meraih ponsel tersebut dari tanganku. "Apa perlu, aku yang bicara pada istrimu?" tanyanya lagi. Aku langsung merebut kembali ponselku dari tangan Rini. Ponselku sudah berhenti berdering. Aku langsung menonaktifkan ponsel, agar Adel tidak bisa menghubungiku lagi. Nanti akan kucari alasan yang tepat jika dia bertanya. "Mas, kamu harus tanggung jawab karena kamu sudah menanam benih di rahimku. Jika aku sampai hamil, kamu harus bertanggung jawab dengan menikahi aku, Mas," ucapnya santai sambil mengecup sebelah matanya, sungguh genit! "Nomor istrimu juga su
Magbasa pa
40. Nekat
Bab 40 Ah, si*l. Kenapa Rini bisa tahu kalau aku bekerja di sini. "Mas, aku sudah membuktikan ucapanku, bahwa aku akan datang menemuimu, suamiku sayang," ucapnya sambil meraih kedua tanganku. Buru-buru kutepis tangannya karena tidak mau dilihat oleh orang lain. Bisa-bisa seluruh karyawan kantor akan menjadikanku sebagai bahan gosip nantinya. Aku langsung memberikan isyarat agar ia masuk ke dalam mobil. Bahaya jika ada yang melihat kami. "Darimana kamu mengetahui alamat kantorku? Sekarang katakan, apa maumu?" tanyaku dengan nada tinggi saat kami sudah berada di dalam mobil. "Cukup mudah, Mas. Dan Mas tidak perlu mengetahui dari mana aku mengetahuinya. Yang kuinginkan hanya satu, mulai sekarang, aku ingin tinggal bersamamu, Mas," jawabnya santai. Rini mengatakannya seolah tanpa beban, sedangkan ia tahu jika permintaannya sama sekali tidak masuk akal. "Tidak, kamu harus kembali ke kampung. Aku tidak ingin menambah masalah. Tolong, mengertilah!" "Mas tidak kasihan padaku? Aku sedan
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status