All Chapters of Istri Kecil Penebus Hutang: Chapter 71 - Chapter 80
184 Chapters
71. Proses Cerai
“Kamu benar-benar ingin membalas dendam?”Avram bertanya sambil menatap sang istri yang kini sedang berbaring di sampingnya. Mereka sama-sama berada di balik selimut dengan tubuh tanpa pakaian. Setelah aktivitas panas mereka beberapa menit yang lalu, Avram masih berbaring di sana sambil memainkan rambut Lavira.“Aku ingin, tapi ... aku ragu dan bingung,” jawab Lavira memang nampak ragu.Avram diam beberapa detik, tanpa bertanya pun dia paham maksud kalimat sang istri. “Jika kamu tidak berani, serahkan semuanya padaku. Aku yang akan membalas mereka dengan caraku ... untukmu.”Lavira terdiam, dia menoleh dan menatap Avram yang kini juga sedang menatapnya. Ibarat tak ada kata-kata bagus untuk dilontarkan. Lavira sangat berhutang terima kasih kepada Avram yang sejauh ini sangat membantunya.“Terima kasih, Kak. Aku sudah sangat banyak berhutang kepada, Kakak. Aku ....”“Tak ada kata hutang di antara suami istri, Lavira. Semua yang aku lakukan ibarat sebagai tanggung jawab juga bagiku sebag
Read more
72. Seluk-Beluk
Untuk kesekian kalinya Lavira kembali terdiam. Dia tak menyangka jika Farhan, sang ayah akan memutuskan untuk berpisah dari Marni karena kejadian penculikan dan penganiayaan diriinya. Lavira berpikir, jika Farhan tak akan peduli, atau setidaknya akan melindungi Marni dan Joana, mengingat bagaimana perlakuan tak adil Farhan selama ini.“Jadi waktu itu Papa datang dan minta maaf dengan wajah sendu ... apa semua itu tulus dan benar adanya?” gumam Lavira mengingat kejadian beberapa minggu lalu, di mana Farhan datang dan mengajaknya pulang kembali ke kediaman Amrin.“Dia serius.”Lavira terkejut mendengar suara berat Avram. Perempuan itu menoleh dan menatap Avram yang sedang menatapnya. “Kamu ingin tahu suatu cerita, cerita penting yang mungkin tak kamu tahu, tapi perlu kamu ketahui,” sambung Avram kepada Lavira.Kening Lavira berkerut, perempuan itu menatap sang suami yang masih berwajah datar. “Cerita apa, Kak? Jika itu memang perlu aku ketahui, maka tolong beritahu aku.”“Seluk beluk ke
Read more
73. Surat
“Ma, bagaimana ini? Apa Mama dan Papa benar-benar akan bercerai? Aku tidak mau, aku tidak mau sampai itu terjadi, Ma,” ucap Joana kepada Marni.“Mama juga tidak mau, Jo. Ini sedang memikirkan cara supaya papa kamu tidak benar-benar menceraikan Mama. Kamu juga terus berusaha untuk membujuk papa kamu. Jika sampai Mama dan Papa bercerai, maka kita akan serba sulit. Nanti papa kamu pasti hanya akan memberikan uang jajan kamu saja, sedangkan Mama tidak dikasih, kita bisa jatuh miskin dengan uang sedikit dibagi dua,” celoteh Marni.“Aku tidak mau itu, Ma. Aku harus bisa membujuk Papa supaya dia tidak benar-benar menceraikan Mama. Aku malu, aku pasti akan diolok oleh teman-temanku nanti jika mereka tahu ternyata orang tuaku bercerai. Aku tidak mau,” pungkas Joana memberitahukan rasa takutnya yang lain.“Mama sekarang lebih takut jatuh miskin, Jo. Jika kamu jadi miskin, itu lebih memalukan. Biasanya selama ini di sekolah menjadi orang yang sangat menarik. Datang pakai mobil, nanti bisa saja j
Read more
74. Diracuni
“Kenapa diam? Apa tidak cukup melihatnya menderita selama ini? Dia tak mengganggu kehidupanmu selama ini ‘kan? Akhirnya sekarang kelakuan gilamu itu yang memancing sebuah petaka yang lebih besar. Bukan dariku pembalasan itu akan datang, karena sekarang Lavira sudah punya Tuan Dakasa,” lanjut Farhan ketika melihat Marni masih diam.“Aku tidak begitu, Mas. Aku hanya ....”“Cukup, aku tak butuh kalimat pembelaan apa pun darimu. Aku datang ke sini hanya untuk mengantarkan ini. Lima hari lagi sidang perceraian kita, ada atau tidak tanda tanganmu di sini, perceraian akan tetap terjadi. Datang atau tidak kau dipersidangan, kita akan tetap bercerai.” Farhan bersuara sambil meletakkan sebuah surat di nakas, tepat di samping ranjang Marni dan Joana.“Apa maksud, Papa? Papa benar-benar ingin bercerai dengan Mama?” teriak Joana menatap Farhan tak percaya.Farhan menoleh dan menatap sang putri dengan wajah lelahnya. “Iya, memang ini semua harus terjadi. Hubungan ini sudah tak sehat, bagaimana Marn
Read more
75. Dikuasai Amarah
“Ma-mas, bukan begitu maksudku, Mas. Ak-aku tidak melakukan apa yang kamu bayangkan, Mas. Aku tidak mungkin mela ....”“Diam! Kau benar-benar bukan manusia, Marni. Sekarang aku tak heran, kenapa kau begitu kejam, nyatanya memang kau tak punya hati! Menyesal ... aku sangat menyesal menikahimu sampai harus mengorbankan istriku! Perempuan bangsat!” teriak Farhan kehilangan kendali.Marni dan Joana melotot ketika melihat Farhan bergerak cepat ke arah Marni. Mereka takut melihat mata merah Farhan yang jelas seakan ingin memukul Marni saat ini. Joana sudah berteriak histeris melihat Farhan semakin mendekat ke arah sang ibu.“Pa, Papa mau apa?” teriak Joana.“Mas, aku tidak be ....”Plak ... plak ...Kalimat Marni terputus saat tangan Farhan sudah lebih dulu mendarat menyapa kedua pipi perempuan paruh baya itu. Joana semakin histeris, kondisi mereka yang membaik membuat Joana maupun Marni tak dapat bergerak. Marni merintih, dia merasakan sakit pada kedua pipinya, bahkan telinganya sempat ber
Read more
76. Tidur Nyenyak
“Tidak tidak! Pa, jangaaan, jangan sakiti Mama! Tidak, tolooong! Tolongg!” pekik Joana semakin keras, berharap ada seseorang yang masuk dan memegang Farhan yang dikuasai amarah.Cklek ...Sett ... grep ...“Lepaskan saya, brengsek! Akan saya bunuh perempuan biadap itu, lepaskan saya!” teriak Farhan memberontak ketika ada dua pria berbadan besar masuk ke dalam ruangan dan langsung memegang tubuh Farhan.Tangan Farhan masih tertahan di atas dengan vas bunga hampir melayang ke kepala Marni. Marni sendiri sudah memejamkan mata bersiap menerima pukulan vas bunga dari Farhan. Akan tetapi semua itu tak terjadi sebab dua pria berbadan kekar tersebut lebih dulu datang dan menahan tubuh Farhan. Joana menghela napas lega, dia masih manangis dengan mata bengkak dan wajah pucat.“Kami mendapat perintah dari Tuan Dakasa untuk menahan, Anda. Jangan bunuh dia, sebab dia adalah jatah Tuan Dakasa. Jaga emosi Anda jika Anda pun masih ingin tetap hidup,” tegas salah satu pria berbadan kekar itu kepada F
Read more
77. Ke Sekolah
“Jadi untuk masalah penggelapan dana itu bagaimana, Tuan? Apa saya urus sekarang? Mereka sepertinya sudah terlalu senang sebab menganggap kita tak tahu jika dia nyatanya terlibat dalam hal itu,” ucap Rino kepada Avram.Avram diam sambil memainkan sebuah pulpen di tangannya. Pria itu saat ini sedang berada di ruangan kerja ditemani oleh Rino. “ Lakukan saja, beritahu dia dan konsekuensinya. Dia memang harus segera diberi paham akan hal ini. Suruh dia mencari jalan keluar atas semua kerugian perusahaan akan ulah bodohnya,” ucap Avram dingin.“Baik, Tuan. Saya paham. Jadi saya bergerak sekarang? Sepertinya Tuan Fero belum berangkat ke kantor, dia masih di bawah,” ujar Rino.“Lakukan.”Baru saja Rino membalikkan badan, pintu ruangan kerja itu dibuka dari luar. Dua pria tampan yang berada di sana menatap Lavira yang sedang membawa satu gelas berisi cairan berwarna coklat di atas nampan. Lavira tersenyum ramah ke arah Rino yang sedang menunduk sopan kepadanya.“Selamat pagi, Tuan Rino,” sap
Read more
78. Penasaran
Kening Lavira berkerut, dia menatap Avram dengan wajah polosnya. “Tentu saja, masa aku harus berhenti sekolah, Kak?” balas Lavira polos.“Kamu tidak takut?” tanya Avram lagi.Lavira sempat terdiam mendengar pertanyaan Avram. Jika ditanya masalah itu, sebenarnya Lavira cukup merasa ngeri harus kembali ke sekolah. Akan tetapi, dia sekarang sedang berusaha untuk melawan rasa takutnya sendiri. Meski tak akan menjadi orang kuat yang ditakuti banyak orang, setidaknya Lavira bisa menjadi berani saat orang-orang ingin merundungnya.“Aku tidak takut, Kak. Aku ‘kan harus kuat dan berani, aku sudah terbiasa dengan itu,” jawab Lavira jujur.Mengingat bagaimana kehidupan Lavira selama ini. Perempuan itu selalu harus bisa bangkit meski dia selalu dihina ataupun dipukul oleh orang lain. Terkhusus perlakuan Marni dan Joana dulu. Setiap kali Lavira dimarahi, dihina atau dipukul, perempuan itu harus tetap bisa bangkit dan melanjutkan hari seakan tak ada yang terjadi.“Sekarang ada aku, jangan paksa kua
Read more
79. Bayar Hutang
“Aku jadi penasaran, kamu kalau marah seperti apa?”“Kakak ingin melihat aku marah?” tanya Lavira dengan wajah polosnya.Avram mengangguk semakin terlihat polos. Pria itu memang penasaran ingin melihat Lavira di saat marah seperti apa. Mengingat bagaimana lembut dan manisnya sang istri, membuat Avram tak bisa membayangkan bagaimana Lavira ketika marah. Seakan seorang perempuan manis nan polos itu tak bisa marah.“Aku ingin lihat,” jawab Avram jujur.“Kalau begitu, tunggu aku datang bulan dulu,” jawab Lavira dengan polosnya.Sungguh, tanpa mereka sadari jika pembahasan mereka saat ini terdengar sangat bodoh. Sepasang suami istri itu terlihat seperti dua anak kecil dengan pembahasan aneh. Jika didengar orang lain, pasti membuat mereka tak percaya apalagi melihat Avram membahas hal tak penting. Setidaknya beruntung percakapan mereka tak didengar oleh Rino, jika didengar, sudah dipastikan dia akan mengejek Avram dengan tawanya.“Tidak usah datang bulan, maunya hamil,” cetus Avram datar.“
Read more
80. Terkejut dan Tak Suka
Lavira keluar dari dalam kamar mandi dan cukup terkejut saat melihat keberadaan sang suami di tepian ranjang. Dia menatap Avram yang sedang bermain dengan benda pipih di tangannya. Pria itu pun mengangkat kepalanya dan melihat kedatangan Lavira sudah siap dengan setelan sekolahnya.“Kenapa, Kak? Bukannya pekerjaan Kakak masih banyak? Padahal aku bisa ke sana,” ucap Lavira kepada Avram.“Ayo aku antar.” Avram menyahut sambil berdiri dari duduknya dan menyimpan benda pipih di tangannya.“Antar? Antar ke bawah? Tidak usah, Kak, biasanya pagi ini pekerjaan Kakak menumpuk. Jadi Kakak lanjut kerja saja, nanti kesulitan kalau terlalu menumpuk,” balas Lavira.“Aku antar ke sekolah, pekerjaanku bisa diselesesaikan nanti. Itu masalah gampang untukku.”Lavira terkejut mendengar kalimat Avram. Dia menatap sang suami yang kini sedang merangkul bahunya. Avram mulai melangkah, dan Lavira pun ikut melangkah dengan wajah cengonya.“Maksud Kakak, mau antar aku ke sekolah bagaimana ini?” tanya Lavira di
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status