All Chapters of Suami Gangster sang Ustadzah: Chapter 11 - Chapter 20
56 Chapters
Bab 11
Ronald dan Aisyah kini sudah berada di depan gerbang pesantren saat Ronald memegang kedua bahu istrinya itu. "Aisyah dengarkan aku, musuh-musuhku pasti akan segera berdatangan setelah mendengar kabar kematian Dany dan Dion Ferguson. Jika kita terus tinggal di pesantren ini, Umi Nayla dan Kiyai Sulaiman pada akhirnya akan menjadi target oleh musuh-musuhku. Kita harus pindah dari tempat ini secepatnya." Ronald mencoba meyakinkan Aisyah akan hal ini. Aisyah yang masih sangat syok kini tidak bisa mencerna dengan baik apa yang Ronald katakan. Ia hanya diam dengan ekspresi wajah datar. Sebenarnya Aisyah merasa takut akan suaminya itu. Mengingat kejadian saat di Villa. "Sekarang kau masuk ke dalam dan kemas semua barang-barang kita, besok pagi kita akan pergi setelah pamit dengan Umi Nayla dan Kiyai Sulaiman. Sementara aku akan pergi untuk mengurus sesuatu." ucap Ronald. Aisyah kemudian masuk ke dalam pesantren milik Abahnya itu. Tampak Ronald memantau istrinya, saat dirasa istrinya suda
Read more
Bab 12
Ronald hanya tersenyum ketika melihat Umi Nayla dan istrinya sedang sholat. Selesai sholat, Umi Nayla terkejut melihat Ronald yang ternyata sudah bisa berdiri. "Ronald? Kau sudah bisa berdiri?" ucap Umy Nayla yang sangat terkejut. Ronald kemudian hanya bisa tersenyum menanggapinya. "Yah, aku memang sudah bisa berdiri sekarang." ucap Ronald. Umi Nayla sangat senang mendengarnya. Jika Ronald sudah bisa berdiri, maka itu berarti putrinya sudah tidak perlu lagi merawat Ronald seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa saat setelahnya, pukul 06.00 pagi. Ronald, Kiyai Sulaiman, Umi Nayla, dan Aisyah sudah duduk di sebuah kursi. "Ronald, kenapa kau ingin pindah?" tanya Kiyai Sulaiman. "Aku sekarang sudah bisa berdiri, aku tidak ingin menumpang dan ingin menjalani kehidupanku sendiri bersama istriku." ucap Ronald. "Tapi..." "Tolong hargai keputusanku!" ucap Ronald lagi. Kiyai Sulaiman dan Umi Nayla kemudian saling menatap satu sama lain. Sebelum akhirnya menghela napas. "Lantas, kamu mau
Read more
Bab 13
"Bos, Tuan Ronald ternyata sudah bebas. Sekarang ini, ia sedang berada di kota Xudong." salah seorang sedang melapor kepada seorang pemuda tampan dengan tampang yang terlihat kejam. Pemuda itu bernama Ferdinand Sinaga, ketua Gangster Naga Hitam milik Ronald sebelumnya. Beberapa bulan setelah Ronald dipenjara, Ferdinand Sinaga yang mengambil alih Geng Naga Hitam dan perlahan mendapatkan pengakuan dan diangkat menjadi ketua gangster. "Sudah 10 Tahun, akhirnya Tuan Ronald keluar dari penjara." Ferdinand Sinaga, merasa sangat senang ketika mendengar kabar ini. Ia tersenyum dan berkata, "Siapkan penerbangan, aku akan segera pergi ke Kota Xudong." ***Sementara itu di kota Xudong!Ronald terlihat sedang membawa sebuah tas besar di belakangnya dan kedua tangannya membawa dua koper sedangkan Aisyah membawa satu koper kecil berwarna pink. "Ronald, kita mau kemana?" tanya Aisyah yang sudah mulai lelah berada di pinggir jalan terus menerus. "Tenang saja, hanya seratus meter lagi, kita akan
Read more
Bab 14
Ronald hanya bisa tersenyum pahit saat ia sedang duduk di kursi panjang yang terletak di sebuah taman kota-tidak jauh dari apartemen tempat tinggalnya. "Aku sudah berkeliling dan mencari pekerjaan yang halal, tapi tidak juga menemukan pekerjaan yang cocok. Uang yang diberikan kiyai Sulaiman tinggal sedikit, cepat atau lambat pasti akan habis." pikir Ronald yang merenungi nasibnya. Uang Ronald saat ini hanya tersisa 20 Juta setelah membayar biaya sewa apartemen selama 5 Tahun. Pada akhirnya, uang itu akan habis.Masih sedang duduk, seseorang sambil membawa balok kayu di tangannya kini menghampiri Ronald. Pemuda itu menunduk dan mensejajarkan kepalanya dengan Ronald. Kemudian, sebuah asap rokok menyembur keluar dari mulutnya membuat Ronald merasa kesal. "Hey anak muda! Berikan uangmu sekarang juga, atau aku akan memukuli mu." ucap si preman jalanan. Ronald kemudian menghela napas sebelum akhirnya menatap kepada preman amatir di depannya. "Siapa bos-mu sampai berani memalak'ku sepe
Read more
Bab 15
"Hm... kami memang menyediakan lowongan pekerjaan untuk posisi cleaning servis di rumah sakit ini. Jika tidak keberatan, kamu boleh bekerja sekarang." ucap salah seorang pemuda yang berada di depan Ronald.Ronald yang saat itu berada di dalam sebuah ruangan, sedang wawancara kerja kini merasa sangat senang. "Terima kasih, aku bersedia bekerja sebagai cleaning servis di rumah sakit ini. Kapan aku bisa bekerja?" tanya Ronald. "Kau ingin mengambil jam kerja malam atau jam kerja pagi?" tanya pemuda itu. "Jam kerja malam saja." ucap Ronald. "Baiklah, besok malam pukul 18.00 kamu datanglah ke rumah sakit ini!" ucap pemuda itu lagi. Ronald kini akhirnya keluar dari rumah sakit dengan wajah yang berbinar-binar. "Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan halal, setidaknya ini jauh lebih baik dari pada aku menjadi seorang mafia dan menjual narkoba seperti sebelumnya." batin Ronald. Ronald segera pulang untuk memberi tahu kabar baik ini kepada istrinya Aisyah. "Jika aku bekerja malam, mungkin a
Read more
Bab 16
Saat Aisyah sudah masuk ke dalam untuk melaksanakan shalat fardhu Maghrib, Ronald memilih untuk menunggu di luar saja. "Ronald, tidakkah kau ingin sholat? Sekali aja!" ucap Aisyah memohon. Namun Ronald tetap pada pendiriannya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya sholat, aku tidak hapal bacaannya." ucap Ronald dengan suara pelan agar tidak kedengaran orang lain. "Kau cukup ikuti saja gerakan imam nanti." ucap Aisyah. Karena sudah terlanjur masuk ke area masjid, ditambah Aisyah yang memaksanya ikut sholat, Ronald pun hanya bisa tersenyum kecut sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, tapi hanya sekali ini saja." Ronald kemudian segera masuk ke dalam saat Iqomah sudah dikumandangkan. Aisyah mengenakan mukena yang memang tersedia di masjid dan diperuntukkan untuk kaum wanita. Ronald kini bergabung dengan para jamaah lain, padahal dirinya belum berwudhu sama sekali. "Allahuakbar!" takbir seorang imam, kemudian diikuti oleh para jamaah. Sholat Maghrib pun kemudian dimulai. Ronald sempat me
Read more
Bab 17
Saat Ronald masih enak-enak tidur, tiba-tiba Aisyah membangunkannya. "Ada apa?" tanya Ronald. "Bukankah kau sudah berjanji kepadaku, akan berpuasa di bulan Ramadhan ini?" ucap Aisyah saat menatap suaminya masih di tempat tidur dengan ekspresi malas. "Ini kan masih jam 03.00 dini hari Aisyah, masa kamu sudah bangunin aja sih?" Ronald merasa kesal, sebab baru saja tidur, tiba-tiba dibangunkan."Yah, memang waktu sahur jam segini, Kok!" ucap Aisyah sambil melipat kedua tangannya di depan. "Hah?! Kalau begitu aku tidak perlu sahur!" ucap Ronald kembali memeluk bantal guling di sebelahnya, siap untuk tidur kembali. "Tapi, bagaimana jika kamu nantinya kelaparan karena tidak sahur?" tanya Aisyah, ia sekarang sudah duduk di samping Ronald sambil menggoyangkan tubuhnya. "Gampang, bukankah tinggal dibatalkan saja?" ucap Ronald tanpa menoleh dan tanpa membuka matanya. Aisyah terbelalak mendengar jawaban itu, benar-benar tidak masuk akal Ronald ini. "Aku bahkan sampai mau belajar masak de
Read more
Bab 18
"Aku adalah Mila Smith, orang yang waktu itu menabrak mu di Kota Asland. Aku dengar, kamu menderita lumpuh dan tidak bisa berjalan setelahnya." ucap Mila. "Bisakah kita bicara empat mata?" tanya Mila kemudian. Ronald mengangguk setuju. Mereka berdua kemudian segera pergi ke sebuah kafe untuk mengobrol. Para anak buah yang mengikuti Mila akhirnya disuruh pulang. "Jadi kamu yang menabrak ku? Kenapa waktu itu aku tidak melihat mu? Kau melarikan diri?" tanya Ronald. Ia memang tidak pernah melihat Mila sebagai orang yang menabraknya. "Aku tidak melarikan diri. Aku telah bertanggung jawab dengan membayar lunas semua biaya rumah sakit. Bahkan saat mendengar kamu lumpuh, aku tidak langsung pulang ke kota Xudong dan tetap menunggu mu di sana. Aku setiap hari memantau kondisi mu. Aku pun terkejut ketika mengetahui Kiyai yang kau selamatkan malah menikahkan putrinya yang seorang ustadzah kepadamu." ucap Mila. "Oh, jadi kau memantau ku selama ini?" tanya Ronald.
Read more
Bab 19
"Allahu Akbar Allahu Akbar!" Wajah Ronald berbinar-binar saat mendengarnya. Suara adzan Maghrib ini memang sudah sedari tadi ia nanti-nantikan. Bukan karena suara adzan yang merdu atau karena waktu sholatnya, namun karena waktu berbuka yang Ronald nantikan. "Hahaha, akhirnya aku berhasil melewati satu hari. Aisyah, ada apa saja sebagai menu buka kali ini?" tanya Ronald kepada istrinya dengan sangat bersemangat. Aisyah tersenyum bahagia, ia kemudian menunjuk ke arah meja makan. "Kau lihat saja sendiri, ada apa di sana." ucap Aisyah. Ronald kemudian memperhatikan ke arah meja dan menemukan dua porsi es teler. "Hanya, es itu saja?" Ronald seketika protes saat melihat hanya ada dua porsi es teler. "Iya, memangnya kenapa?" tanya Aisyah sambil buru-buru memberikan es teler itu kepada Ronald. Ronald yang sudah menegang es teler yang porsinya pun tidak banyak, kini merasa kecewa. "Ini saja? Bagaimana aku mau kenyang coba? Kamu mengerti
Read more
Bab 20
"Ferdi? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ronald. "Aku banyak berhutang pada Tuan Ronald, mana mungkin aku melupakanmu? Jika mau, Tuan Ronald bisa kembali menjadi ketua gangster Naga Hitam." ucap Ferdi. "Sayangnya, aku tidak akan pernah terjun ke dunia kriminal lagi. Aku akan menjalani kehidupan yang damai bersama istriku sekaligus memenuhi janji pada adikku." Ronald kemudian menyentuh pundak Ferdi dan kembali berkata, "Kumohon jangan mengusik hidupku lagi, aku sudah bisa menjalani kehidupan yang tenang sekarang ini." ucap Ronald. "Aku sudah menduga jawaban ini akan keluar dari mulut Tuan Ronald. Aku pun tidak bisa memaksa, hanya meminta satu permohonan saja." ucap Ferdi. "Ada apa?""Bisakah Tuan Ronald ikut bersamaku dan pergi ke suatu tempat? Ada orang yang sudah menunggu Tuan Ronald di sana." ucap Ferdi. "Tidak lama kan? Aku harus pergi menjemput istriku di masjid," ucap Ronald. "Tidak lama kok, hanya menemui orang itu saja. Setelahnya terserah pada Tuan Ronald." kata Ferdi
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status