Semua Bab My Boss Behavior: Bab 71 - Bab 80
110 Bab
71. Rayuan Penyamaran Zara
"Iya, aku sudah tiba di depan kantor cabang perusahaan Tuan Reon." ujar Zara menyeringai dengan seseorang di saluran telepon. Rambut yang berkilauan tertepa angin menarik perhatian beberapa orang. Dia penuh percaya diri. 'Sungguh hebat! Bahkan cabangnya saja sebesar ini. Apa Reon disembunyikan di dalam?' Bicara pada Alexa, meminta untuk menuntunnya ke kantor cabang Reon. "Bagus! Masuklah! Cari Tuan!" ujar Alexa di sebrang sana. Senyum Zara semakin miring. "Kalau itu jangan beritahu aku."Zara memutuskan panggilannya. 'Intinya ... aku tau Mario ada di sana,' batin menyambung.Resepsionis tidak menahan keberadaannya karena Zara datang atas undangan dari Alexa yang ditujukan kepada dewan personalia di sana. Zara memanipulasi surat itu sebelumnya. Lalu, dia benar-benar berada di ruangan panas itu. Namun, orang yang dihadapi bukanlah orang yang semestinya, melainkan sasaran yang di cari yaitu Mario Alfarel.'Wa-wajah itu!' bahkan naluri pun tergoncang. Gigi yang sedikit terlihat
Baca selengkapnya
72. Terpana
Mario menghela napas panjang setelah berdebat dan berpikir panjang. "Nona, aku harus membicarakan ini dengan manajermu. Jika memang diperbolehkan, maka kau bisa bergabung dengan kami. Ini keputusan final." Menatap Zara tanpa ampun seakan tak ada celah untuk melubangi tekad itu. Zara pun merasa sedih. "Kau tidak bisa membantuku secara pribadi? Meskipun kita satu negara?" 'Manajer dari mana? Aku harus bersusah payah meyakinkan pihak agensi kalau begini,' pikir Zara. Giginya mengetat kala bibir itu tertutup. Mario menggeleng ringan. Akhirnya Zara hanya bisa membuang napas pasrah akan hasil debatnya. "Baiklah, akan kubawa manajerku. Perusahaan ini melakukan sistem rotasi bumi, 'kan? Artinya selalu buka dua puluh empat jam. Aku akan datang nanti malam. Kuharap kau menungguku, Tuan! Terima kasih atas kerja kerasnya. Aku permisi!" 'Tidak boleh bertemu Presdir? Reon memang di Jakarta dan tentunya mustahil bisa bertemu dengannya, tapi karena itu Mario, nadanya sedikit memaksa. Karena R
Baca selengkapnya
73. Ketampanan Merusak Mental
"Huh! Sungguh disayangkan. Kau terpana dengan tahananmu sendiri? Nona Forin?" Mendengar teguran Reon yang begitu dalam membuat Forin tersentak. Laki-laki itu masih enggan membuka mata seolah masih tertidur tenang. Binar di netra Forin tetap terpancar walau tertampar kenyataan keras. "Apa dalam sekejap kau berpaling dari tunanganmu dan beralih padaku? Seperti sampah yang tidak tau diri." Bibir Reon terus melantunkan kata demi kata yang berujung menyakitkan hati.Forin berdecih. Dia sedikit memalingkan diri. "Setajam itu kah lidahmu, Raja Iblis?" Angin masih bertiup lirih membisikkan di seluruh pori-pori kulit bahwa malam semakin dingin. Forin menoleh ke segala arah mencari sumber celah. "Setiap malam gelap nan dingin selalu menyertaiku jika itu yang kau cari. Mengapa udara dingin bisa menembus dinding ini? Karena ada aku di sini," celoteh Reon menjawab pertanyaan Forin. Model itu tersentak mundur."Mustahil! Apa kau benar-benar Raja Iblis?" Raut wajah yang sangat ingin dilihat
Baca selengkapnya
74. Bom Waktu
Kabarnya polisi dan seluruh anggota rumah Reon telah bekerja sama untuk menutupi kepergian Zara. Tentu saja Alexa yang mengaturnya. Saat ini, laboratorium kehilangan keseimbangan. Akibat dari ketidakadaan CEO mereka, banyak formula yang salah dan racikan tidak sempurna. Mereka khawatir. "Di pojok sana! Bagian belakang tempat sampah dan kebun Lavender! Jangan lupa sisi kanan tempat pembuatan parfum tersebar banyak di sana. Cepat bereskan semuanya! Kita tidak punya banyak waktu!" Alexa menunjuk segala arah mengerahkan pasukan penjinak bom waktu untuk mengambil bom yang merekat di berbagai benda tanpa sepengetahuan dirinya dan para pekerja. Bahkan CCTV tidak bisa merekam sang pelaku. "Jangan ada yang berisik! Tetaplah bekerja dengan tenang! Kemungkinan besar kita sedang diawasi. Jika mereka tau kita menemukan bomnya, maka mereka bisa memasangnya lagi diam-diam. Kemungkinan yang lebih parah, rencana yang lebih besar akan terjadi!" Seruan Alexa menggema di dalam ruangan. Terpaksa m
Baca selengkapnya
75. Keinginan Forin dan Sisi Lain Reon
"Baiklah, kau bisa bekerja besok. Aku akan bicara dengan Alexa. Bagaimana pun juga dia harus mengetahuinya." Manajer baru Zara berhasil bernegosiasi dengan Mario. Zara teramat senang sampai meninju udara. Namun, karena manajer muda itu ingin bicara dengan Alexa, Zara menghela napas panjang. Mereka masih di depan ruangan Mario tanpa lalu-lalang orang. "Aku tidak ingin mengganggunya. Bisakah kau jangan beritahu Alexa?" memberi tatapan memohon. Orang itu tersentak. "Tapi kenapa?" Zara mengendikkan bahu dan mengangkat tangan ke samping. "Dia pasti akan memarahiku karena aku semena-mena. Ayolah, kumohon!" Lagi dan lagi membuat permohonan dengan wajahnya yang manis penuh kasihan. Alhasil manajer itu menyerah. Zara pergi dengan senyuman puas. Dia bisa istirahat di hotel sampai pagi. "Hah, mudah! Sudah kuselesaikan, 'kan, Bastian? Besok aku akan mencari Reon melalui Mario sendiri. Ngomong-ngomong, di mana dan bagaimana dia sekarang?" Pandangannya meredup menatap langit-langit. Ber
Baca selengkapnya
76. Belum Saatnya Menggapai Tuan
Malam yang begitu panjang pun berlalu. Pukul satu dini hari, di saat seluruh Tokyo diselimuti langit gelap berbintang, banyak menimbulkan kekacauan. Kejadian di kamar kurungan Reon membuat celah besar di dada Forin. Gadis itu ketakutan setengah mati membayangkan ancaman Reon terjadi. Dia lari menemui Mario ingin meminta tolong. "Mario! Dia gila! Reon mau membunuhku! Dia sudah gila!!!" teriaknya setelah bertemu Mario.Lalu, nasib Reon tetap terkulai lemas di ranjang dengan sebelah rantai borgol yang telah lepas. Dia hanya butuh menunggu beberapa waktu saja untuk pulih dan dapat melarikan diri. "Dia mengancamku, tapi aku takut sekali! Seakan yang mengancamku bukanlah manusia, tapi benar-benar iblis! Reon mengerikan! Aku tidak bisa mendekatinya walau seujung jari!" Menggeleng tak karuan di depan Mario yang sibuk dengan laptop. Tidak memperdulikan ocehan Forin yang bahkan tubuhnya bergetar. "Tidak! Tidak mungkin! Kenapa tidak bisa diledakkan?!" Mario panik dengan jari menari di at
Baca selengkapnya
77. Kondisi Jakarta
Pagi yang cerah dalam tekanan darah normal. Akhirnya Ryo bisa bernapas lega. Dia mendatangi rumah Reon, tetapi penjagaan begitu ketat sehingga dirinya diusir. Keganjalan pun menghampiri. Berkacak pinggang di depan gerbang istana Reon yang tertutup. "Sepi sekali, seperti tidak berpenghuni. Tidak ada pelayan istana yang berseliweran. Pos penjaga ini juga terasa senyap. Apa hanya perasaanku saja?" Gumaman yang memicu prasangka buruk. Niatnya ingin menemui Zara, sekadar ingin bicara tentang perusahannya, dengan kata lain pamer.Ryo berdecak dan berbalik pergi. "Tanpa bantuannya pun aku bisa mendirikan namaku lagi." Entah mengapa kaki membawanya berhenti di gedung tinggi terharum di seluruh sudut negeri.Kantor utama Reon Varezan Dailendra. Hanya melihat bangunan itu saja membuatnya kesal. "Astaga, aku seperti orang gila yang tidak ada pekerjaan. Kenapa harus kemari?" Suaranya memberat ketika akan pergi. Namun, tidak sengaja bertemu Bastian yang hendak memasuki gerbang kantor.Ba
Baca selengkapnya
78. Mario dan Reon
Dentuman sepatu menggema dari luar pintu. Alis Reon menyatu mendengarnya. Dia bisa merasakan kehadiran dua orang dari jarak jauh. 'Laki-laki? Selama ini hanya Forin yang mendatangiku. Apakah dia membawa Mario?' pikir Reon dalam.Efek suntikan semalam telah lenyap. Reon bisa melarikan diri kapan saja, tetapi dia menantikan permainan sampai akhir. Lalu, pintu terbuka dan ditutup dengan cepat. Reon membuka matanya. Bergerak melirik dua sosok yang ditelan kegelapan kamar. "Apa kabar, Temanku? Senang bertemu denganmu lagi." Laki-laki itu tertawa setelah berbicara.Reon berkedip pelan. "Mario?" "Iya, benar! Ini aku, kawan lamamu. Aku senang kau masih mengenalku." Tangan Mario terbuka lebar seolah menyambut hangat.Mungkin juga menghina mengatakan kebenaran bahwa Reon tidak akan bisa menjabatnya karena terbaring terantai di ranjang. "Pengecut dunia busana? Ah, aku selalu mengingat daftar nama pecundang yang menjadi sampah bisnisnya sendiri," jawab Reon tanpa minat. Seketika senyum M
Baca selengkapnya
79. Terlampau Ekspektasi Zara
Forin menghampiri Reon teramat bingung. Ketika angin memasuki ventilasi udara, tercampur dengan pendingin ruangan, maka semakin memabukkan dan pusing. Forin menarik napas panjang dan memberanikan diri menyentuh ujung rambut Reon. "Aku harus mandi bunga tujuh rupa setelah ini." Tiba-tiba Reon berbicara demikian membuatForin tersentak dan menarik tangannya. "Apa aku sekotor itu?" meneleng tersinggung. "Tidak lebih dari lalat yang hinggap kesana-kemari," jawab Reon sarkas.Forin berdecih dan berdiri. Melipat tangan di dada sombong. "Mario menyerahkanmu sepenuhnya padaku, jadi jangan sok berperilaku seperti penguasa di sini. Ini bukan rumahmu, bukan daerahmu. Terserah aku ingin melakukan apa padamu. Kau tidak boleh menolaknya." Reon pun menatap Forin tajam. Tetap sama, tatapan itu seakan menembus sukma. Dia dibekukan. "Coba saja jika berani."Tantang Reon membuat dada Forin bergemuruh. "Kenapa? Kenapa sulit sekali mendekatimu? Intimidasi macam apa yang kau miliki? Meskipun aku
Baca selengkapnya
80. Strategi Pertarungan Melawan Mario
Merah muda tersebar di mana-mana. Harum bunga mendadak menyeruak ke seluruh ruangan kala pintu itu terbuka. Sontak orang-orang yang mencari Zara di depan ruangan itu menepi. Kaki Zara mulai melangkah. Sang manajer tidak bisa menghentikannya. Hanya berdiri dengan tangan yang tertahan di udara. "Reon." Satu kata yang keluar bertepatan dengan langkah pertama. Gadis itu hanyut dalam imajinasi cinta. "Heh? Kenapa dia?" "Ada apa dengannya?" Pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dari setiap bibir orang-orang yang mencarinya. Tidak peduli akan segalanya, Zara hanya fokus dengan binar yang berbeda. Tujuan dari sorotan mata itu hanya satu, yaitu rencananya. Hampir saja pergi dari agensi untuk mencari Mario, tetapi hatinya mengetuk sehingga Zara sadar. "Eh? Tunggu sebentar! Jangan terburu-buru. Sshhh, sepertinya aku bisa memanfaatkan situasi ini." Di ambang pintu masuk dia mengetuk dagu. Lalu, pindah ke kursi taman untuk menikmati waktu sendirian. "Hmm, kondisi menjadi tidak stabil. Ak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status