All Chapters of DENDAM SANG PEWARIS: Chapter 41 - Chapter 50
127 Chapters
Bab. 41
"Menurut Papa? Apakah aku tidak pantas untuk marah padanya? Dia menghinaku di depan kalian dan kalian hanya diam saja. Lalu ... untuk apa bertanya padaku lagi?" Erlangga berkata dengan dingin. Prabujaya terpaku. Kata-kata Erlangga memberikan pukulan yang hebat untuknya."Papa minta maaf, Er. Papa tidak bisa menahannya.""Tentu saja! Itu karena aku memang bukan siapa-siapa buat Papa. Aku memang anak haram! Ya, aku ini anak haram! Aku sudah dengar itu sejak dulu." Erlangga tiba-tiba meledak. Dia tidak mampu untuk menahan rasa sakit di hatinya.Dulu dia tidak perduli dengan kalimat itu karena tidak memahami artinya.Kini, saat dirinya sudah mengetahui segalanya dengan jelas, kalimat itu adalah sebuah penghinaan baginya.Wajah jika dia marah!Hati Prabujaya teriris mendengar kata--katanya."Maafkan Papa, Er. Papa akan menebus semua kesalahan Papa padamu," ucap Prabujaya dengan tulus. "Katakan saja apa yang harus Papa lakukan untuk menebusnya."Erlangga memutar bola matanya sambil terseny
Read more
Bab. 42
"Siapa yang datang bersama Tuan Prabujaya itu? Apa kalian pernah melihat dia sebelumnya?""Aku pikir itu adalah putranya.""Apa itu mungkin? Apakah dia yang dikatakan putra kedua dari keluarga Pamungkas?""Aku pikir begitu. Jika tidak, bagaimana mungkin mereka bisa datang bersama. Lihatlah, anak itu terlihat lebih tampan dari Pak Rangga?""Yang anda katakan benar. Aku seperti pernah melihatnya di suatu tempat. Sayangnya aku tidak mengingatnya."Orang-orang itu saling menimpali. Mereka berdecak kagum, sekaligus mengatakan hal-hal yang tidak enak didengar."Apa kalian pikir mereka bersaudara? Mereka sama sekali tidak mirip.""Benar kah? Tapi dia sangat mirip dengan Tuan Prabujaya.""Aku pikir akan ada perebutan kekuasaan di perusahaan ini. Lihat saja Nyonya Liana, dia bahkan tidak memperdulikan mereka berdua.""Ya, aku pikir juga seperti itu."Suara-suara sumbang masih terus terdengar di ruang pertemuan.Daniel menghela napasnya panjang karena merasa terganggu. Dia ingin menghentikan me
Read more
Bab. 43
"Apakah kau ingin pergi juga? Pergilah sekarang jika kau tidak ingin tetap berada di sini!" ucap Prabujaya dengan dingin pada Rangga.Alih-alih mengikuti Liana, Rangga memilih untuk tetap duduk di kursinya meski harus menahan malu.Dia mengatur napasnya dan berusaha untuk tetap tenang.Dia tidak ingin Prabujaya sampai mengusirnya keluar dan berakhir dengan tidak mendapatkan apa-apa."Aku tetap di sini," kata Rangga datar. "Karena aku masih memiliki tanggung jawab atas perusahaan ini." Dia melanjutkan.Prabujaya kemudian menjawab, "Baiklah, terserah padamu."Pria paruh baya itu memandang semua orang, kemudian kembali berbicara, "Mulai hari ini aku memerintahkan Rangga untuk membantu Erlangga. Dia akan mempelajari semuanya darimu, karena itu bekerja samalah dengan baik. Daniel akan ikut mengawasi untuk mengetahui sampai sejauh mana perkembangan Erlangga.""Oke, terserah Papa saja." Rangga menghela napas dengan pelan."Sementara itu, semua manager di perusahaan cabang akan tetap bekerja
Read more
Bab. 44
"Dimana Erlangga? Apa kau melihatnya?" Prabujaya bertanya pada Daniel saat menyadari putranya belum terlihat sejak mereka meninggalkannya di depan pintu ruang pertemuan pagi tadi.Daniel menggeleng pelan sambil berkata, "Tidak. Mungkin Tuan Muda sedang bersama Tuan Rangga di ruangannya. Atau bisa saja dia sedang duduk di kantin untuk makan siang."Prabujaya meletakkan laporan itu di atas meja. Sambil menghela napas, dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya"Aku ingin kau mengawasi Erlangga secara langsung. Aku sangat berharap agar dia bisa segera mengelola perusahaan ini bersama Rangga. Aku sudah cukup berjuang membangun perusahaan ini dari nol, dan sekarang aku ingin beristirahat dan menikmati masa tuaku."Kening Daniel berkerut.Dia jelas-jelas mengenal seperti apa watak kedua putra Prabujaya. Dan dia pesimis bahwa mereka dapat bekerja sama."Saya pikir, ini terlalu terburu-buru. Tuan Rangga bahkan belum mampu menyelesaikan masalah gagal produksi dan gagal kirim tahun ini. Belum
Read more
Bab. 45
Alex segera mengunci pintu kamar untuk mencegah siapa saja untuk masuk.Dia menarik kursi dan duduk di samping ranjang sesuai perintah Erlangga.Er bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidurnya."Apa kau sudah berhasil menemukan mobil itu?" Erlangga mulai bertanya dengan suara rendah.Alex mendekatkan tubuhnya sambil berkata, "Kami masih belum menemukannya. Tapi kami sudah dapatkan informasi pemilik dari plat nomor itu."Wajah Erlangga langsung berkerut. Ini bukan kabar baik untuknya karena petugas polisi itu juga pasti telah mengetahui hal itu sebelum mereka."Itu tidak ada artinya. Kau harus temukan dimana mereka menyimpannya. Itu akan jadi salah satu bukti kuat yang kita miliki," tegas Erlangga. "Karena kita tidak mungkin temukan benda yang mereka gunakan saat itu. Itu sudah lama sekali dan mereka pasti telah membuangnya entah dimana," sambung Erlangga lagi. Wajahnya terlihat murung."Jangan khawatir. Kami pasti akan bisa menemukannya. Saya sudah membuat rencana lain agar m
Read more
Bab. 46
"Apa kau sudah tahu? Anak sial itu kini sudah berani menantangku."Nyonya Liana melempar tasnya dengan asal di atas meja lalu menjatuhkan badannya di sofa.Wajahnya berkerut, jelas terlihat kesal pada seseorang."Benarkah? Bagaimana bisa? Apa kau bertemu dengannya lagi?""Tentu saja, dia sangat berani karena pria tua itu ada bersamanya tadi. Dia bahkan berani berbicara dengan angkuh dan mencoba mempermalukanku di hadapan semua orang."Liana mendengus. Rasanya dia ingin berteriak kencang untuk meluapkan emosinya.Mendengar kata-katanya, Jhon maju mendekat dan berdiri di belakangnya.Dia memberikan pijatan lembut di pundak Liana yang tegang."Sudah aku katakan, jauhi dia! Kenapa kau tidak mendengarkanku? Dia sedang menggiringmu untuk menjebakmu, Liana Sayang. Kenapa kau masih tidak mengerti juga? Kau seharusnya sembunyi darinya," jawab Jhon.Liana membelalak."Apa? Sembunyi? Dan membiarkan dia menyingkirkan putraku dari sana? Jhon, apa kau sudah gila?"Liana segera kehilangan kehangatan
Read more
Bab. 47
Mobil SUV hitam itu melaju meninggalkan komplek River Villa.Rombongan pengawal itu bertemu dengan segerombolan orang yang sedang mengelilingi sebuah mobil yang tampak terguling di tengah jalan.Letaknya tidak begitu jauh dan jarak mereka hanya sekitar dua kilometer dari pintu masuk menuju kompek River Villa. Namun, pengawal itu hanya melihat semuanya dari dalam mobil dan tidak berniat untuk memeriksanya.Mereka pikir itu hanyalah seorang pengemudi mabuk yang menyetir dengan ugal-ugalan.Oleh karena itu, mereka memilih untuk tidak ikut campur di dalamnya.Supir membawa mobil SUV hitam itu segera pergi dari sana.***Daniel tersadar dan merasa dia tidak sedang baik-baik saja sekarang.Dia tidak bisa menyembunyikan ketakutannya ketika mendapati dirinya terjepit di kursi pengemudi. Sementara orang ramai bergerombol di luar dan melihatnya dengan wajah panik.Beberapa orang laki-laki berusaha untuk membuka pintu mobil dengan paksa.Saat mereka telah berhasil membukanya, orang-orang itu se
Read more
Bab. 48
Tuan Prabujaya memperhatikan putranya dengan seksama ketika Erlangga baru saja tiba di rumah.Er menghempaskan tubuhnya di sofa, di samping ayahnya yang sedang duduk santai seorang diri.Saat ini, kepala pelayan serta Nyonya Helen tengah berada di bagian belakang rumah.Tempat itu adalah sebuah sebuah bangunan terpisah yang disediakan oleh Prabujaya bagi seluruh pegawai yang bekerja di rumah besar."Bagaimana keadaannya? Aku dengar lukanya sangat parah," tanya Prabujaya penasaran."Hm ... itu benar. Tapi dia memaksa untuk bangun dan duduk saat aku datang tadi." Er menghela napasnya.Mendengar hal itu, Prabujaya lantas berdecak kesal."Ck ... untuk apa memaksakan diri seperti itu? Dia memang bodoh! Aku menyuruhnya untuk mengawasi dan juga menjagamu, justru sekarang malah harus terbaring karena kecerobohannya sendiri."Er terpana. Ayahnya sedikit pun tidak menunjukkan sikap empati pada orang yang begitu setia di sisinya."Pa, seberapa penting Paman Daniel untukmu?"Prabujaya tercengang.
Read more
Bab. 49
Pukul 07.30 pagi.Erlangga mengenakan stelan jas hitam yang telah dipersiapkan oleh Nyonya Helen untuknya.Tidak seperti biasanya, hari ini Erlangga tampak lebih bersemangat untuk pergi ke kantor bersama ayahnya.Meskipun sebelumnya dia juga terlihat antusias, tapi hari ini terasa berbeda.Er merangkul Nyonya Helen saat keluar kamar. Mereka berjalan bersama hingga ke meja makan."Ada apa denganmu hari ini? Kamu seperti orang yang berbeda," kata Prabujaya."Benarkah? Tapi aku masih terlihat sama. Mungkin karena hari ini aku terlalu bersemangat untuk mulai belajar bagaimana nengelola Prabujaya Indistry," jawab Erlangga asal."Itu bagus. Pertahankan semangatmu!"Er menjawab, "Itu pasti." Senyum tipis membingkai wajahnya.Erlangga langsung melahap makanan di piringnya dalam sepuluh menit.Dia tidak ingin membuang waktu. Masih ada hal lain yang harus dia persiapkan.Sampel milik ayahnya.Er memutar otaknya, mencari cara untuk mendapatkan sesuatu sebagai dasar.Dia diam-diam memperhatikan P
Read more
Bab. 50
"Ada apa ini? Kenapa kalian juga ada di sini? Apa yang sedang kalian rencanakan sebenarnya?" Liana tampak gelisah."Jangan pura-pura tidak tahu. Saat kau datang bersama Rangga, seharusnya kau sudah tahu apa tujuan kalian. Kenapa malah balik bertanya?" Prabujaya terlihat tidak senang. Dia merasa bahwa Liana sedang bersandiwara di depannya."Apa maksudmu? Aku memang tidak tahu apapun. Bisakah kalian memberitahu aku sekarang, untuk apa kita berkumpul di rumah sakit ini? Apa ada yang sakit?" Liana memutar bola matanya, menatap ketiga pria di depannya berharap akan ada penjelasan yang masuk akal.Lelah dengan tingkah Liana, Prabujaya memilih untuk pergi dari sana."Aku harus ke kantor sekarang. Selesaikan semuanya dengan cepat dan segera datang ke kantor. Kalian berdua harus segera kembali untuk bekerja." Prabujaya langsung berjalan pergi meninggalkan mereka. Dia tidak pernah menoleh ke belakang.Liana melirik putranya dan mulai bertanya padanya, "Ada apa ini, Rangga? Bisakah kau menjelask
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status