Semua Bab Dendam Anak Tiri: Bab 261 - Bab 270
318 Bab
Alena & Andrio: Bab 68
Pandangan Alena berkaca-kaca saat dia menatap dua garis merah pada sebuah test pack yang sejak tadi dia pegang."Aku beneran hamil," gumamnya sambil mendekap mulut dengan tangan karena tak percaya. "Ya Allah aku beneran hamil. Ini nggak mimpi kan?" Alena mengangkat alat tes pack itu tinggi-tinggi, mengamatinya dari jauh, lalu mendekatkannya lagi, dia bahkan mengedip-ngedipkan matanya, memastikan kalau dia tidak salah lihat dan semua ini benar-benar nyata.Karena mendengar Andrio yang terus menduganya hamil, Alena langsung memesan alat test pack melalui kurir. Lalu mengecek urinnya dengan alat itu. Sejak tadi dia menunggu dengan perasaan berdebar. Ternyata dugaan suaminya benar. Dia tak menyangka akhirnya dia bisa hamil juga bahkan di saat yang tak terduga."Mas! Mas Andrio!" Alena memanggil suaminya dengan tak sabaran. Detik berikutnya dia berdiri, keluar kamar hendak menyusuli suaminya yang tengah mengasuh Kenzy. Namun, baru sampai di depan pintu kamar yang ter
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 69
Setelah Alena bermohon-mohon dan memikirkan berbagai pertimbangan, akhirnya Bu Dedeh sekeluarga mau tinggal bersama mereka. Alena dan Andrio sangat senang dan berterima kasih.Dan malam itu di rumah Alena dan Andrio diadakan lah tahlilan satu hari kepergian Anjani.Rumah megah itu makin ramai oleh sanak keluarga Anjani yang berdatangan. Juga keluarga pihak Alena dan Andrio seperti Rista, Bagas, Alyssa dan calon suaminya, Ardi, Marissa dan Putra."Mami nggak habis pikir dengan kelakuan Bu Dedeh di pemakaman tadi, bisa-bisanya dia menyalahkan kamu begitu di depan orang-orang," bisik Rista pada Alena yang kini tengah memangku Kenzy. Mereka bercakap-cakap di meja makan.Bi Juminten dan adik-adiknya Anjani sedang sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk orang tahlilan yang akan diadakan selepas isya, sebentar lagi.Sedangkan keluarga yang lain--Andrio, Bagas, Alyssa, Ardi, Marissa, dan Putra--santai-santai dan mengobrol di luar, sekaligus menyambut ta
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 70
"Anjani! Jangan tinggalin Ibu lagi, ya, Nak! Ibu sayang sama kamu. Ibu janji nggak akan ke mana-mana. Kamu jangan tinggalin Ibu lagi ...."Alena terpaku menatap keadaan Bu Dedeh yang begitu memprihatinkan. Wanita itu terlihat meracau sambil menangis dan mendekap bingkai foto anaknya. Sesekali dia menciumi wajah anaknya dalam foto tersebut. Begitu Rara berteriak memanggilnya menjelaskan kondisi ibunya, Alena yang masih menggendong Kenzy bergegas ke ruang tamu. Di sana sudah tampak ramai tamu berdesakan memenuhi ruangan, memperhatikan aksi Bu Dedeh dengan tatapan prihatin.Alena sungguh tak menyangka dengan keadaan Bu Dedeh. Padahal tadi siang wanita itu sudah memaafkannya dan terlihat baik-baik saja. Alena pikir semuanya sudah selesai dan baik-baik saja, tapi ternyata ....Setetes air mata lolos di pipi Alena menyaksikan pemandangan itu. Dia jadi makin merasa bersalah. "Bu Dedeh!" teriaknya. Dia pun berlari mendatangi wanita itu."Alena, janga
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 71
Bu Dedeh akhirnya diamankan ke rumah sakit jiwa. Masih belum dipastikan apakah Bu Dedeh mengalami depresi yang sebenarnya atau tidak. Namun, karena beberapa hari terakhir ini, beliau sering mengamuk-amuk tidak jelas, sering meracau, menangis, bahkan berbuat hal-hal yang membahayakan orang lain seperti melempar barang, marah dan membentak orang-orang sekitarnya. Dan demi menjaga keamanan orang rumah, Bu Dedeh di bawa saja ke rumah sakit jiwa.Dan kejadian itu sukses membuat Alena kembali sedih dan menyalahkan dirinya sendiri. Andrio dan orang-orang sekitarnya telah berusaha menghiburnya dan meyakinkannya bahwa semua ini bukan salahnya. Tapi tetap saja Alena merasa sedih dan terus bersikap demikian.Andrio tidak mau Alena sampai depresi karena terlalu sering menyalahi dirinya sendiri. Apalagi saat ini kondisi Alena tengah hamil muda. Karenanya pria itu memanggilkan psikiater untuk memeriksa istrinya."Gimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Andrio begitu psikiater
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 72
Dua minggu berlalu. Bu Dedeh dinyatakan mengalami depresi berat. Dan kini beliau dirawat di rumah sakit jiwa. Entahlah, keadaannya masih bisa pulih atau tidak. Tapi untuk saat ini, wanita itu butuh penanganan lebih dan serius di rumah sakit jiwa. Sementara Alena sekarang sudah kembali normal. Dia tidak lagi bersikap seperti orang depresi yang kehilangan harapan dan menyalahi diri sendiri. Bersama suami dan adik-adik mendiang Anjani, Alena mengunjungi rumah sakit tempat Bu Dedeh dirawat. Dan ini adalah kunjungan kesekian bagi Alena dan Andrio. Namun, yang pertama kali bagi anak-anaknya. Alena menatap Bu Dedeh prihatin. Dia sungguh kasihan dan tak menyangka nasib Bu Dedeh akan seperti ini jadinya. Lihatlah, kondisi wanita paruh baya itu. Hanya duduk diam di kursi roda di bawah pohon. Penampilannya lusuh, rambutnya berantakan, berbicara sendiri, kadang tertawa, kadang menangis sambil menyebut-nyebut nama anaknya. Bahkan dengan anaknya yang lain pun dia sudah tak kenal.
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 73
Seminggu semenjak Alena menjenguk Bu Dedeh ke rumah sakit berlalu. Keadaan psikis Alena juga kian membaik. Bahkan sudah bisa dikatakan sembuh. Meski kadang masih sering merasa bersalah setiap kali mengingat keluarga Anjani.Semenjak hamil muda pun, Alena tak dibolehkan ke mana-mana sendiri oleh Andrio. Jika ada keperluan keluar mereka harus pergi bersama. Alena jadi lebih sering menghabiskan waktunya di rumah.Kini dia tak kesepian lagi karena ada adik-adik Anjani dan Bi Juminten yang jadi teman bicaranya. Alena juga senang dengan tabiat adik-adiknya mendiang Anjani. Mereka begitu pandai membawa diri, inisiatif dan rajin. Mereka berbagi tugas membantu Bi Juminten mengemaskan rumah dan memasak. Padahal sebenarnya tidak perlu. Tapi Rara mengatakan dia senang membantu mengemasi rumah itu. Sesekali ada perselisihan diantaranya, tapi Rara sebagai kakak pertamanya kini, pandai menengahi adik-adiknya. Rumah itu terasa begitu ramai dengan kehadiran mereka.Sampai suatu
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 74
Sesuai kesepakatan yang Alyssa inginkan. Alyssa tidur dengan kakak tirinya, sedangkan Andrio kini entah di mana, katanya pria itu nanti mau tidur di kamar tamu saja. "Al, Kak Andrio itu baik banget, ya ...." Alyssa duduk di atas kasur, melihat Alena yang meletakkan Kenzy di dalam box bayi. Sejak tadi Alena berusaha menidurkan bayi itu dengan cara menggendong dan menyanyikannya lagu. Hingga akhirnya bayi itu pun tidur. "Kenapa lo ngomong begitu?" Alena berbalik badan dan berjalan menuju kasur lalu berbaring di samping adiknya yang masih setia duduk. "Lo kayak baru kenal dia aja." Alyssa menoleh. "Maksud gue ya gue nggak nyangka aja ternyata dia emang beneran baik, dia sebaik itu, dia bahkan mau ngalah sama kita. Padahal tadi gue pikir dia nggak ngizinin gue tidur sama lo." "Pasti diizinin lah. Cuman tidur bareng lo juga dan nggak lama juga kan?" Alena mengangkat bahu. Dia rasa itu adalah hal yang biasa. Sudah sepantasnya Andrio mengizinkan. "Iy
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 75
"Eh kenapa malu? Justru kan Mami sama Papi yang lebih berpengalaman karena mereka udah tua ... anaknya udah pada gede. Kalau gue hari ini gue bisa ngomong begini. Besok lusa nggak tahu deh apa yang akan terjadi dalam pernikahan gue. Apa pun itu gue siap hadapi.""Makasih, ya, Alena." Alyssa tersenyum. "Gue sebenarnya ke sini juga pengin ngabisin waktu sama lo aja kayak masih remaja dulu." Alyssa menatap plafon. Entah bagaimana caranya, di plafon itu dia seperti bisa melihat rekaman kegiatan dirinya dan Alena waktu remaja dulu. Seolah-olah dia menonton video di plafon. Dia rindu dengan momen-momen itu. Momen yang tidak akan bisa diputar ulang."Kita yang tidur bareng kayak gini ... ingat nggak?" ucap Alyssa lagi sambil masih menatap plafon. "Kita makan spaggeti bareng Kak Andrio. Dan masih banyak lagi."Alena hanya tersenyum ikut menatap plafon."Dan lo tahu nggak apa yang gue sesali?" tanya Alyssa kemudian sambil menoleh ke Alena.Alena membalas pa
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 76
Beberapa hari setelah Alyssa curhat dengan Alena berlalu. Tiba Alyssa memberi kabar bahwa Ardi, calon suaminya, mengajak keluarga Alyssa makan malam di sebuah restoran mahal di Jakarta. Sekaligus membahas tanggal pernikahan mereka. Tentunya Alena dan Andrio juga diundang.Karenanya malam ini Alena dan Andrio berangkat menuju restoran yang dimaksud. Meski hanya menghadiri acara adiknya di restoran, Alena memberikan penampilan terbaik. Alena memakai gaun putih lengan panjang serta bunga besar dipinggangnya. Sedangkan Andrio mengenakan jas hitam. Pasangan suami-istri itu tampak serasi."Nggak terasa, ya, Mas. Alyssa udah mau nikah aja," ucap Alena melirik suaminya yang tengah menyetir di sebelahnya. "Waktu rasanya cepat banget berlalu."Wanita itu lalu menatap ke depan. Memandang jalanan yang padat di malam hari. Lampu-lampu kendaraan terlihat warna-warni menyorot."Sebenarnya sih Alyssa harusnya udah lama nikahnya. Kan usianya nggak jauh beda sama kamu." Ja
Baca selengkapnya
Alena & Andrio: Bab 77
Makan-makan itu menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh menit. Makan sambil bercakap-cakap dan mereview makanan yang mereka nikmati membuat waktu makan mereka yang seharusnya cepat jadi lebih lambat. Setelahnya mereka langsung ke inti pembahasan. Yaitu membahas tanggal pernikahan Alyssa dan Ardi yang akhirnya ditetapkan dua minggu yang akan datang. Serta persiapan acara pernikahan lainnya.  Di tengah percakapan hangat itu, Alena bolak-balik ke toilet karena mual. Andrio sempat menawarkan untuk menemaninya, tapi Alena melarang dan dia pergi ke toilet sendiri. Tapi Alyssa yang merasa khawatir dengan keadaan Alena berinisiatif menyusuli kakaknya itu dengan dalih dia juga ingin buang air kecil. Begitu memasuki toilet restoran yang sedang sepi, Alyssa mendatangi Alena yang kini terlihat bercermin sambil membersihkan mulut dengan tisu. "Alena, masih ya mual-mualnya? Kalau memang masih mending lo pulang aja, deh, nggak pa-pa." Gadis itu menatap kakakn
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
32
DMCA.com Protection Status