All Chapters of Bahagia Setelah Terusir: Chapter 21 - Chapter 30
76 Chapters
Akan Ada Orang Yang Mencintaimu (2)
“Karena cantik? Aku benci ini.”“Tapi ….”“Sudahlah! Aku sudah punya Evan, dia keluargaku. Dia pelengkap hidupku, jangan khawatirkan Kakak”Elang membuka mulutnya, tetapi tidak ada suara keluar. Ia berpaling ke arah Evan. “Evan dengar 'kan? Kakakku mendedikasikan hidupnya untuk Evan, Evan harus baik pada dia. Evan mau kan berjanji sama Om? Evan akan selalu baik dan melindungi Mama?!”Evan masih diam. Setelah sekian lama, akhirnya Elang memutuskan berdiri."Aku pulang, Kak. Aku akan langsung ke Banjarbaru. Jaga diri baik-baik, lakukan apa yang membuat bahagia, tapi jangan lagi terlalu berkorban untuk orang lain. Karena belum tentu orang itu akan berbuat baik juga pada Kakak."Tera mengangguk. "Kamu juga jaga diri baik-baik. Hati-hati di jalan."Elang mengangkat tangan lalu menautkan ujung telunjuk dan ujung ibu jarinya. Tera tersenyum haru. El
Read more
Ketulusan
Papa? Tera menyebut Sanad juga Papa? Hayati merasakan dadanya berdenyut nyeri. Andai ia tidak melihat foto itu, mungkin ia tidak perlu merasakan sakit seperti ini. "Mama rasa sebentar lagi Papa akan datang. Mama keluar sebentar, ya."Evan mengangguk. "Anak pintar." Tera mencium pipi Evan. Papa? Mama? Hayati menyentuh dadanya yang kembali terasa nyeri. ***Hayati membawa Tera ke sebuah kursi di taman depan. Temaram lampu membuat suasana taman terlihat sedikit menyedihkan di mata Tera. Indahnya tanaman, bunga-bunga, rumput yang dipangkas rapi, bahkan satu set kursi taman tidaklah membuat lebih berarti jika hanya dijadikan pajangan. Indah, tetapi kesepian. Tera teringat saat-saat ia mengisi malam bersama Rudi. Menatap bintang di teras dengan bangku seadanya, dilengkapi nyamuk yang tidak pernah absen untuk mengganggu, di sana ia sering mengukir mimpi-mimpinya. Waktu itu terasa biasa saja, tapi sekarang momen itu menjadi sangat berarti dan tiba-tiba ia merindukannya. Mungkin suatu sa
Read more
Ketulusan (2)
***"Kamu pernah masuk ke dalam sekolah Evan?" tanya Tera pada Sanad.Sanad menoleh sebentar, lalu berbicara pada Evan. "Nanti kita lanjutkan lagi ya. Papa mau bicara sama Mama." Evan mengangguk. "Bagaimana kalau Mama antar ke kamar dulu. Mama cuma mau bicara sebentar sama Papa. Ya?" Tera merentangkan tangan, tetapi Evan malah memeluk Sanad  "Baik, biar Papa yang antar," ucap Sanad sambil mengangkat badan Evan. Tera terkekeh. Tiba-tiba matanya mengembun.*** "Kenapa?" tanya Sanad ketika ia keluar dari kamar. Sesaat Tera terkejut. Ia merasa tertangkap basah karena telah membaca obrolan Sanad dengan Evan. Sesaat ia merapikan kertas-kertas itu, lalu duduk di sofa. "Bagaimana keadaannya di sana? Dia mau bergaul dengan teman sebayanya?"Sanad menghempaskan bokongnya ke atas sofa,
Read more
Rasa Yang Baru Muncul
Tera membuka mulut, tetapi urung begitu melihat Evan menatapnya. Ia berjingkit, sebelah tangan bertumpu pada tangan Sanad, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Sanad, ditutup dengan lainnya."Aku ingin mendekatkan Evan dengan Hayati. Ini kesempatan," bisik Tera. Ia tidak tahu, Sanad mematung dibuatnya. Selain Kaayat, hanya Tera yang berani berbuat seperti itu padanya.***Suasana di mobil menjadi hening. Tera sengaja menggeser duduknya, supaya posisi Evan dekat dengan Hayati. Bagaimana Hayati merayu hati Evan, itu terserah Hayati. Ia merasakan anak itu terlihat tidak nyaman. Evan suka memainkan jari jemarinya jika merasa tidak nyaman. Kesal, tapi tidak bisa berbuat apa. Tera lebih menyukai Evan merengut, dibanding sekarang ini. Setidaknya ia mampu mengungkapkan perasaannya.Tera tidak habis pikir mengapa Evan tidak menyukai Hayati, padahal Hayati bukanlah ibu tiri jahat seperti
Read more
Rasa Yang Baru Muncul (2)
“Evan lagi ngapain?” tanya Tera sambil duduk di samping. Evan memamerkan hasil bongkar pasangnya yang hampir menjadi sebuah robot.“Keren. Anak Mama memang selalu terbaik,” puji sambil membelai rambut keriting Evan. “Evan, Tante,” ucap seorang anak kecil perempuan yang sejak tadi menangis bersama seorang pengasuh perempuan.“Hei, Sayang, mau berteman sama Evan?” tanya Tera.Gadis kecil itu mengangguk. Tera menoleh ke sampingnya, terlihat wajah Evan yang muram. Tera mengalihkan pandangannya ke arah pengasuh yang membawa gadis itu. Ia berbicara dengan isyarat. Pengasuh itu mengangguk. Mulut Tera membulat, lalu mengangguk. “Siapa namanya, Sayang?” tanya Tera pada gadis kecil itu. “Adiba Kayla, dipanggil Diba,” jawab gadis itu. ”Wah, nama yang cantik,” puji Tera. Ia mengerling ke samping. Evan melepaskan bongkar
Read more
Terima kasih Atas Atas Kehadiranmu
Hari ini Sanad sengaja mampir ke sekolahan Evan, untuk berkenalan langsung dengan teman pertama putranya. Tera tersenyum menatapnya yang gelisah, sesekali memerhatikan jam di tangan. “Evan!” Spontan mereka berpaling ke arah suara. Evan langsung berlari menyongsong dan meraih tangan Adiba. Tera terkekeh melihat mata Sanad yang melebar kombinasi kilatan cerah. Tera segera menundukkan pandangannya. Ia merutuki diri, kenapa sekarang jadi suka memerhatikan bos arogan itu?Evan menarik tangan Adiba hingga sampai kepada ayahnya. Sanad berjongkok. “Hallo, namamu Adiba Kayla, ya?” sapa Sanad.“Iya, Om,” sahut Adiba sambil mengangguk. Sanad tersenyum. “Anak cantik. Evan banyak bercerita tentangmu. Terima kasih, ya.” Tera susah payah menahan tawanya. Laki-laki itu telah kehilangan kata-kata. Tiba-tiba senyumnya hilang. Ia baru menyadari, kebahagiaa
Read more
Terima kasih Atas Kehadiranmu (2)
"Kau bicara seakan-akan tidak ada harapan lagi buatku," lirih Rudi makin sendu."Aku sudah bilang ingin fokus merawat Evan dulu, dan entah berapa tahun lagi. Jangan buang waktumu untuk sesuatu yang tidak jelas."Ponselnya kembali menyala. Kini bukan lagi Evan yang memanggilnya.***Tera setengah berlari ke arah gedung sekolahan. Evan telah bersama Sanad, berdiri di sisi mobil. Keane berdiri di samping pintu mobil yang terbuka. "Ke mana saja?" cecar Sanad dengan wajah lamanya. Tera mencebik. "Dasar pria berkepribadian ganda," desisnya. "Apa kamu bilang?!""Tidak apa. Tadi ada teman datang nganterin ini," sahut Tera sambil mengangkat rantang tingkat dua yang dibawanya.Sanad mengerutkan kening. Ia bertanya ke Keane dengan isyarat, tetapi pria kekar itu hanya menjawab dengan gelengan kepala. ***
Read more
Kerinduan
Tera tertawa, bersamaan dengan air matanya yang semakin deras. "Ucapkan doa.""Heh?" tanya Tera bingung. "Ucapkan doa dalam hati," ulang Sanad. Tera memejamkan mata sambil berpikir apa yang ia inginkan. Saat ini yang ia inginkan hanyalah Evan bahagia, bisa berbicara, tumbuh sehat dan dikelilingi orang-orang yang mencintainya dengan tulus. Ia membuka matanya. "Tiuplah!" "Evan, bantu Mama meniup, ya," pinta Tera. Evan mengangguk. "Kalau begitu Papa yang hitung. 1 … 2 … 3!"Evan dan Tera meniup bersamaan hingga lilin itu padam."Yey!" Tera menepuk tangannya. Tatapannya ke arah Evan yang terus saja tersenyum. Sanad mengambil alih cake itu, lalu meletakkan di atas alas. Ia mengambil sendok kecil di keranjang yang telah disediakan Keane. "Sekarang Evan suapi Mama," ucap Sanad sambil menyerahkan sendok itu pada Evan.Evan segera mengambilnya. Ia menyendok cake yang dilapisi cream warna putih itu, lalu menyodorkan ke mulut Tera. Tera langsung menyuapnya. "Hmm … enak. Terima kasih,
Read more
Kerinduan (2)
"Memangnya kenapa?" Sanad balik bertanya. Ia kembali menjumput abon itu."Aku kira, orang kaya tidak makan kaya beginian."Sanad terkekeh. "Di rumah memang nyaris tidak ada suguhan seperti ini. Tapi kami punya keluarga di Daha. Mereka sering menyuguhkan abon, tapi nggak seenak ini." Mulut Tera membulat. Ia meletakkan mangkuk berisi bubur sumsum. "Karena kalian mau jadi keluarga aku, jadi kalian harus bantu aku menghabiskan ini.""Bubur sumsum?" tanya Sanad. Tera mengangguk. "Acil Nurul setiap selalu membuatku ini. Biasanya aku memakannya bersama Rudi."Sanad ada sesuatu yang mengganjal di hatinya ketika nama Rudi muncul di mulut Tera."Ayo, kita makan," ajak Tera setengah meletakkan dua tiga sendok. Tiba-tiba Evan menjauhkan dua sendok."Evan!" tegur Sanad.Evan tak menggubris. Ia mengambil sesendok, lalu menyodorkan ke mulut Tera. Tera bertanya dengan isyarat ke Sanad. Sanad menjawabnya dengan anggukan. Tera menyuapnya. "Hmm …." Kesan
Read more
Arti Kedekatan
"Masih ada jalan lain."Tera kembali menoleh. "Desa tetangga? Sungai Kupang atau ke sebelahnya lewat Muning. Kurasa berita burukku juga tersebar ke sana. Sekarang berita cepat melesat seperti anak panah lepas dari busurnya."Sanad terkekeh. "Danau Bangkau disebut juga lumbung ikan segitiga. Perbatasan kabupaten Hulu Sungai Tengah, Daha Selatan dan Hulu Sungai Selatan. Jadi bisa kita akses dari Hulu Sungai Tengah lewat desa Pahalatan dan sekitarnya, atau dari Daha Selatan."Tera mengerucutkan mulutnya. "Aku punya keluarga di Baruh Kambang, Daha Utara tapi. Kurasa tak masalah, selama bisa diakses lewat perairan, dengan transportasi cepat seperti speed boat."Tera tersenyum mengejek. "Sampai segitunya kamu mencari informasi tentangku."Sanad terkekeh. Ia menghela napas. "Tidak sepenuhnya tentangmu. Bagaimana pun aku seorang pebisnis. Apapun bisa menarik perhatianku. Saat mencari informasi tentangmu, tiba-tiba aku tertarik
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status