Semua Bab Dikira Miskin Saat Menghadiri Hajatan Tetangga: Bab 41 - Bab 50
70 Bab
Hamil kah?
Keluar dari ruangan, mata ketiga manusia beda generasi itu terlihat sembab. Ibu segera mendekat, dipeluknya tubuh Maya yang dirasa sedikit berisi beberapa hari belakangan. Bapak membuang muka, hal seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Pernah, di awal-awal tahun pernikahan Maya dan Abian, anak menantunya itu kerap menangis setelah periksa ke Dokter yang ternyata hasilnya adalah zonk. Rahim Maya masih saja kosong bahkan setelah banyak sekali resep dokter, saran, dan ramuan nenek moyang yang sudah Maya konsumsi."Tidak apa-apa, jangan bersedih," ucap Ibu dengan suara bergetar. Dipeluknya Maya semakin erat membuat menantunya itu semakin mengeraskan tangisannya. Siapa sangka ... hubungan yang hampir meregang karena ulah Sarah ternyata sekarang keduanya semakin dekat seperti ibu dan anak kandung. "Lagipula kedatangan kita ke Dokter memang untuk memeriksakan kesehatan kamu kan?"Maya mengangguk tanpa menghentikan tangisnya. "Bu ....""May, Ibu tidak masalah sekalipun kalian berdua bel
Baca selengkapnya
Ada apa dengan Eti?
"Mbak Hesty serius?" tanya Maya. "Tau kan ART? Ehm, maksutku ... yakin mau jadi ART di rumahku, bukannya ....""Yakin lah, Mbak Maya," sela Hesty cepat. "Lagipula aku sama suami lagi kehilangan pekerjaan.""Takut kena razia lagi ya, Hes?" sahut Bu Hanum julid. "Pindah tempat saja sih, Hes, sayang loh ... pasti kamu sudah berbakat sekali menjadi peminta di jalanan."Hesty melengos. Paham sekali dengan sindiran yang tengah di lontarkan oleh Bu Hanum."Jangan ikut campur deh, Bu Hanum!" seru Hesty kesal. "Bukannya ikut campur, tapi aku ini lagi kasih saran. Sayang loh, itu bakat terpendam yang nggak semua orang mampu. Apalagi sampai bisa menahan malu di depan banyak orang. Mengemis sambil bawa anak padahal sendirinya dan suami masing-masing punya kaki tangan lengkap, sehat wal afiat. Pokoknya nggak semua orang bisa kehilangan rasa malu seperti kamu, Hes ...."Dada Hesty naik turun. Napasnya memburu melihat beberapa tetangga ikut cekikikan di belakang Bu Hanum. Jelas sekali tetangga samp
Baca selengkapnya
Penyesalan Bu Saroh
Para tetangga berhamburan keluar mendekati Bu Saroh yang histeris di depan rumah. Tanpa peduli dengan adanya Hesty, Abian dan Bapak turut berlarian mendekati keributan yang sedang terjadi.Hesty berkacak pinggang. Bibirnya mengerucut melihat Sang Empunya rumah berlari ke arah lain tanpa peduli padanya yang hendak bekerja."Eh, Mbak Maya!" teriak Hesty. "Aku mau kerja hari ini, apa yang harus aku kerjakan sekarang?"Maya menghela napas kasar. Dia mendorong tubuh Hesty agar sedikit keluar dari pagar dan berkata. "Maaf, Mbak. Kami sudah dapat ART. Kan kemarin aku sudah bilang kalau mau rundingan dulu sama Mas Abian. Kenapa Mbak Hesty tiba-tiba datang dan mau kerja? Aku kan belum bilang iya," ucap Maya panjang lebar. Hesty menatap Maya dengan nyalang. Kedua tangannya berkacak pinggang sembari berdiri pongah di depan pagar rumah Maya."Keterlaluan ya kamu, Mbak! Kemarin melas-melas mau cari ART, giliran aku menawarkan diri eh malah bilang sudah dapat. Kamu nggak punya hati ya!" hardik Hes
Baca selengkapnya
Ternyata Pak RT...?
Jenazah Eti dibawa ke Rumah Sakit untuk diperiksa lebih lanjut sementara pihak kepolisian mulai menyelidiki tiap sudut rumah. Bahkan Bu Saroh pun tidak lepas dari todongan pertanyaan pihak kepolisian."Terakhir Mbak Eti keluar rumah kapan, Bu?""Tadi malam, Pak. Sebelum pergi dia pamit mau bertemu teman lama katanya. Tapi ... nggak tau teman yang mana," tutur Bu Saroh sedih. "Hampir jam 2 malam dia baru pulang, itupun langsung masuk kamar dan ... dan pagi ini waktu mau kubangunkan ternyata ... dia sudah tergeletak di bawah ranjang."Maya mengusap-usap lengan Bu Saroh. Pun dengan Bu Puji, wanita paruh baya itu turut menenangkan tetangganya. "Apa ponsel Mbak Eti sudah Ibu amankan?"Bu Saroh menggeleng. "Sepertinya masih ada di dalam kamar."Salah satu pihak kepolisian menggeleng samar ke arah atasan mereka. "Teman saya bilang, tidak ditemukan ponsel di TKP, Bu. Kemungkinan besar ada yang sudah mengambilnya."Semua warga yang ada seketika heboh. Pasalnya, dari penyelidikan polisi, kemat
Baca selengkapnya
Kesedihan Bu Saroh
"Coba ulangi lagi mulutmu itu bicara apa, Sur?" Suara Bu Saroh meninggi. Bahkan wanita paruh baya itu berbicara tanpa embel-embel "Bu" seperti biasanya."Eh, eh ... kenapa marah, Bu Saroh? Aku ini bicara fakta loh. Nggak mungkin Eti sampai bunuh diri kalau punya iman."Plak ...!!!Satu tamparan mendarat dengan sempurna di pipi Bu Sur. Sorot mata Bu Saroh menguliti Ibu dan anak yang setiap hari seolah tengah mencari keributan dengannya. Dadanya bergemuruh. Napasnya tersengal mendengar tetangganya menghina putrinya padahal jelas-jelas Eti sudah meninggal."Apa-apaan kamu, Bu Saroh!" teriak Bu Sur tidak terima."Kau yang apa-apaan! Untuk apa datang kesini kalau hanya ingin menghina mayat Eti, hah?"Dada Bu Saroh naik turun. Cekalan tangan Maya dan Bu Puji seakan tidak membawa pengaruh apapun untuk kemarahannya kali ini."Mulutmu yang bau itu boleh menghinaku, Sur! Tapi harusnya kamu tau ... Eti sudah meninggal, pantas kah kamu menghakimi kematian anakku, hah?"Bu Saroh tidak bisa menahan
Baca selengkapnya
Narkoba?
"Mau juga dong kayak Bu Saroh, menantunya korupsi, anaknya jual diri sampai mati, eh sekarang justru ditampung sama Mbak Maya. Mbak Maya nggak takut kalau Bu Saroh bawa sial?"Hesty yang sedang bermain tik-tok di depan rumah melirik sinis ke arah Bu Saroh yang berdiri di samping Ibu. Pagi ini, mereka berencana pergi ke Pasar Gede untuk menyiapkan acara tiga bulanan kehamilan Maya."Nggak dingin pakai baju kurang bahan, Mbak Hes?" tanya Maya mengalihkan pembicaraan. "Itu bulu ketek lebat amat kayak hutan Kalimantan. Kalau mau pakai tangtop minimal bulu ketek di cukur lah, Mbak."Hesty mengapit kedua tangannya rapat. Bibirnya cemberut karena Maya menghina keteknya di depan banyak orang. Apalagi Bu Hanum dan Dahlia yang sejak tadi membersihkan rumput-rumput di depan rumah seakan-akan enggan beranjak dari tempatnya. "Jangan body shaming deh!" gerutu Hesty kesal. "Ingat, situ lagi hamil loh!"Maya mati kutu. Ucapan seperti itu selalu saja membuatnya tidak bisa berkutik. Adat di kotanya ma
Baca selengkapnya
Penyesalan Terdalam
Dahlia menutup mulutnya yang hampir menyemburkan tawa. Bagaimanapun, sedikit banyak sikapnya sudah mulai berubah sejak tidak bergaul lagi dengan Bu Sur. Pun Bu Hanum, wanita paruh baya yang masih terlihat segar itu mulai jarang memperlihatkan ke-julid-annya. Fix, bobrok Perumahan Citra Kencana memang terletak pada Bu Sur. Andai saja Ibu dari Hesty itu bisa menjaga mulut, bisa dipastikan para tetangga hidup saling berdampingan tanpa menghinakan. "Eh, dibantu ayo, ibu-ibu!" ucap salah seorang polisi. Kentara sekali tingkahnya yang kikuk ketika hendak membantu Hesty yang saat ini terbaring pingsan di depan rumah. "Kok malah bengong. Ayo dong, ditolong tetangganya!"Dahlia, Bu Hanum, Bu Saroh dan Ibu segera mengangguk cepat. Tapi suara Maya menghentikan langkah empat wanita yang sudah bersiap di depan tubuh Hesty."Pak, daripada empat ibu-ibu ini menggotong tubuh Mbak Hesty, bagaimana kalau Bapak saja yang mengangkatnya masuk ke dalam rumah. Tenaga empat wanita setara dengan satu pria p
Baca selengkapnya
Kompor Meleduk
"Rey, jangan mengambil keputusan disaat emosi," tegur Bu Sur. Kekejaman mulut yang selama ini kerap ia lontarkan di depan banyak orang seketika menguap begitu saja. Bu Sur tidak berdaya menghadapi permasalahan yang terjadi apalagi rumah yang mereka tempati kini berada dalam pengawasan Bank. "Kamu tau kan, Rey, kalau rumah kita dalam pengawasan Bank. Kalau kamu dipenjara, bagaimana Ibu bisa bayar cicilan rumah?"Reyhan menarik ujung bibirnya sinis. Sejak dulu sampai kini, ia hanya dianggap sebagai mesin uang, bukan menantu apalagi anak sendiri. "Gampang, Ibu suruh saja anak Ibu yang cantik itu untuk jual diri," dahut Reyhan enteng. "Bukankah dia cantik, tidak sulit baginya untuk memikat pria-pria hidung belang.""Jaga mulutmu, Mas!" bentak Hesty. "Aku masih punya harga diri, kau pikir aku se-hina itu, hah?!"Bu Sur lagi-lagi mengurut kening yang makin terasa pening. "Rey, pikirkan anak kalian. Dia masih bayi, masih butuh orang tua lengkap.""Ibu ini kenapa sih?" gerutu Hesty tidak sen
Baca selengkapnya
Adu domba
"Mbak Hesty yakin kalau Bu Saroh bilang begitu?" Maya pura-pura terkecoh. "Siapa tau kamu salah dengar, Mbak," ucapnya lagi."Aku ini masih muda, Mbak Maya, mana mungkin salah dengar. Nih buktinya aku bela-belain keluar tenaga buat bantu acara syukuran tiga bulanan kamu. Sekarang kamu tau kan, Mbak, bedanya memperkerjakan ART muda sama ART tua," katanya menggebu-gebu.Maya manggut-manggut menatap wajah Hesty yang nampak sekali puas menghasut dirinya. "Bu, Bu Saroh!" Bu Saroh yang terlihat mondar-mandir di ruang tamu pun menoleh. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Maya dan menelisik Hesty yang berdiri pongah di samping majikannya. "Ada apa, Mbak? Apa suguhannya kurang?" tanya Bu Saroh. Maya menggeleng. "Bu Saroh dari mana saja?"Bu Saroh kaget. Untuk pertama kalinya Asisten Rumah Tangga Maya itu terlihat pucat sebab suara majikannya yang terdengar ketus."Ini kenapa Mbak Hesty dibiarkan bantu-bantu, Bu? Dia tamu loh," ucap Maya. "Loh, anu ... eh, saya ....""Mbak May, sudah ja
Baca selengkapnya
Siapa Pencurinya?
Keesokan harinya... "Hes ... Hesty!"Hesty yang baru saja bangun dibuat kaget dengan teriakan Sang Ibu. "Hesty, bangun!" teriak Bu Sur lagi.Dengan langkah malas dia membuka pintu kamar dan mendapati Sang Ibu sudah berdiri dengan rambut acak-acakan serta kedua matanya sembab."Ada apa sih, Bu?" Hesty menggerutu. "Ini masih pagi loh!""Pagi gundulmu!" hardik Bu Sur marah. "Anak orang lain sudah pada berangkat kerja tapi kamu malah baru bangun. Ingat, Hes, sekarang kamu sudah nggak punya suami, siapa yang mau nanggung semua biaya kamu sama anakmu itu!" "Ck!" Hesty berdecak. "Kenapa teriak-teriak, cuma mau bangunin aku dan ngingetin kalau aku harus kerja karena sudah nggak punya suami?"Bu Sur seketika mengingat tujuannya. "Bukan, Hes! Itu ... itu ... kalung sama gelang ibu ... hilang!""Hah?!""I-- iya. Hilang!""Ibu nggak salah naruh kan?" selidik Hesty. "Mungkin ada di lemari.""Justru itu, semua perhiasan memang selalu ada di dalam lemari, Ibu sudah jarang pakai karena takut diambi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status