All Chapters of Anak Yang Tidur Dengan Perut Lapar: Chapter 21 - Chapter 30
45 Chapters
Gagal Nikah
Aku menggeser posisi, menjauh dari Dian. “Aku hargai kejujuranmu, dan kesiapanmu menerima konsekuensinya. Terimakasih untuk semua itu. Kita masih bisa berteman. Itulah bentuk penghargaanku atas kejujuranmu,” ucapku dengan gemetar sambil melangkah mundur. Tak sangka niat untuk mengakhiri hubungan dengannya, terucap juga.“Fai, ap—apa maksudmu?” Dian bertanya untuk memastikan pernyataanku.“Aku tak bisa melanjutkan hubungan denganmu,” jawabku dengan yakin. Kemudian melangkah mundur perlahan.“Tapi, undangan sudah disebar. Dan bagaimana dengan hatiku?” Setiap aku mundur selangkah, Dian pun akan maju selangkah. Sehingga jarak diantara kami tetap sama.“Soal undangan, aku akan mengurusnya. Dan soal hati … kita urus masing-masing!” tegasku sambil mempercepat langkah ke pinggir jalan, melambaikan tangan pada angkutan kota yang tengah melintas. Beruntung, ujung jilbabku tersapu angin hingga menutupi wajah, dan menyerap air mataku yang tiba-tiba saja menetes tak terkendali. Semoga saja, tak
Read more
Video Meli
“Halo, Mel?” balasku.“Fai, how are you?” tanyanya di seberang sana.“Fine. And you?”“Not too bad. By the way, iklanku sudah tayang di televisi dan channel Youtube. Coba lihat, deh,” katanya.“Aku lagi kerja, mana bisa nonton TV Mel.”“Ya bukan di TV, dong. Lagian iklannya gak akan tayang di TV Indo. Maksudku, lihat di Youtube. Kemarin aku shooting dua iklan sekaligus, hasilnya bagus banget. Perusahaan juga puas dengan kinerjaku, mereka langsung memperpanjang kontrak. Mimpiku sebentar lagi terwujud, Fai! Kamu harus nonton, ya!” “Oke, Mel. Nanti kalau istirahat aku pasti nonton. Thanks ya udah nyempetin nelepon, sering-sering aja.”Keceriaan Meli di ujung telepon membuatku senang sekaligus teriris. Aku tahu kepergiannya ke Singapore bukan hanya untuk mengejar karir, tetapi juga untuk melarikan diri dari bayang-bayang masa lalunya bersama Dian.Mita menghampiri mejaku, menyerahkan berkas yang harus segera kuselesaikan. Seminar kesehatan akan diadakan hari ini, aku harus menyusun power
Read more
Pembelaan Dian
“Yang salah, adalah orang yang menyalahkan orang lain atas kesalahan yang telah dilakukannya!” jawabku, kemudian beranjak meninggalkan Dian sendiri.Sikap kami mengundang perhatian rekan-rekan yang lain. Mereka tampak heran karena aku dan Dian masih bisa berbincang walaupun telah membatalkan pernikahan.“Dian kayaknya masih belum rela melepaskanmu, Fai,” bisik Pak Anwar yang tengah membantuku melepas kabel infokus. Sementara Dian sudah pulang lebih dulu. “Gosip orang ketiga itu benar?”“Tidak ada orang ketiga, Pak. Saya hanya menemukan ketidakcocokan dengannya. Walaupun saya mengenal baik Dian di masa kecil, tapi rupanya sekarang sudah banyak yang berubah darinya,” jawabku.Pak Anwar manggut-manggut. Sambil membetulkan letak kacamatanya, ia mencoba mengatakan sesuatu padaku. “Fai, Dian itu insyaalloh lelaki yang baik, walau tak sempurna. Sebaiknya, kalau ada kesempatan kalian untuk bersama, maka kembalilah bersama,” ucapnya. Aku langsung terdiam, entah harus menanggapi apa. Yang past
Read more
Prasangka
Meli membawakan iklan sabun mandi. Dalam video itu ia memperlihatkan seluruh bagian punggungnya hingga pinggang, tanpa sehelai kain yang menutupinya, sambil menoleh dan tersenyum ke arah kamera.Aku merebut ponsel dari tangan Dian dan segera mem-pause videonya. Tak sengaja kulihat banyak respon viewers di kolom komentar, kebanyakan para lelaki. Mereka menggoda Meli dalam komentar itu, dan kata-kata mereka sangat tidak pantas! Sebagai saudaranya, hatiku teriris hingga napasku tersengal. Meli, dia sangat berani berakting seperti ini di depan kamera.“Kau lihat sendiri, kan? Dia selalu berdalih apa yang dilakukannya adalah seni, keindahan tubuhnya adalah seni. Dulu pada saat berprofesi sebagai fotografer, aku pun beranggapan begitu. Tapi, sekarang aku bukan fotografer lagi, Fai. Sekarang aku ini seorang lelaki yang mencari calon istri, dan aku hanya akan memilih wanita yang baik untuk jadi istriku. Tolonglah mengerti,” kata Dian panjang lebar.Ucapan itu membuatku terhenyak. Membaca kome
Read more
25
“Fai, kau masih di sana?” Akhirnya Meli menyahut.“Iya, Mel. Sinyalnya mungkin jelek. Sambungannya sempat terputus barusan. Aku sedang memilah sayuran. Akad nikahku batal, Mel,” jawabku.“Kenapa, Fai? Apa karena aku?” tanyanya dengan nada terkejut.“Tepat sekali. Makanya, kamu harus pulang, ya. Aku sudah minta Dian untuk bertanggungjawab. Kau harus menuntutnya agar mau menikahimu, jangan menyerah!”“Tapi, tak mungkin Dian mau menikahiku. Dia selalu menganggapku murahan.”Aku menghela napas, berat sekali permasalahan ini. “Yang dikatakan Dian itu memang benar. Karena kamu mengumbar auratmu. Seorang wanita yang ‘mahal’, tidak akan mengobral tubuhnya. Sudah kubilang, tinggalkan dunia itu!” tegasku.“Kalian sama saja, ya! Sungguh tidak mengerti seni! Kenapa tidak ada satu orang pun yang mau mengerti aku? Semua orang menghakimiku! Padahal aku bukan kriminal, aku hanya berpose di depan kamera!”Bukan Meli namanya jika tidak keras kepala. Ia langsung menutup teleponnya, dan aku hanya bisa me
Read more
Haykal S. Sn
“Sudah pergi, Fai. Gak tahu di mana alamat rumahnya. Sepertinya dia orang jauh,” jawab Bu Beni.Tanpa pikir panjang, aku segera pamit pulang dengan membawa baju-baju ayahku, setelah minta izin terlebih dahulu. “Fai, ada satu kesalahan Ibu yang akan membuatmu tak bisa memaafkanku. Namun, Ibu tak akan menceritakannya padamu. Andai kau masih punya waktu, dan meski rasanya mustahil, carilah ayahmu. Ibu yakin, dia akan menceritakannya. Biar nanti kau dengar sendiri darinya, apa kesalahanku itu.”Sepanjang perjalanan, pesan Ibu di detik-detik terakhir hayatnya itu terus menghantui rasa penasaranku. Aku yakin setulus hatiku, bahwa Ibu tak punya dosa apapun. Semua orang tahu perjuangannya untuk membesarkanku. Semoga saja, waktu itu aku hanya salah dengar, atau Ibu pasti telah salah bicara. Sebuah mobil kolbak berhenti di depan warung sembako, beberapa orang lelaki tengah menurunkan beras dalam kemasan plastik 5kg. Melihatnya, aku jadi teringat Dian. Semasa kecil, dia pernah membantuku memba
Read more
Petunjuk Ayah
*Menjelang Idul Fitri, aku mendapat cuti dari kantor. Pagi ini aku mengirim pesan pada Meli agar ia pulang sebelum lebaran. Namun, tak ada balasan.Teman-teman kantorku sibuk dengan persiapan lebaran bersama keluarga masing-masing. Sementara, aku hanya sendirian saja menyambut kedatangan hari raya tiba. Rasanya hampa. Benar kata Ibu, bahwa hidup sendirian itu kesepian. Itulah sebabnya aku meminta Meli untuk pulang, supaya ada teman. Namun, dia tak membalas pesanku, sepertinya dia masih marah.Tercium bau pantai dalam bayanganku, juga gemerisik pasir saat menginjakkan kaki di pesisir. Pantai Pangandaran, Pantai Batuhiu, atau Pantai Batukaras kah tujuanku hari ini? Aku menimbang hendak ke pantai mana libur cutiku kali ini, selagi menghubungi Kakek Mul—gojek langgananku—untuk menjemput ke rumah.“Iya, siap, Bu Fai. Saya ke sana sekarang,” jawab Kakek Mul di ujung telepon. Sebenarnya ada mobil, motor pun ada. Tinggal mengeluarkan dari garasi. Namun, kemarin aku mendapat THR dari kantor
Read more
Di Pantai Batukaras
Harapanku sirna seketika, saat Kakek Mul mengatakan bahwa ia memiliki dua orang anak. Sedangkan aku adalah anak tunggal, berarti dugaan bahwa Kakek Mul adalah Ayah yang kucari, meleset.“Saya ini anak tunggal. Ibu kandung saya meninggal ketika saya masih balita. Lalu, Ayah menikah lagi dengan Ibu yang merawat dan membesarkan saya. Qodarulloh, Ibu sambung saya pun meninggal dunia sekitar dua minggu yang lalu. Satu-satunya saudara perempuan saya, pergi ke Singapore untuk bekerja. Kini, saya tinggal sendirian. Makanya, saya berharap sekali bisa menemukan Ayah saya,” kataku.Kakek Mul melempar pandangan ke arah ombak yang menggulung. Ia tampak asyik sekali memperhatikan panorama alam. Hanya ada turis asing yang berselancar di sana, dan beberapa pengunjung lokal yang bermain pasir di bibir pantai. Bulan puasa seperti ini, jarang sekali orang berenang.“Dulu, saya bertemu istri saya di pantai ini,” gumam Kakek Mul tiba-tiba, seakan tak mengindahkan perkataanku barusan, karena ia tampak khus
Read more
Tentang Ayah
“Meli?”Orang yang kumaksud itu melambaikan tangan dari sebelah sana. Ia memakai tanktop dan celana pendek di atas lutut, tersenyum semringah sambil berlari menghampiriku. “Aku tadi pulang ke rumah, tapi kata Bu Mardiyah kamu pergi ke sini, Fai. Jadi aku menyusul,” ujar Meli begitu tiba di hadapanku. Ia kemudian duduk di ayunan bersamaku.“Meli?” Aku masih tak percaya dengan apa yang kulihat. Baru tadi pagi aku mengirimkan pesan padanya untuk pulang, sekarang dia sudah ada di hadapanku.“Iya, ini aku!” jawabnya.“Ya ampun.” Aku mengerjapkan mata berulang kali, memastikan ini bukan mimpi. “Kenapa gak bilang mau pulang?” tanyaku.Meli menghembuskan napas kasar. Raut wajahnya berubah seketika, menjadi penuh rasa kecewa. “Nanti aku ceritakan di rumah. Oh iya, tadi aku baru tiba di Terminal Pangandaran waktu kamu kirim pesan, aku tak sempat balas takut ketinggalan bus ke arah Cijulang,” jawabnya.Meli menjejak tanah hingga ayunan ini berayun pelan, sejenak kami tenggelam dalam pikiran mas
Read more
Bekas Luka
“Jadi, kau juga menyadarinya, Mel? Sebenarnya, sudah lama aku merasakan hal serupa. Bahkan, sampai tak bisa tidur memikirkannya. Pertama kali aku naik gojek Kakek Mul, saat pulang dari pasar di awal bulan puasa. Ia tersenyum dan aku seolah melihat senyumku sendiri di wajahnya. Saat dekat dengannya, aku seperti merasakan detak jantung yang sama. Sejak saat itu, aku selalu memesan gojeknya. Aku yakin, Mel. Kakek Mul adalah ayahku.”Aku mematikan televisi demi bicara ini pada Meli. Butuh ketetapan hati untuk mengatakannya. Masih kuingat jelas bagaimana hatiku terpaut pada Kakek Mul, saat pertama bertemu. Ia mengantarku pulang ke rumah.“Ini, Kek.” Aku menyerahkan selembar uang dua puluh ribu padanya sebagi pengganti jasa“Terlalu besar, Bu. Tarifnya lima ribu.” Hanya karena aku memakai seragam dinas, Kakek Mul memanggilku ‘Bu’.“Tidak apa-apa. Selebihnya untuk Kakek,” ucapku.“Kalau tidak ada uang kecil, lain kali saja bayarnya,” balas Kakek Mul.Ia kemudian cepat-cepat pergi tanpa mene
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status