All Chapters of Menikahi Gadis Lumpuh: Chapter 21 - Chapter 30
100 Chapters
Mimpi
Gilang dan Rara berada di sebuah kamar megah nan indah. Malam itu suasana begitu sangat romantis.Rara mengenakan dress hitam berbahan katun sebatas lutut. Di mana dress itu sangat menyatu dan memancarkan kulit putihnya.Bibir merah merona dengan rambut panjang yang terurai, semakin menambah aura keseksian gadis itu. Malam itu adalah malam yang sangat indah bagi mereka berdua.Rara berjalan sensual mendekati Gilang yang sedang berdiri di sudut ruangan. Ia melingkarkan tangannya dari belakang. Membenamkan wajahnya dalam dalam di punggung bidang pria itu, deru nafas Rara mulai menggelitik dan membangkitkan hawa panas yang ada di tubuh Gilang."Lang, aku mencintaimu. Aku ingin menjadi milikmu seutuhnya malam ini." Rara membalik paksa tubuh lelaki itu sampai berbalik menghadapnya. "Gilang, jangan sungkan lagi. Malam ini aku milikmu seutuhnya."Gadis yang malam ini terlihat binal itu meraih satu tangan Gilang, meletakan telapak tangan lelaki itu pada salah satu bagian sensitifnya. Di mana
Read more
Disuapin
***"A ...." Gilang tetap menyodorkan dan Rara yang malu tapi mau itu pun membuka mulutnya."Enak?""Lumayan." Gadis itu menjawab datar dengan tatapan yang sulit Gilang artikan. Tatapan yang begitu dingin, tapi entah kenapa Gilang merasa ada kehangatan di balik netranya hitam gadis itu.Gilang yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya di cegah Rara dengan tangan kirinya. Tentu saja lelaki itu terheran-heran."Itu kotor, bekas aku. Ganti sendok lain!" titahnya tak ingin dibantah.Akan tetapi Gilang menyuapnya langsung. Ia sengaja mengabaikan perintah itu. Rara tentu melotot tak senang dengan sikap Gilang."Jorok!" ketus gadis itu."Tidak jorok. Bekas istri sendiri ini. Aku bahkan sudah melihat semuanya di badan kamu. Jadi berbagi sendok itu bukan masalah besar.""Uhukkk!" Rara terbatuk.Memerah muka Rara. Ia merasakan ada semut tak kasatmata merayap di wajah, ingin menyanggah tapi memang Gilang telah melihat semuanya."Jangan asal bicara. Tidak malu dengan kopiah yang ada di kepala?"
Read more
Cemas
Setelah salat subuh Gilang pun menyibukkan diri dengan warung sembako miliknya. Sengaja menghindari Rara karena tidak ingin berdebat lagi. Istrinya itu dinilai aneh karena berbicara yang bukan-bukan."Kenapa dia tiba-tiba bahas cerai? Apa aku melakukan kesalahan?" gumamnya pelan.Sayang pikiran itu teralihkan karena pembeli mulai berdatangan. Langit yang tadinya gelap perlahan terang, sinar lampu yang ada di sana bahkan tenggelam ditelan terangnya sinar matahari yang masuk dari celah jendela besi dan ventilasi. Jika sudah seperti itu Gilang akan mulai sibuk membantu orang yang hendak berbelanja. Walau tidak besar tapi warung itu semuanya ada. Selain menjual barang sembako Gilang juga menjual karpet sampai gayung. Bahkan juga menjual pulsa dan token listrik.Pagi merupakan waktu yang sangat sibuk bagi Gilang. Ibu-ibu akan menyerbu warungnya untuk membeli bumbu dapur atau sekedar penyedap rasa. Maka dari itu ia mempekerjakan dua orang pemuda yang bisa disuruh melayani, bahkan mengangkat
Read more
Peduli Tanda Sayang
"Sini aku lihat." Rara berseru.Gilang mengangkat wajah dan membiarkan Rara menyentuh dagunya. Dari jarak yang dekat begitu ia bisa melihat kepanikan begitu kentara di wajah Rara. Bola mata Rara bergerak liar."Lang, kamu berdarah!" seru gadis itu.Aneh. Binar kecemasan di mata Rara membuat Gilang tak henti tersenyum. Rasa perih lenyap berganti menjadi rasa yang lain. Disela rasa itu Gilang merasa sedikit lega, karena jika Rara khawatir menandakan kalau ia dipedulikan. Itu artinya Rara mulai luluh."Kenapa malah tersenyum? Kamu itu sedang terluka!" Rara memutar mata malas."Lalu aku harus apa? Apa harus menangis? Atau apa aku harus melaporkan ini ke polisi karena KDRT?" balas Gilang. Alisnya naik turun.Rara yang sebal mencubit pundak Gilang. Ekor matanya kembali terpicing saat melihat suaminya itu meringis."Sakit?" tanya Rara.Bak anak kecil, Gilang mengangguk beberapa kali. Gemas, Rara cubit sekali lagi lelaki itu."Makanya jangan lebai. Cari obat. Aku akan mengobatinya," titahnya
Read more
Bertemu Rival
"Ra, bawang gorengnya yang banyak kan, ya?" teriak Rio.Kepala Rara yang menunduk sekarang terangkat kembali. Lantas, mengangguk sebagai jawaban. Tadinya malu saat melihat Rio, tapi berpikir lagi, inilah kenyataan. Ia telah cacat dan semua orang telah tahu itu. Ia akan masa bodoh dengan penilaian Rio."Ada yang ingin kamu jelaskan?" tanya Gilang sembari menarik kursi. Dari belakang situ ia bisa melihat punggung tegap Rio saat berbicara dengan karyawan. Mendadak gerah hatinya, tapi lelaki itu berusaha terus berhusnuzan."Memangnya kamu ingin penjelasan yang seperti apa?" Menolehkan kepala, Rara menatap Gilang. Sorot matanya datar saja seakan tidak peduli perasaan sang suami yang tengah meredam cemburu.Ya, Gilang cemburu. Sebagai suami saja ia belum bisa mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai Rara. Tapi lihatlah, sosok teman saja bisa mengetahui keinginan Rara.Jujur, terluka hati Gilang melihat semua itu. Selama ini jika ditanya istrinya itu hanya akan menjawab sekenanya, ''Aku
Read more
Bertemu Rival 2
***Kendati demikian Rara tidak menampik, ia sebenarnya sadar dan yakin kalau Rio menaruh minat padanya. Hanya saja sebatas tahu saja dan tidak berniat membalas. Rara tutup dan memutus akses rasa itu agar tidak berkembang. Waktu kuliah yang menjadi minatnya hanyalah senang-senang dan pria bukanlah kesenangannya."Kalau begitu bagaimana hubunganmu dengan Nayla? Bukankah kamu bilang kalian tidak ada apa-apa? Tapi kenapa dia bisa tahu makanan kesukaan kamu? Bahkan bisa menakar bumbu yang pas sesuai selera lidah kamu. Itu saja sudah jadi bukti kalau dia mengharapkan kamu. Nikah saja sama dia.""Rara, kenapa kita malah bahas Nayla? Dia jelas beda sama Rio. Aku dan Nayla berada di panti sejak kecil. Dan juga tuduhanmu tidak berdasar. Aku yakin kamu salah paham. Itu hanya kepedulian terhadap abang, tidak lebih.""Ck, abang adek konon.""Ra ....""Dan aku sama Kak Rio juga sering bertemu. Apa salah dia mengetahui kesukaanku? Kamu tidak masuk akal. Cemburu hanya karena itu."Belum sempat Gilan
Read more
Debat
"Aku pangling lihat Nayla," ucap Rara setelah selesai makan. Dipindainya Nayla dari atas sampai bawah. Gadis itu terlihat cantik dengan pasmina yang menjuntai sampai dada."Kamu cantik. Sangat jauh beda style kamu saat di panti dan luar panti," lanjut Rara."Aku pakai ini karena di restoran tidak membolehkan karyawati memakai pakaian besar. Terlihat fanatik jadi mereka tidak suka.""Oh, ya?"Rara terdengar antusias dan itu membuat Gilang menghentikan kunyahan. Ia tenggak air putih lalu memperhatikan Rara dan Nayla.Sesaat Gilang melihat tidak ada keanehan, tapi makin dilihat keanehan itu kentara. Gilang merasa ada yang tidak beres dengan istrinya. Istrinya itu seperti memiliki sesuatu yang lain dalam kepala. Rencana, entah apa rencananya."Iya, karena restoran tempat aku bekerja ini milik orang luar. Yang datang juga rata-rata bukan orang lokal. Bahkan chef-nya saja orang kebangsaan Amerika.""Wau, hebat. Pasti senang bisa berinteraksi dengan mereka."Nayla mengangguk mengiyakan. "Tap
Read more
Perubahan Muka Nayla
***Muka Nayla langsung berubah. Gilang yang merasa obrolan sudah keterlaluan pun menyentuh tangan Rara, berharap istrinya itu berhenti."Ra, itu hal privasi.""Aku hanya bertanya, Lang. Tidak salah, kan, Nay. Bukankah kita saudara?" balas Rara, sorot matanya menyelidik.Nayla diam. Takut-takut menatap Gilang. Tangannya yang ada di bawah meja saling tertaut dan meremas."Tapi aku setuju sama Rara. Nayla cantik dan santun. Aku tidak yakin tidak ada yang tidak menyukainya," timpal Rio. Ia sudahi menikmati sate lalu menatap Nayla yang salah tingkah."Nah, benar kan, Kak. Nayla ini cantik. Aku tidak sabar ingin melihatnya bersanding di pelaminan."Rio mengangguk, lalu menatap lamat Nayla yang menunduk."Hmm, kalian salah paham. Aku tidak punya pacar. Agama melarang pacaran. Aku juga tidak punya seseorang yang spesial," kilah Nayla lagi.Menyeringai bibir Rara. "Oh, jadi maksudnya aku berbohong? Bukankah kamu sendiri yang bilang sedang menyukai seseorang?""Bukan, bukan begitu," balas Nayl
Read more
Bertengkar Lagi
"Ra, kamu ini kenapa? Kamu sengaja kasih Rio cela?" cecar Gilang. Ia ikuti Rara yang terus mengendalikan kursi roda menuju kamar."Ra, aku sedang bicara. Apa kamu sengaja memberi kode ke Rio? Itu tidak benar, Ra. Tidak dibolehkan. Walaupun belum ada rasa suka kamu ke aku paling tidak hargai aku. Aku suami kamu. Aku kepala rumah tangga. Jangan seenaknya," lanjut Gilang.Rara membalik kursi roda dan menatap wajah sang suami yang telah kusut. Marah tak berlawan membuat wajah yang biasanya teduh jadi belingsatan serba salah."Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Rio," balas Rara, pandangan gadis itu berubah sengit dalam sekejap waktu."Kalau begitu apa? Kamu sengaja ingin memberitahukan orang lain tentang kondisi rumah tangga kita? Itu tidak boleh, Ra."Rara memejamkan mata, geram."Gilang, stop! Sudah aku bilang ini bukan tentang Rio!"Gilang diam dan memilih duduk di sisi ranjang. Dia lepas baju kaus dan hanya menyisakan singlet saja. Gerah hati juga tubuhnya."Aku itu tidak ada hubungan
Read more
Tidak Sedarah
"Kalian tidak sedarah, Gilang. Jadi perasaan kalian itu bisa berkembang. Apa salahnya dipupuk lebih lagi, siapa tahu kalian bisa membangun rumah tangga yang harmonis. Kamu lebih membutuhkan Nayla sebagai istri ketimbang aku. Untuk apa kamu mempertahankan istri tidak berguna seperti aku?""Rara!" sentak Gilang. Ia tak sadar telah melakukannya. Saat melihat mata Rara yang berkaca-kaca ia pun mendekat. "Maaf aku tidak bermaksud membentak, aku hanya ...."Rara memalingkan muka, setetes air matanya turun. Ia juga bingung. Sisi lain hati merongrong agar segera berpisah dari Gilang, tetapi sisi lain menentang. Semacam ada yang melarang. Rara merasa ada yang aneh dengan dadanya. Entah dari mana datangnya, tapi perasaan itu begitu mengganggu, menyisakan rasa engap dan sesak.Rasa bersalah Gilang pun melambung. Ia sungguh tidak sengaja membentak Rara. Melihat Rara menangis untuk pertama kali buatnya menyesal.Pelan Gilang pegang tangan Rara, lantas tangan satunya menyapu air mata yang telah ter
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status