All Chapters of Bucin berujung Sengsara: Chapter 31 - Chapter 40
145 Chapters
Kisah Sujadi
Momok jelek seorang janda seperti masih melekat dikalangan masyarakat. Kebanyakan orang-orang berpikir seorang janda adalah wanita yang tidak benar. Perasangka-perasangka buruk yang hanya sesuai dengan pemikiran mereka. Hidup sebagai seorang janda ternyata tidak hanya perihal kemandirian. Tapi Syaila harus menulikan telinganya untuk hal-hal buruk agar kepalanya tetap waras. Setelah kejadian adu mulut lalu dengan tetangganya, Syaila semakin terpojokkan. Berita tidak benar tentang pekerjaannya pun sudah menyebar ke seantero dusun. Ia juga pernah mendapati Geino sedang di olok-olok oleh teman sebayanya dengan kata-kata yang seharusnya tidak diucapkan oleh anak seusia mereka.Syaila benar-banar merasa sudah tidak tahan lagi. Tapi untuk pindah, uangnya masih belum terkumpul. Apalagi ia harus membayar les Geino."Syaila? Nak? Syaila!"Wanita satu orang anak itu mengerjap. "Kenapa? Lagi enggak enak badan?" Pak Sujadi bertanya.Akhir pekan, Syaila habiskan di kedai. Kedai tidak seramai bias
Read more
Enggak mau punya papa baru!
Pria yang sudah Syaila kenal selama tiga bulan ini berjalan mendekat. Senyum manis yang baru Syaila lihat itu terbit di bibir merah jambu nya."Kemana aja, Bang?" tanya Nizam. "Duduk dulu dong!"Batara duduk tepat berhadapan dengan Syaila. Membuat wanita itu sedikit tidak nyaman."Ada, cuman agak sibuk aja di pabrik. Mau ada pembukaan lowongan kerja besar-besaran. Jadi harus selektif banget biar dapet calon karyawan yang sesuai dengan yang perusahaan butuhin," katanya setelah punggung nya menyentuh kursi. Matanya sempat melirik Syaila namun segera ia alihkan saat tidak sengaja beradu pandang dengan Syaila."Wih semangat bang!"Batara terlihat mengedarkan pandangannya. Melihat kesetiap sudut kedai. "Tumben sepi?" tanyanya."Iya nih, mungkin pada liburan. Rencananya bapak juga mau tutup sebentar. Nanti sore buka lagi." Kali ini Sujadi yang menyahut.Batara mengangguk. "Kamu?" Matanya beralih pada Syaila."Hah?" Yang ditanya melongo. Terlalu sibuk melamun sehingga membuatnya tidak fokus
Read more
Batara lagi?
Syaila dan Batara saling adu pandang. "Bukan, Nak. Dia bukan papa baru. Ini bos mama di tempat mama kerja. Dia mau ikut ke kamar mandi," jelas Syaila. Ia sampai terkejut ketika tiba-tiba Geino berkata seperti itu."Memang kenapa kamu enggak punya papa baru?" Batara malah membahasnya."Tidak!" Geino berlalu begitu saja. Setelah itu Syaila mempersilahkan Batara masuk. Sementara dirinya menunggu di luar.Beberapa menit kemudian pria itu keluar. "Sudah berapa lama kamu tinggal di sini?"Syaila tidak langsung menjawab. Ia tidak mudah bercerita kepada orang asing. "Saya hanya ingin tahu. Kalau kamu enggak jawab juga enggak apa-apa," lanjut Batara.Si wanita melirik sekilas Batara yang tengah menalikan sepatunya. "Sekitar tiga sampai empat bulan."Batara berdiri. "Saya sudah duga kamu memang bukan asli orang sini." Syaila hanya merespon dengan anggukan kecil. Melanjutkan, "Boleh antar saya ke depan gak? Saya takut nyasar.""Lho? Jalannya kan cuma lurus. Nanti tinggal turun tangga, Pak?" uca
Read more
Isi hati katanya
Sudah hampir pukul delapan, Syaila baru menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Karena Geino ada kegiatan sekolah yang mengharuskan anak itu harus menginap Syaila jadi kateteran menyiapkan perlengkapannya."Aduh ini gue pasti telat ni ke pabrik," gumam Syaila. Ia menuruni tangga dengan tergesa.Langkahnya ia percepat untuk segera sampai di halte. Karena jika ia berjalan Syaila sudah pasti akan terlambat.Tit titSyaila menoleh. Mobil yang sama dengan yang kemarin ia naiki berhenti dihadapannya. Kening Syaila mengenyit."Ayo naik! Kamu sudah mau terlambat," kata si pemilik mobil tersebut."Bapak ngapain ada di sini? Bukannya enggak searah?"Tentu saja Syaila bertanya begitu, bahkan yang ia ketahui Batara tidak tinggal disekitar tempat Syaila tinggal. Karena Sujadi pernah bilang, Batara katanya bukan orang biasa yang akan memilih tinggal di tempat kumuh seperti di sini. Walaupun yang Syaila ketahui, pria itu hanya seorang hrd di tempat Syaila bekerja."Entah! Tapi sepertinya mobil saya tahu a
Read more
Maafkan Mama
"Syaila! Ada panggilan dari sekolah anak kamu. Kemari!" Tangan kiri kepala bagian melambai, menyuruh Syaila mendatanginya.Syaila jelas segera berlari saat nama sekolah sang putra disebut. "Ada apa, Bu?""Kamu bicara sendiri, jangan lama-lama tugas kamu bukan hanya buang-buang waktu menerima sebuah telepon," kata wanita itu setelahnya berlalu membiarkan Syaila menerima telepon."Selamat siang, ada apa ya, Bu? Apakah Geino membuat kesalahan?" tanya Syaila."Tidak, tidak sama sekali. Namun kami ingin meminta maaf, Geino mengalami cidera di bagian lulutnya. Dia terjatuh saat kegiatan berjelajah di belakang sekolah. Ada salah satu murid yang tidak sengaja mendorongnya hingga lutut Geino berdarah. Saya harap ibu bisa datang ke sekolah untuk menyelesaikan masalah ini," ucap salah seorang guru wanita di sebrang sana."Baik, saya segera ke sekolah terima kasih."Sambungan telepon Syaila matikan. Ia lalu menyerahkan ponsel milik kepala bagiannya sekaligus meminta izin."Bu, anak saya kecelaka
Read more
Bagaimana kabarmu?
Semenjak kejadian Geino terjatuh di sekolahnya, anak itu belum Syaila izinkan masuk lagi. Karena sepulang dari kejadian tempo hari Syaila membawa Geino ke klinik. Setidaknya Syaila tahu apa yang sudah putranya alami.Dan benar saja, Geino mengalami pergeseran tulang di bagian lututnya. Luka itu bukan hanya sekedar luka robek yang akan sembuh dengan obat merah. "Aku mau sekolah, pelajaranku udah tertinggal. Kenapa mama enggak izinin aku buat sekolah?" Anak itu sekarang tidak mau makan karena Syaila tidak membolehkan Geino berangkat sekolah. "Kamu belum sembuh. Mama gak mau anak nakal itu jailin kamu lagi. Sekarang nurut dulu sama mama. Sekarang makan dulu, ya?" bujuk Syaila.Selain Geino yang harus sejenak berhenti dari sekolah, Syaila juga harus berhenti dari pekerjaannya. Ia dikirim surat dari pabrik yang memberi tahu nya bahwa ia diberhentikan karena alasan meninggalkan pekerjaan tanpa sebuah izin. Ia yakin, itu adalah ulah dari kepala bagiannya. Karena jika pihak pabrik tahu alas
Read more
Kopi dan Kita
Batara mengajak Syaila untuk berbicara, keluar dari kedai atas persetujuan Sujadi karena kebetulan Nizam datang dan bisa menggantikan pekerjaan Syaila.Di sebuah kedai kopi sekarang mereka berada, duduk berhadapan dengan dua kopi yang berlahan uapnya mulai habis, mungkin karena minuman itu tidak kunjung dicicipi pemiliknya sebab sibuk diam tanpa sebuah obrolan yang sebelumnya telah dirancang dalam pikiran."Eum ... Bapak mau bicara apa, ya?" Pada akhirnya Syaila menjadi orang pertama yang memecahkan keheningan diantara riuhnya kepala Batara."Saya ... Saya ...," ucap lelaki berkacamata itu bimbang."Saya?" Dahi si wanita mengernyit. Kepalanya sampai miring menunggu kalimat selanjutnya yang akan Batara ucapkan."Saya, ah kenapa kamu keluar dari pabrik? Saya tanya rekan kerja kamu katanya kamu keluar. Dan di CV kamu tidak ada nomor ponsel, saya bingung mau hubungin kamu lewat apa."Syaila terdiam. Maksudnya, kenapa pria di seberangnya ini terlihat sangat khawatir?"Saya hanya ingin tahu
Read more
Pacar Mama
Keesokan harinya Batara benar-benar datang ke dusun lantai dua untuk menjenguk Geino seperti janjinya tadi malam.Tapi di tengah perjalanan menuju pintu rumah Syaila ia malah banyak mendapatkan cibiran lagi, namun kali ini mereka lebih berani menatap Batara dengan raut wajah kebencian. "Oh dia kembali lagi, apa mereka enggak malu?""Iya, semalam juga suami saya liat Syaila diantar pulang sama pria itu. Sudah jelas Syaila pasti jadi simpanan pria itu.""Cih! Pak rt seharusnya harus ambil tindakan tegas nih! Dusun kita jangan sampai jadi tempat zina!"Batara berhenti melangkah, ia sudah cukup muak mendengarnya tuduhan itu terlontar bertubi-tubi padanya."Kalian tahu Syaila simpanan saya dari mana? Saya menikah saja belum. Bagaina caranya Syaila jadi simpanan Syaila?" ucap Batara seperti lelucon yang sebenarnya curhatan hatinya."Akh! Itu pasti hanya sebuah alasan. Agar dia bisa lebih leluasa datang ke rumah Syaila." Mereka menyetujui ucapan wanita berambut setengah ubanan itu."Tersera
Read more
Perasaan Berbeda
"Hei! Udah mama bilang dia temen mama, Nak. Jangan gitu ah, mama mau fokus urus kamu. Mana ada mama pacar-pacaran. Mama bukan anak remaja," kata Syaila.Geino hanya menaikan bahu kirinya, melanjutkan main game. "Kalau misal ada yang lamar bagaimana?" Tiba-tiba Batara menyahut. Syaila tersenyum hambar. "Haha mana ada laki-laki yang mau sama saya? Enggak punya apa-apa, jangan kan pria yang tertarik sama saya, orang-orang yang ada di sekitar saya saja membenci saya karena status saya."Batara tidak menanggapi lagi, pria itu hanya secara diam-diam mencuri Padang pada Syaila.Entah apa yang terjadi pada dirinya, Batara juga tidak mengerti. Tapi ketika ia bersama Syaila rasanya ia selalu ingin melindungi wanita itu. Ia tidak suka bila ada orang menyakitinya. Awalnya ia hanya sedikit kagum dengan keberanian dia saat membantah kepala bagian yang berbuat semena-mena terhadapnya. Seiring berjalannya waktu, Batara semakin sering bertemu dengan Syaila, juga kejadian dia yang tidak sengaja hamp
Read more
Lebih jauh
"Wah cantiknya .... "Dipuji seperti itu membuat pipi Syaila kemerahan. Dress selutut berwarna peach yang membalut tubuh sempainya diterpa angin juga rambutnya yang digerai. Wanita itu tersenyum tipis."Bisa aja, yaudah ayo. Nanti siang saya mau urus sekolahan baru Geino," kata Syaila."Geino mau pindah sekolah?" Batara bertanya, cukup terkejut. Setahunya Geino bahkan belum genap satu tahun bersekolah di sekolahannya yang sekarang."Iya, saya gak mau anak saya celaka lagi di sana."Batara hanya mengangguk, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Geino—yang duduk di belakang, dan Syaila yang duduk di sampingnya.Setelah semuanya naik ke dalam mobil, Batara segera melajukan mobilnya. Ia sangat semangat sampai sedari kemarin senyumnya tidak luntur hanya karena membayangkan betapa senangnya ia akan jalan-jalan bersama Syaila."Kamu enggak keberatan kan temenin saya sekarang?" Buka Batara. Laki-laki itu akan lebih banyak bicara bila sedang bersama Syaila."Enggak apa-apa lah. Saya kan jug
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status