All Chapters of Bucin berujung Sengsara: Chapter 41 - Chapter 50
145 Chapters
Dia siapa?
Karena Syaila berpesan sebelumnya akan pergi ke sekolahan Geino baru, Batara tanpa pikir panjang langsung ke tempat di mana biasanya ia membeli play station sewaktu ia masih remaja dulu.Tempat yang menjadi langganannya, penjualnya bahkan sudah berganti generasi. "Selamat datang, dan selamat berbelanja di toko kami. Apa yang bisa saya bantu?" sapa anak dari pemilik toko ini. Ya, Batara hafal betul sebab perempuan berseragam ini seumuran dengannya. Dulu sekali Batara sering melihat dia ikut menjaga toko dan sekarang dia menggantikan usaha orang tuanya."PS keluaran baru masih stok?" tanya Batara."Masih, seperti biasa di sebelah kiri," kata perempuan itu tersenyum ramah."Oke saya lihat-lihat dulu, ya?"Batara mengajak Syaila juga Geino untuk melihat-lihat. Sebenarnya Geino hanya Batara jadikan alasannya untuk pergi jalan-jalan bersama Syaila. Tentu saja Batara sangat tahu betul tentang PS. "Kira-kira om ambil yang mana, ya?" tanya Batara pada Geino yang sibuk dengan dunianya sendiri
Read more
Tidak mau kembali terulang!
Pria itu bernama Heri Winata, orang kepercayaan keluarganya. Dia adalah salah satu saksi perkembangan perusahaan yang dikelola ayahnya. Dulu pak Heri merupakan sahabat ayahnya, sebab itu ayah Syaila mempercayakan Heri sebagai penasihat sekaligus orang yang dia percaya.Yang Syaila heran, untuk apa pria berjas yang sudah ia anggap sebagai orang tua keduanya itu datang menemuinya. Ia tidak perlu bertanya kenapa beliau bisa menemuinya di tempat terpencil ini. Heri jelas bukan orang biasanya, hanya untuk menemukan keberadaan Syaila itu urusan yang kecil baginya. Tapi bukan kah Syaila sekarang bukan lagi bagian dari keluarga nya sendiri? Itu berarti antara ia dan Heri juga tidak ada urusan apa-apa lagi, seharusnya. Karena Heri memiliki ikatan kuat dengan keluarga Syaila."Bapak udah dua bulan ini nyari kamu. Sampai akhirnya anak buah bapak ada yang melihat kamu sedang ada di sebuah kedai." Pria yang sering menyebut dirinya bapak itu buka suara.Sebuah kedai dekat halte yang akhirnya menjad
Read more
Kami pamit
Mungkin Syaila belum mengerti alasan mengapa dulu ayahnya sangat amat menentang perceraiannya dengan Azka. Namun setelah menilik lebih jauh, setelah semalaman ia berpikir tentang permohonan pak Heri kemarin ia baru bisa paham. Sepertinya ayahnya takut jika perusahaan yang menjadi kebanggaan nya itu diambil alih oleh keluarga Azka. Karena keluarga Azka menjadi penanam saham paling besar.Tapi meski begitu, jujur Syaila masih belum menerima. Yang membuatnya menyetujui permintaan pak Heri, ia hanya ingin melihat Azka menderita seperti yang Syaila rasakan selama ini. Atau ia membawa sebuah misi untuk kembali ke kota."Kenapa tiba-tiba mau pindah, Ma? Om Batara bilang mau ke sini nanti. Pulang dia kerja. Apa kita nungguin dia dulu?" tanya Geino. Syaila tidak tahu sudah sedekat apa antara anaknya dan Batara. Namun yang Syaila ketahui, mereka sekarang sudah seperti sepasang ayah dan anak yang serasi."Gak usah, Nak. Kita buru-buru. Nenek sama kakek sekarang lagi sakit. Di bawah sudah ada ora
Read more
Mulut sampah!
"Pak stop sebentar," kata Syaila tepat di depan kedai pak Sujadi.Mobil berhenti, kemudian wanita itu turun untuk menemui Sujadi yang nampak sedang membersihkan kedai."Kan kedai buka nanti sore, Nak," kata pria itu sesaat setelah Syaila berdiri di hadapannya. Syaila tersenyum. "Enggak, Pak. Saya ke sini mau pamit. Saya mau pulang lagi ke kota," paparnya.Kening sempit Sujadi mengerut. Antara bingung dan terkejut. "Pindah?" Syaila mengangguk. "Kenapa?""Ada urusan yang sangat mendesak, Pak. Terima kasih sudah pernah kasih kepercayaan untuk saya kerja di sini. Bapak banyak bantu saya selama di sini. Semoga kebaikan bapak Tuhan balas dengan kebaikan yang tidak terduga," ucap Syaila.Sujadi menepuk-nepuk pundak Syaila pelan. Tersenyum hangat sampai matanya menghilang. "Bapak enggak tahu seperapa berat beban kamu saat kamu menawarkan diri untuk berkerja di sini. Kamu perempuan tangguh, bapak yakin itu. Tetap jadi orang kuat, ya? Sehat-sehat.""Bapak juga sehat-sehat. Salamin juga sama Ni
Read more
Si wanita tangguh kembali
Syaila tidak pernah membayangkan jika ia akan kembali ke kota yang pernah mengecamnya habis-habisan atas konflik yang terjadi antara dirinya dan Azka. Ia bahkan datang untuk menjadi penerus perusahaan keluarganya lagi. Matahari siang itu bekerja lebih panas. Tapi itu biasa di Jakarta, namun karena Syaila beberapa bulan kebelang tinggal di sebuah kota kecil yang cuacanya tidak terlalu ekstrim, Syaila harus kembali beradaptasi."Ayah kamu masih di rumah sakit, kalau mama kamu katanya hari ini bisa pulang. Seminggu lalu Yunita habis operasi usus buntu. Karena ada permasalahan sama pencernaannya." Pria tua yang sedari tadi menjadi pemandu perjalanan hari ini, menjelaskan. Tangannya ia gendong di belakang.Sepi, rumah bernuansa klasik itu benar-benar tidak ada orang satu pun. Atau pelayan yang seharusnya ada untuk menyambut. Tidak, Syaila bukan sedang berada di rumah orang tuanya. Namun ia dibawa ke rumah Heri.Sementara anak yang sebentar lagi akan menginjak 12 tahun itu nampak tidak ped
Read more
Keputusan untuk ayah
Semalam Syaila tidur dengan sangat nyenyak. Tidak ada kassur lapuk yang terasa menyakitkan pungungung, tidak ada suara orang yang tengah memukul-mukul kayu di pagi-pagi buta sekali, tidak ada keresahan bila mana Syaila akan kehabisan air karena keterbatasan air bersih. Ia bangun dengan sedikit menggeliatkan pinggangnya yang sedikit pegal, tersenyum simpul kala sebuah teh hangat sudah tersaji di nakas sisi tempat tidur. Ia sudah seperti bangun dari mimpi buruk yang sangat lama.Namun meski begitu, Syaila tidak boleh hanya bersantai seharian. Hari ini ia harus menemui kedua orang tuanya di rumah sakit dan membicarakan perusahaan yang akan beralih lagi padanya.Ia juga harus menyiapkan diri untuk berbagai kemungkinan yang bisa jadi akan menurunkan rasa percaya dirinya. Sebab media pasti akan banyak tanya dan tudingan-tudingan yang pernah ia dapatkan akan kembali diungkit."Bangun, kamu hari ini mau ketemu ayah kamu kan?" Pria tua yang Syaila rasa lebih emosian itu membuka pintu kamar Sy
Read more
Jemput mama pasca operasi
"Bapak tahu Syaila kemana?" Sujadi yang hendak membuka tirai kedainya karena sebentar lagi akan buka sedikit terhenyak. Mungkin jika pria itu tidak berpegangan pada ujung atas kursi, Sujadi sudah terjatuh saking terkejutnya."Astaga anak ini! Untung jantung bapak masih sehat," guru Sujadi memegangi dadanya yang berdetak lebih cepat."Maaf, Pak. Tapi ini sangat penting. Syaila tadi mampir ke sini?"Sujadi tidak langsung menjawab, ia menggiring anak muda yang sudah lama ia kenal itu untuk duduk. "Iya, Syaila tadi ke sini. Memangnya kenapa? Dia enggak pamit sama kamu?"Batara mematung, ia menatap ujung kuku nya beberapa saat. Kepalanya sibuk berpikir, mengapa Syaila tidak pamit padanya jika memang perempuan itu akan pergi? Bukankah perlakuannya selama ini sudah cukup jelas? Lalu apakah ini jawaban atas ucapan yang pernah ia katakan pada Syaila? Dia memilih pergi, bahkan sebelum Batara memulai? "Bapak tahu Syaila pergi kemana? Dia bakal balik lagi ke sini?" tanya Batara setelahnya."Bapa
Read more
Tidak muda lagi
Pria pemilik wajah menyeramkan itu masuk tanpa mengetuk pintu. Ya, Heri sudah menganggap Yunita sebagai adik perempuannya. Ia akan mengomel jika ibu dari Syaila itu lebih sering mengurung diri di rumah alih-alih poya-poya seperti ibu-ibu kebanyakan lainnya."Ayo pulang kenapa betah banget ada di rumah sakit. Pinggang bapak sudah pegal menunggu kalian." Dia mengomel lagi."Sebentar dong. Ini anak sama ibu baru ketemu. Bapak ini tidak mengerti sekali. Lagian aku kan udah bilang bapak enggak perlu ikut, nanti capek. Tapi ngotot mau ikut," grutu Syaila. Sementara tangannya sibuk membereskan baju-baju Yunita yang kotor."Ck! Bapak kan sudah bilang mau ikut. Kamu ini kayak enggak seneng banget liat bapak."Bola mata Syaila memutar malas. "Bukan begitu lhoh. Maksudku kan ini hari libur, jadi bapak istirahat aja. Aku bisa sendiri buat jemput mama. Kita ketemu di rumah," jelasnya lagi. Berbicara dengan orang tua satu ini memang harus esktra sabar."Sudah, sudah! Kalian berantem terus. Giliran
Read more
Melepas rindu
Sampai nya di rumah, kepulangan mereka disambut hangat oleh semua pegawai keluarga Praja. Meja makan sudah penuh dengan berbagai makanan. Ya, tentu saja ini rencana dari Hari yang menelepon kepala art di rumah keluarga Praja untuk menyiapkan ini semua."Geino udah nyampe?" tanya Heri pada salah satu pria berjas hitam yang ikut berderet, menyambut."Sudah, Pak. Tuan Geino sedang di kamarnya. Terakhir pelayan lihat sedang mandi," pria itu menjawab. Heri merespon dengan anggukan kepala.Setelahnya Heri menggiring Syaila dan Yunita kemeja makan. "Makan dulu sebelum istirahat, setelah itu bapak mau bicara sama kamu," kata Heri pada Syaila.Lantas Syaila hanya menurut, dan satu pelayan perempuan mengambil alih kursi roda yang di duduki Yunita, lalu membantu wanita itu untuk duduk di meja makan.Tidak sembarangan, makanan untuk Yunita di pisahkan dengan makanan yang lain. Sebab mereka tahu, tuannya itu baru saja menyelesaikan operasi usus buntu.Hening, semuanya nampak menikmati sajian untuk
Read more
Si Alpa female
Selesai dengan makan malamnya, Syaila sekarang sudah duduk di kursi yang selama ini menjadi tempat favorit menyendiri atau hanya sekedar melepas penat setelah seharian beraktifitas. Kursi dekat jendela di ruang kerja Heri. Kamar yang hanya diterangi dengan lampu kemuning, dibantu dari cahaya bulan yang menyorot."Bapak bukannya buru-buru. Tapi kamu tahu, dan enggak dapat dipungkiri walaupun ayah kamu nanti bangun dan pulih, dia tidak mungkin ambil alih perusahaan. Tubuhnya udah lemah, bahkan bapak tahu, untuk napas aja dia kesusahan."Syaila menoleh hanya untuk melihat Heri tengah menatapnya serius. Ia menghela napas. Sebenarnya Syaila belum ingin membicarakan perihal perusahaan yang katanya atau secara otomatis akan menjadi miliknya kelak. Ia sudah terlalu lelah jika harus berurusan dengan orang-orang yang membuatnya tidak nyaman nanti. Tapi melihat betapa khawatir nya Heri, ia akhirnya mengangguk."Jadi aku harus gimana, Pak?""Kamu ambil alih lagi perusahaan. Kamu yang pegang tangg
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status