Tipu Muslihat Suami Jahat의 모든 챕터: 챕터 1 - 챕터 10
17 챕터
1. Sang ipar
“Kakak mau kamu dan Adhis bercerai. Mau sampai kapan kamu berumah tangga dan tidak punya anak, Nendra!?” begitulah suara teriakan dari dalam rumah megah milik Adhisty yang terdengar nyaring di telinganya. Bak disambar petir pada siang bolong, Adhisty Charity yang baru saja pulang dari supermarket itu tidak sengaja mendengar percakapan Aswan Ganendra, suaminya, dan Trimega, kakak iparnya. Dari balik pintu utama rumahnya itu Adhisty menguping sebanyak yang ia bisa, tetapi semakin lama, semakin banyak hinaan yang terdengar di telinganya hingga Adhisty memutuskan untuk pergi menuju sebuah kedai kopi di dekat rumahnya. Adhisty kembali memasuki mobilnya dan melajukan kuda besi itu menuju kedai kopi Dandelion. Di sana lah ia bisa dengan tenang menjernihkan pikirannya. Masih terdengar jelas perkataan dari iparnya tadi, sebuah perintah bercerai yang begitu mudah diucapkan iparnya itu membuatnya sangat muak. Adhisty merasa selama enam tahun pernikahannya, keluarga Nendra terlalu ikut campur den
더 보기
2. Adu mekanik
Adhisty ingin mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah dan masuk kembali untuk menemui gadis yang baru saja membuatnya terpana, tetapi ia segera tersadar dari lamunannya dan bergegas pulang untuk membicarakan dengan Nendra terlebih dahulu terkait keputusannya. Setelah sepuluh menit menyetir, Adhisty sudah tiba di rumahnya. Adhisty mengucap salam dan langsung memasuki rumahnya, tetapi tidak ada satupun manusia terlihat di sana. “Rupanya Kak Mega sudah pulang, ya?” gumamnya. Adhisty menuju dapurnya untuk meletakkan barang belanjaan yang tadi ia beli di supermarket, ia juga mengambil segelas air untuk diminumnya, “Loh, Dek, ko pulang ga ucap salam?” tanya Nendra mengejutkan Adhisty dan membuatnya tersedak.“Loh, tadi Adek sudah ucap salam loh, tapi rumah sepi banget, Mas juga dari mana saja?” giliran Adhisty yang bertanya kembali.“Em, A..anu.. Mas habis mandi tadi, ya, habis mandi, hehe,” jawab Nendra setengah terbata-bata ketika menjawab pertanyaan dari Adhis
더 보기
3. Umpan!
“Soal itu Mas tidak tahu, Dek. Mungkin gebetannya, atau sepupunya atau saudaranya bisa jadi,” timpal Nendra yang mencoba untuk terlihat santai. Adhisty mengangguk mendengarkan perkataan Nendra. Kini, suasana hati Adhisy terasa lebih tenang dari sebelumnya. Adhisty bahkan mengungkit perkataan siang tadi yang belum selesai.“Mas, Adek mau lanjutin bahas obrolan tadi siang.” Tuturnya. Nendra hanya terlihat pasrah ketika Adhisty membahas masalah yang sama. Tetapi kali ini Nendra mau mendengarkan istrinya.“Setelah Adek pikir, mungkin kita harus bercerai, Mas.” Suasana seketika hening, lalu beberapa saat kemudian Nendra bersuara, “Kenapa harus bercerai? Mas tidak mau bercerai dengan kamu, Dek. Mas sungguh menyayangi kamu, Mas tidak peduli kita memiliki anak atau tidak.” Tegasnya.“Tapi kan Kak Mega dan keluarga Mas yang lainnya selalu merundungku, Mas. Aku tidak tahan dengan perlakuan mereka. Ditambah lagi tadi Kak Mega datang malah menyuruh Mas menceraikan aku,” Adhisty perlahan terisak
더 보기
4. Pertemuan Nendra dan Dhafina
“Dasar wanita bodoh, kalau aja bukan karena perusahaan Papa bekerja sama dengan perusahaan pamannya, mana mungkin aku mau menikah dengannya.” Umpat Nendra kepada Adhisty usai mengirim pesan kepada Dhafina. Ya, pernikahan Nendra dan Adhisty adalah pernikahan bisnis yang direncanakan oleh Damar, ayah Nendra, dan Irfan, paman Adhisty. Perusahaan Damar bergerak di bidang advertising sementara perusahaan Irfan bergerak di bidang makanan. Demi menjalin kerja sama perusahaannya agar lebih stabil, mereka memutuskan untuk menikahkan Adhisty dan Nendra. Setelah mendapat perlakuan dingin dari suaminya, Adhisty menyusul Nendra ke kamarnya, ia ingin membicarakan lagi hal ini kepada Nendra. Ketika Adhisty membuka pintu kamar, terlihat Nendra sedang berbaring di kasurnya. Adhisty lalu menghampiri suaminya itu dan mengajaknya bicara.“Mas, masih marah ya sama Adek?” tanya Adhisty seraya menyentuh pipi Nendra. Nendra yang tertidur itu membukakan matanya dan merespon istrinya
더 보기
5. Penikahan Dhafina dan misteri Anton
“Ya. Adek sudah capek Mas dikucilkan keluarga Mas gara-gara gak bisa punya anak. Apalagi pas denger Kak Mega nyuruh Mas dan Adek cerai, rasanya sakit sekali, Mas. Siapa tahu dengan Mas menikah lagi, Mas bisa punya anak dan kebencian mereka terhadap Adek jadi hilang,” tidak terasa Adhisty berucap dengan air mata yang membasahi pipinya.“Baiklah, jika itu alasannya. Mas bersedia.” Degh! Jantung Adhisty rasanya tidak karuan, disatu sisi, ia senang karena Nendra akhirnya mau menikah dengan Dhafina. Disisi lain, ia juga sedih karena harus berbagi cinta dengan wanita lain di rumahnya. Tetapi semua sudah diputuskan dan ia harus siap dengan hal-hal pahit yang akan menimpanya nanti. Surat undangan sudah dibagikan kepada seluruh teman, keluarga dan kerabat Nendra maupun Dhafina, tinggal empat hari lagi menjelang pernikahan Nendra dan Dhafina akan digelar. Semua biaya catering, biaya gedung dan lainnya sudah siap. Tinggal menunggu hari-H saja. Adhisty tengah bersantai me
더 보기
6. bertemu Anton?
“Oh iya, Anton. Iya dia lagi sibuk sepertinya, Dek. Sudah jarang hubungin Mas juga sih,” jawab Nendra.“Oh ya? Masa? Tadi ponsel Mas bunyi tuh, pas Adek lihat ternyata telpon dari Anton,” ucap Adhisty memancing Nendra untuk berkata jujur.Nendra diam, belum berbicara sedikit pun, sepertinya dia sedang berpikir untuk membuat alibi kepada istrinya.“Ya sudah, telpon sekarang saja, Mas.”Degh! Nendra tidak mungkin menelepon Anton pada saat itu juga, jika Adhisty tahu siapa sebenarnya pemilik nama Anton di ponselnya, bisa-bisa Adhisty marah besar dan Nendra tidak akan mendapat bagian dari perusahaan Adhisty.Ya, perusahaan orang tua Adhisty yang dikelola oleh pamannya itu ternyata atas nama Adhisty. Tetapi, Adhisty belum mengetahui hal itu. Hanya keluarga Nendra dan pamannya yang mengetahui hal tersebut.Berbicara tentang Anton kembali, ketika Adhisty menyuruh Nendra menelpon Anton, tiba-tiba Dhafina dan keluarganya tiba di rumah Adhis.“Sial, mengapa harus datang sekarang?” gumam Adhis k
더 보기
7. Satu misteri Anton terpecahkan
“Sudahlah, Dek. Kita lagi makan, nggak sopan kalau jawab telpon dari orang lain,” ujar Nendra.Nendra merebut gawai Dhafina yang masih berdering itu dengan kasar, padahal sebelumnya ia tidak pernah merasa sangat ketakutan seperti ini. Begitu Nendra melihat sebuah nama yang terpampang di ponsel Dhafina, ia terkejut karena yang menelpon Dhafina adalah ibunya. Nendra terdiam dan memberikan kembali gawai milik Dhafina.“Kenapa, Mas? Apa itu orang lain?” tanya Adhisty. Adhisty berusaha terlihat tetap tegar meskipun di dalam hatinya sangat merasa hancur dan rapuh. “Bukan, Dek. Ternyata itu Bu Aminah,” tutur Nendra.‘Sial! Berani-beraninya dia mempermainkanku,’ gumam Nendra mengumpat.Dhafina pamit keluar dari ruang makan dan menerima panggilan suara dari ibunya. Sementara itu, Nendra dan Adhisty tengah berduaan dan menyantap sarapannya.“Mas, jadi kapan nih kita ketemu Anton?” tanya Adhisty dengan gawai Nendra yang masih di tangannya.Nendra terlihat sangat bingung dan mencoba menjawab pe
더 보기
8. siapa mereka?
“Ya, Sayang. Its me, Dion,” ucap pria itu.“Nggak usah sayang-sayang deh, lo. Dulu aja ninggalin gue sama cewe lain!” gerutu Dhafina.Tidak disangka, hari yang begitu sial itu kian bertambah sial dengan kehadiran Dion di hadapannya. Ketika melihat Dion, sepintas bayangan kelam di masa lalunya beserta pria itu muncul kembali dalam ingatannya.Masih terinngat jelas bagaimana dirinya yang dulu sangat mencintai Dion dan dengan mduahnya Dion meninggalkan Dhafina demi wanita lain. Alasan klasik yang diberikan Dion saat itu adalah karena bosan dengan hubungannya dengan Dhafina, pun wanita yang dulu dikencani Dion di belakangnya lebih perhatian dan lebih menarik, katanya.“Jangan marah gitu dong, Sayang,” ujarnya yang masih saja suka merayu.Dhafina hanya melirik sinis Dion dengan mata bulatnya, ‘Sial!’ umpatnya.“Kamu mau ke mana? Biar aku antar ya!” tawar Dion kepada mantan kekasihnya itu.“Nggak usah, aku bisa sendiri, kok!” Dhafina dengan tegas menolak tawaran Dion itu.“Udah nggak usah n
더 보기
9. Tragedi Cafe
Adhisty mengeluarkan ponselnya untuk memfoto dua insan yang sedang asik bercengkrama di café itu, tetapi entah mengapa rasa ragu justru menyelinap dalam dirinya. Adhisty yakin jika Dhafina sedang bekerja, jadi tidak mungkin wanita yang ia lihat kini adalah Dhafina. Jika dilihat dari punggungnya, memang pemilik postur tubuh seksi nan mungil itu mirip sekali dengan Dhafina, tetapi ia ragu jika itu Dhafina. Lagi pula, Dhafina telah berselingkuh dengan suaminya cukup lama, mana mungkin Dhafina ada waktu dengan pria lain. Adhisty tersadar dari lamunannya setelah Iren menjentikkan jari tepat di depan wajahnya. “Eh Adhis, ngapain lo bengong gitu?” “Nggak, Ren. Tadi gue kaya liat istri kedua suami gue sama cowo lain,” tutur Adhis. Hubungan Adhis dan Iren sangatlah dekat karena mereka satu SMA. Hubungan pertemanan itu terjalin hingga saat ini. Adhisty berandai jika Iren belum bersuami, maka ia akan menjadikan Iren istri kedua untuk suaminya, dengan terkekeh Adhis menggoda Iren, “Lo sih nika
더 보기
Bab 10. Akhirnya bertemu Anton
Dengan sangat terpaksa, Dhafina menjawab panggilan suara yang terus-menerus berdering itu, “Ha…hallo,” ucap Dhafina dengan pelan.“Sudah kubilang pakai pengeras suara!” titah Nendra.Dhafina langsung menuruti apa yang menjadi ingin Nendra, ia menekan tombol pengeras suara pada ponselnya. 30 detik tidak ada jawaban dari penelpon hingga Dhafina mengulang perkataannya, “Hallo.”“Hallo, bersama Dion di sini, apa benar dengan Ibu Dhafina?”“Ya, benar.”Dhafina tidak mengerti dengan apa yang baru saja dikatakan Dion, ia bertanya mengapa Dion menyapanya dengan sangat formal.“Begini, Bu. Kami dari pusat perbelanjaan Mentari ingin memberitahukan bahwa Ibu terpilih ….”Nendra menarik ponsel Dhafina dan menutupnya secara kasar. “Udah, nggak penting. Zaman sekarang banyak penipuan,” ujar Nendra.Dhafina merasa lega, ia takut jika Dion akan berkata macam-macam, rupanya laki-laki itu pandai membaca situasi juga.Tak terasa, teriknya siang ini berganti malam. Dhafina, Nendra, maupun Adhisty, semuan
더 보기
이전
12
DMCA.com Protection Status