All Chapters of Tujuh Tahun Yang Suram: Chapter 31 - Chapter 40
61 Chapters
Bab. 31
“Sebentar suster, tolong panggilan ibu Andira yang disana,” Ristia tak tahan lagi, dibuangnya rasa segan dan malu. Dia harus meminta maaf pada Andira. Rasanya kesialan dan kesusahan tak berhenti menghampirinya sejak menyakiti wanita baik ini. “Ibu yang mana, Bu?” suster berkacamata yang mendorong Ristia bertanya. “Yang diujung sana, suster.” Fardi yang menjawab. Biar saya yang kesana. “Bisa, Mas? Biar naik kursi roda saja, saya bantu dorong.” Suster yang rambutnya diikat rapi menawarkan agar Fardi naik kursi rda saja. Sebab khawatir juga bila pria ini ada luka, melihat darah yang banyak di bajunya. “Tidak apa, biar saya jalan saja.” Fardi pun sedikit tergesa, mendekati Andira dan keluarganya yang memandang ke arah mereka tadi. “Assalamualaikum Mbak, Mas.Maaf menganggu. Seperti yang Mbak Dira lihat, saya dan mbak Risti, sedang terkena musibah. Namun Mbak Risti ingin memohon maaf dari mbak Dira. Sekiranya mbak Dira sudi mendekat kesana dulu dan memberi maaf atas perbuatan mbak Ris
Read more
Bab. 32
Banyak orang yang memilih berselingkuh hanya karna hasrat semata, tanpa memikirkan perasaan pasangannya, meski dengan jalan nikah siri atau pun nikah resmi tanpa sepengetahuan dan persetujuan istri sah, tetap saja itu menyakiti perasaan sang istri.dan Tuhan tidak buta, semua yang tak dilihat manusia pasti tercatat dan akan menerima balasan. Baik itu keburukan maupun kebaikan. Semesta selalu mencatat dan akan membalas.Bu Meri, ibu bertubuh gemuk tadi yang menceritakan aib Ristia pada suaminya, hingga membuat wanita yang dia gibahi tadi berakhir di rumah sakit, dan Burhan yang kalap berakhir di penjara.Bu Meri hanya tertunduk malu. Sebab bukan hanya dinasehati oleh pak RT sendiri, namun ada pula suaminya yang seorang tukang ojek itu, tak tahu apa-apa tapi pulang-pulang sudah ramai warga berkumpul mencaci maki perbuatan istrinya. Dan jangan tanya lagi rasa bersalah dan kaget yang dirasa pak Asrul, suami bu Mery. Tak menyangka istrinya tega menyebar fitnah atas Ristia, walaupun benar be
Read more
Bab. 33
“Bagaimana keadaan papamu, Nak?” Mirwan menanyai Zafian yang baru pulang minggu sore ini dari rumah papanya. Pengobatan yang intensif dan beberapa ramuan herbal alami cukup membantu kesembuhan Sakha. Dan biaya pengobatannya ini diam – diam dibantu oleh Mirwan, bahkan pada Andira pun Mirwan tak memberi tahu.Mirwan pun menyarankan biar ada yang urus tanpa takut omongan tetangga, sebaiknya Sakha menikahi mbak Mirna saja. Mbak Mirna ini baik orangnya dan cukup telaten. Mbak Mirna sebelumnya belum pernah menikah dan memang tampaknya wanita berlesung pipi ini pun menyukai papanya Zafian ini. Andira pun setuju saja, lagian mereka berdua masih ada hubungan kekerabatan dan yang penting harus juga menyayangi Zafian.“Sebaiknya diterima saja, Mas, sarannya ayahnya anak-anak. Tak mungkin mbok Rohana yang akan mengurus, Mas Sakha terus. Pasti beliau ada batasan juga.” Begitu saran Andira saat menjenguk Sakha.“Apa nanti, Mirna mau terima aku, Ra?”“Kalau saya, lihat insya Allah, mbak Mirna suka s
Read more
Bab. 34
“Makan dulu, Mas. Habis itu baru minum obatnya.” Mirna meletakkan piring berisi nasi dan lauk pauk di meja kecil samping tempat tidur.Sakha yang melihat istrinya masuk, langsung menyimpan buku nasehat agama yang sedang dibacanya. Perkembangan kesehatan pria ini semakin baik. Tubuhnya sudah mulai kembali berisi, sebab sekarang ada istri yang telaten merawatnya. Bila dulu antara Mirna dan Sakha ada batasan, sekarang tak lagi, dulu Mirna hanya membantu ibunya memasak, setelahnya mbok Rohana yang mengantarkan makanan ataupun hanya memberi tahu Sakha bila waktu makan tiba. Nanti Sakha akan jalan pelan-pelan keluar kamar untuk makan. Jalan sambil menahan perih di perut dan tampak lemah, sebab tentu tak enak bila meminta mbok Rohana atau Mirna mengantarkan makan kedalam kamar.Namun sekarang tak lagi seperti itu, status suami istri antara Sakha dan Mirna, membuat wanita ini lebih bebas mengurus suaminya meski masih ada sedikit rasa canggung, terkadang malu-malu.Sudah sebulan usia pernikaha
Read more
Bab. 35
Percintaan yang diulang lagi setelah subuh tadi, buat Mirna merasa kelelahan pagi ini, bahkan tadi sedikit terlambat bangun untuk menyiapkan sarapan pagi suaminya. Sementara Sakha yang sudah bertahun-tahun menahan diri tak melakukan hubungan intim lagi pagi ini merasa bahagia luar biasa, hormon kebahagiaannya keluar sejak malam tadi.Berbanding terbalik dengan Mirna yang nampak lelah menahan kantuk dan menahan rasa perih diantara kedua pahanya, Sakha malah nampak bersemangat luar biasa pagi ini.“Masak apa?” Sakha mendekati istrinya yang sedikit sibuk di dapur. Sebenarnya Sakha juga masih merasa canggung pada Mirna, namun berusaha di tepisnya sejak semalam, sebisa mungkin sentuhan fisik sering diberikan pada istrinya ini agar rasa canggung yang melanda keduanya berkurang.“Cuma nasi goreng bakso, Mas. Hanya ini yang ada. Aku belum sempat ke pasar.” Sahut Mirna berusaha menahan gugup yang melanda, sebab Sakha berdiri sangat dekat dengan dirinya.“Beli di depan aja sarapannya, kalau ka
Read more
Bab. 36
“Sudah enggak marah kan sama, mas?” Mirwan mengecup puncak kepala istrinya yang berhijab. Rasanya sekarang dialah yang ingin memarahi istrinya. Andira bergeming. Masih diam saja sambil membaca novel online pada ponselnya. “Kenapa enggak pakai jilbab tadi? Huh?” Mirwan kecupi pipi putih mulus itu secara bertubi dengan perasaan gemas sebab yang ditanya masih diam saja. “Lagi pengen aja,” jawab Andira asal, buat Mirwan semakin jengkel. “Kalau tadi ada yang liat gimana?”. “Emang sengaja, biar dilihat sama fansnya, Mas.” “Kalau laki-laki yang liat?” tanya Mirwan kembali. Geram campur gemas ingin mengungkung istrinya. “Ya,…biar…” Dalam hati Andira beristigfar. Jangan sampai auratnya dilihat laki-laki lain. “Maksudnya gimana? Kamu mau ada laki-laki lain yang lihat kamu selain, mas?” geram sudah Mirwan jadinya. “Mas, juga kan banyak cewek yang merhatiin, tuh yang barusan masih aja bawain kue kesini. Maksudnya apa coba?” Andira mulai sensitif, meluapkan kemarahan. “Astagfirullah, masi
Read more
Bab. 37
Irina mengemasi buku-buku pelajarannya yang akan digunakan untuk pelatihan semester akhir besok. Tak terasa gadis remaja ini, akan memasuki dunia kampus. Tentu bahagia dirasakannya, sebab tak lama akan bekerja juga. Ingin dipilihnya jurusan keguruan saja agar bisa mengajar seperti ayah dan mamanya.“Sudah siap buat ujian, Kakak?” Andira mendekati putrinya yang nampak sibuk. Tak terasa putri yang dulu kecilnya suka duduk di pangkuan Andira saat mengaji, sekarang menjadi putri sungguhannya, tak ada rasa bila Irina anak sambung, rasanya seperti anak kandung saja. Begitupun Irina, tak menganggap Mama Andira sebagai mama sambung. Piatu sejak kecil, lalu memiliki mama Andira rasanya seperti mendapatkan kasih sayang dari mama sambung. Tak ada rasa canggung diantara keduanya. Sebab kedekatan telah terjalin lama sebelum ayah Mirwan menikahi mama Andira.“Insya Allah siap, Ma. Mama doain ya,” Irina berdiri memeluk mamanya, yang masih nampak cantik dan langsing. Bagaimana mungkin ayahnya itu bis
Read more
Bab. 38
Mirna nampak sibuk bersama bu Rohana di dapur, hari ini ia dan Sakha akan mengadakan syukuran atas mobil second yang baru di beli. Meski second namun mesin dan bodynya masih mulus. Sakha tak menyangka uang sewa rumah dan keuntungan kios yang diberikan pada Mirna mampu di kelolah wanita itu dengan baik, hingga bisa terkumpul dan nominalnya bisa kena satu buah moil second. Lama hidup menderita di kampung buat wanita ini tak pandai foya-foya atas rezeki yang suaminya berikan. Malah dikelolah dengan baik dengan cara ditabung dan menambah modal kios agar keuangan tetap berputar.Bahkan semalam mereka berdua juga mengabari Andira atas rezeki yang mereka terima, dan diajak pula mamanya Zafian itu untuk datang menghadiri syukuran sehabis azhar hari ini.“Insya Allah ya, Mbak Mir, soalnya disini sering hujan kalau sore dan mas Mirwan juga lagi sibuk. Tapi selamat ya, mduah-mudahan mas Sakha nanti banyak dapat penumpang.” Andira mengucap itu dengan tulus di telepon kemarin.“Aamiin. Tapi kala
Read more
Bab. 39
Ingin rasanya Sakha melajukan mobilnya kembali, saat melihat Ristia yang berdiri di depan sana. Bahkan ia lihat senyum terbit diwajah lelah perempuan itu saat melihat taksi yang ia pesan sudah tiba. Kenapa pula Tuhan harus mempertemukan lagi dengan perempuan ini. Sakha sekarang sudah punya keluarga baru, sunguh kenagan yang lama ingin ia lupa dan buang saja seandainya bisa. Tujuh tahun dulu pernah bersama dengan wanita ini, bahkan pernah menjadi istri sirinya, namun semua berakhir seiring berkahirnya juga pernikahan Sakha dan Andira.Akhirnya Sakha turun hendak membantu Ristia memasukkan barang dagangan yang ia beli tadi secara grosiran. Rupanya Ristia ini juga membuka kios di depan rumah, demi menyambung hidup. Bila tadi Sakha yang tgerkejut melihat siapa penumpangnya, sekarang Ristia yang terdiam sejenak lalu tersadar saat Sakha mulai angkat dan masukka barang belanjaan Ristia.“Eh-Mas, biar saya batalkan saja orderannya, biar sa-saya cari taksi yang lain saja. “ gugup Ristia, tak
Read more
Bab. 40
Sakha menurunkan belanjaan Ristia dan membantu wanita itu membawa barang-barang kios hingga ke teras kiosnya. Tak banyak kata yang Sakha ucapka, setelah menanyakan tentang kabar suami dari mantan istri sekaligus mantan selingkuhannya ini.Rumah tempat Ristia tinggal ini, masihlah Sakha ingat, sebab disini kerap kali Sakha datang untuk menjemput Ristia lalu pergi mencari hotel untuk memadu kasih yang haram kala itu. Rumah ini peninggalan oranng tua Ristia. Untung tak ada tetangga yang datang atau sekedar lewat, sebab beberapa dari mereka, sangat mengenal Sakha.Sungguh kenangan terkutuk.“Ini ongkosnya, Mas.” Ristia serahkan dua lembar uang biru dan uang dua puluh satu lembar. Namun Sakha hanya mengambil lima puluh ribu saja.“Ini saja. Lebihnya buat kamu pakai saja. Saya benar-benar ingin minta maaf atas perbuatan saya di masa lalu padamu.” Ucap Sakha tulus, dirinya benar-benar tak ingin mengingat lagi.Netra Ristia sudah memerah. Sebab ada rasa yang belum hilang di hatinya untuk pria
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status