All Chapters of Membongkar Pengkhianatan Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20
68 Chapters
11. Support dari Mama
Bab 11Setelah dokter pergi, Mama kembali duduk di sampingku. Mama menggenggam tanganku, menatapku dengan rasa kasihan."Kenapa kamu tidak menjaga kandunganmu dengan baik, Nak? Apa sebenarnya yang terjadi? Apa kaitannya keguguran yang kamu alami dengan obat tidur itu, Nak?" Mama terlihat semakin khawatir."Adel tidak tahu kalau ternyata Adel sedang mengandung, Ma. Soal obat tidur itu, sepertinya ada yang sengaja mencampurnya ke minuman Adel, Ma," jelasku pada Mama."Cerita sama Mama, Nak. Sebenarnya apa yang terjadi?" Mama mendesakku. Air mata tak bisa lagi kutahan, mengalir deras dari kelopak mata. Sungguh aku tidak sanggup menceritakan semua ini pada Mama. Takut jadi beban pikiran baginya."Nak, apapun yang terjadi, Mama akan selalu bersamamu. Ceritakan semuanya pada Mama." Mama memperkuat genggaman tangannya, mengisyaratkan bahwa beliau akan selalu ada untukku, apapun yang terjadi.Aku menarik napas dalam, kemudian menghembusnya perlahan. Ya, aku akan menceritakan semuanya pada Ma
Read more
12. Permintaan Maaf
Bab 12Terdengar suara pintu terbuka, muncullah sosok seorang lelaki yang sangat kukenal dari balik pintu itu. Ia adalah orang yang sudah mendampingiku selama empat tahun, dan ia juga lah yang telah membuatku kehilangan janinku."Dek!"Mas Farid menghampiriku, mengelus kepalaku kemudian mengecup keningku. Aku membuang muka, masih marah dan benci padanya."Ma!" Mas Farid meraih tangan Mama , tapi Mama menepisnya."Kenapa baru datang sekarang?" tanya Mama ketus."Farid baru pulang dari kantor, Ma, terus langsung pulang ke rumah!" Mas Farid menundukkan kepalanya, mungkin ia takut pada Mama. Selama menjadi menantu Mama, Mas Farid belum pernah sekalipun mendapatkan perlakuan buruk atau kata-kata kasar dari Mama. Mama sayang sama Mas Farid dan sudah menganggapnya seperti anak sendiri."Maafin Farid, Ma," lirihnya, masih belum berani menatap wajah Mama."Oh ya, siapa wanita hamil yang bersamamu tadi?" Mama menatap Mas Farid dengan tatapan tajam."Itu sepupunya Farid, Ma," kilahnya untuk menu
Read more
13. Rencana Balas Dendam
Bab 13Mama mendorong pintu kamar tempatku dirawat dengan sedikit kasar, lalu menjatuhkan bokongnya di atas kursi sambil menghela napas.Aku pun heran melihat sikap Mama yang tidak seperti biasanya. Akhirnya aku pun bertanya, "Mama kenapa, kok' kelihatannya kesal begitu?""Bukan hanya kesal, Del, Mama marah, kecewa dan juga benci kepada suamimu itu.""Kenapa lagi, Ma?""Ternyata kecurigaan kita benar, Del. Suamimu ada main sama wanita itu. Tadi Mama habis dari ruangan dokter, Mama meminta rekam medis pasien yang bernama Rini itu. Awalnya dokter menolak, tapi setelah Mama memberikan alasan, akhirnya dokter menyuruh asistennya untuk mengambil rekam medisnya Rini dan mengizinkan Mama melihatnya. Di dalamnya tertulis bahwa Farid adalah ayah dari anak yang ada di dalam kandungan Rini," ungkap Mama. Mama beristighfar berulang kali untuk meredam emosinya. Agar sakit jantungnya tidak kumat lagi.Astaghfirullah ... aku menggeleng pelan, tidak menyangka jika Mas Farid setega itu padaku.Aku mem
Read more
14. Mulai Beraksi
Bab 14Sesampainya di rumah, kami masuk melalui pintu depan. Saat memasukinya, kami sangat terkejut melihat seisi rumah. Bagaimana tidak, rumahku sudah seperti kapal pecah saja. Sampah berserakan dimana-mana, sofa dan meja di ruang tamu letaknya sudah tidak beraturan. Setelah melewati ruang tamu, kini kami memasuki ruang tengah, dan kondisinya lebih parah lagi. Piring, gelas dan sendok bekas makan berserakan di atas lantai. Belum lagi melihat ke dapur sana, pasti di dapur lebih berantakan. Rasanya, aku sudah tidak sanggup lagi menyaksikan pemandangan di rumahku sendiri. Kepalaku mendadak pusing karenanya."Ya ampun, apa-apaan ini? Kenapa kondisi rumah seperti kapal pecah begini?" Mama sengaja mengeraskan suaranya supaya wanita itu mendengarnya. Tapi wanita itu tetap saja mengurung diri di kamarnya, tanpa mempedulikan kedatangan kami."Ma, tolong antar Adel ke kamar ya, Adel mau istirahat," pintaku pada Mama dan Mama pun mengangguk."Biar Mas saja yang mengantarmu ke kamar," ucap Mas
Read more
15. Mama Beraksi
Bab 15 Mama menghampiriku setelah ia selesai menunaikan shalat Maghrib. Mama duduk di tepi ranjang sambil mengelus kepalaku. "Del, kamu tahu enggak? Tadi Mama ngerjain suamimu dan wanita itu. Mama menyuruh Farid menguras bak dan membersihkan kamar mandi. Sedangkan Rini, Mama menyuruhnya untuk membersihkan seluruh ruangan, setelah itu Mama menyuruhnya lagi untuk mengepel lantai." Mama terlihat bersemangat sekali saat menceritakannya hal itu padaku. Senyumku mengembang mendengar cerita Mama. Rasain kamu Mas, Rini, pembalasan akan dimulai! "Baru dikasih kerjaan gitu aja udah ngeluh. Katanya badannya jadi pegal, pinggangnya sakit, huh … alasan saja. Memang dasar pemalas." Mama mengumpat, menunjukkan perasaan kesalnya terhadap Rini. "Tadi Mama juga sempat lihat gimana expresi suamimu, sepertinya Farid tidak tega melihat gundiknya itu Mama suruh-suruh. Farid mau bantuin, tapi mayma melarangnya dan menyuruh Farid untuk menyikat kamar mandi hingga bersih." Hampir saja suara tawa kami ter
Read more
16. Bukti Baru
Bab 16Kami duduk di atas sofa ruang tengah sambil menonton TV, sementara Rini masih sibuk mencuci piring kotor.Mas Farid terlihat gelisah, entah apa yang sedang ia pikirkan. Apa mungkin ia sedang ketakutan, takut rahasianya terbongkar? Entahlah!"Ma, ini kan sudah malam, jika Mama mau pulang biar Farid antar." Tiba-tiba Mas Farid memecah keheningan di antara kami. Mama mengalihkan parhatiannya dari TV LED berukuran 42 inci yang sedang menayangkan sinetron favoritnya tersebut, beralih menatap Mas Farid."Mama enggak mau pulang. Mama akan menginap di sini sampai keadaan Adel pulih kembali," jawab Mama. Mama kembali fokus menyaksikan sinetron suara hati istri yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi terbesar di negeri ini. Mama memang menyukai sinetron, berbeda denganku. Aku tidak suka film sinetron, malah lebih suka membaca cerita di salah satu aplikasi yang lagi tenar akhir-akhir ini.Wajah Mas Farid mendadak berubah, seperti tidak suka jika Mama menginap di sini."Kenapa,
Read more
17. Permainan Dimulai
Bab 17Mas Farid menatapku tajam, mungkin ia tidak menyangka jika aku berani berkata seperti itu padanya. Selama ini, aku selalu bersikap baik dan lembut, serta selalu menghormatinya sebagai imamku. Itu dulu, sekarang tidak lagi. Luka yang ia torehkan di dalam hatiku telah membunuh dan memusnahkan seluruh rasa cintaku, yang tersisa hanyalah rasa benci."Dek, apa kamu tidak punya simpanan lagi? Tolonglah, Mas yakin kamu pasti masih punya tabungan. Ini kan buat kebaikan kita juga." Mas Farid mengiba. Ia pikir aku akan luluh? tidak, Mas!Aku memang masih mempunyai tabungan, tapi aku tidak akan mau menggunakan uang tabunganku untuk membayar cicilan rumah ini. Biarkan saja rumah ini disita pihak Bank, biar Mas Farid dan gundiknya itu jadi gelandangan."Enggak punya, Mas! Mas usahain dong, pinjam sama teman atau sama siapa, gitu!""Mas enggak berani minjam uang lagi. Uang yang Mas pinjam untuk membayar tagihan klinik kemaren saja belum Mas bayar," ungkapnya.Ya ampun, ternyata uang itu dapa
Read more
18. Sandiwara Dimulai
Bab 18Mama memutar video yang berhasil direkamnya tadi, memperlihatkannya padaku. Di dalam video itu terlihat dengan jelas saat Mas Farid membuat jus buah, Rini langsung memasukkan obat tidur tersebut ke dalamnya. Begitu juga dengan teh untuk Mama, Rini mencelupkan obat tidur tersebut ke dalamnya dan mengaduknya hingga larut.Astagfirullah … aku menutup mulut agar suaraku tidak terdengar ke luar kamar. Jangan sampai Rini mendengarnya. Rini tidak boleh tahu bahwa aku dan Mama telah mengetahui apa yang telah mereka lakukan.Berarti beberapa malam belakangan ini, aku sudah meminum jus buah yang telah dicampur dengan obat tidur. Pantas aku selalu tidur cepat.Kalian benar-benar jahat! Gara-gara kalian, aku sampai kehilangan janinku. Astagfirullah … astagfirullah …. Mataku terasa memanas, aku mencoba meredam emosiku, gemuruh di dada semakin bergejolak, memaksa untuk dilampiaskan. "Sabar, Nak! Kamu harus kuat. Inilah kenyataannya." Mama mengelus punggungku, mencoba menenangkanku."Ingat
Read more
19. Merekam Aksi Mereka
Bab 19 "Huft! Akhirnya tidur juga kalian." Rini mendekatiku dan Mama untuk memastikan bahwa kami telah benar-benar tidur. Setelah itu, terdengar Rini mengambil mangkuk yang berisi mie ayam sisanya Mama tersebut, lalu memakannya. Rini … Rini … makanan sisa dimakan juga. Kasihan bangat sih, kamu! "Aduh, Mas. Pedas Mas, minum!" Rini berteriak sambil menyuruh Mas Farid untuk mengambilkan minum. "Memang dasar nenek lampir! Udah tau orang lagi pengen makan mie ayam, tapi enggak mau beliin juga buatku. Giliran ada sisa, eh malah enggak bisa dimakan saking pedasnya. Sepertinya memang Mbak Adel dan nenek sihir ini sengaja mau ngerjain Rini, Mas," umpatnya, lalu terdengar suara langkah kaki Rini mendekat ke arahku dan Mama. "Mas tahu enggak, aku tuh kesal bangat sama si nenek lampir ini! Seharian aku disuruh-suruh, sudah seperti pembantu saja. Aku pingin menjitak kepalanya, Mas!" "Jangan kurang ajar kamu Rin. Mas enggak suka. Bagaimanapun juga, dia mertuanya Mas. Mas tidak akan membiarka
Read more
20. Berpura-pura
Bab 20 Aku yakin, pasti Mas Farid dan gundiknya itu sekarang lagi ketakutan melihat Mama. Sayangnya, aku tidak bisa melihat bagaimana expresi Mas Farid dan Rini saat mereka melihat kedatangan Mama.  Pasti Mama sudah menyaksikan pemandangan yang menjijikkan di dalam sana. Sementara aku masih berada di sini, mengikuti arahan Mama untuk tidak melakukan apapun tanpa perintahnya.  "Di depan panas sekali, nyamuk juga banyak. Mama mau tidur di sini. Di sini kan ada AC nya." Terdengar Mama merebahkan tubuhnya di atas kasur. "Huft! Selamat! Kirain kedok kita akan ketahuan. Tau nya Tante hanya ngigau," ucap Rini. "Kita pindah ke kamar l
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status