Semua Bab Layanan Telepon Panas untuk Dosen Impoten: Bab 41 - Bab 50
151 Bab
41. BUKAN LAYANAN
“Halo, Jun. Ada apa?” Dugaan Irene, Juna akan menanyakan jadwalnya. Jadi, tadi dia sempat mengingat-ingat, kira-kira hari apa yang kosong dan bisa melakukan pelayanan. “Bella, apa kamu sibuk?” tanya Juna berbasa-basi. “Nggak. Lagi santai, kenapa? Mau nanya jadwal pelayanan?” tebak Irene to the point. “Bukan.” Juna menjawab dengan cepat. Sedangkan Irene merespon dengan mengerutkan keningnya, “seperti biasa aku cuman ingin sharing,” tambahnya. “Tumben sharing lagi,” sindir Irene. Semenjak Irene bekerja hanya untuk Juna, laki-laki ini malah jarang meminta pelayanan darinya. Terakhir mungkin … beberapa hari setelah Juna menanyakan bagaimana tips untuk mendekati perempuan. Setelah itu, rasanya tidak pernah lagi. “Kenapa? Kamu mau aku melakukan pelayanan?” tanya Juna dengan nada yang sedikit menggoda. “Hah? Nggak, kok. Sharing juga nggak masalah. Cuman, tumben aja gitu,” ucap Irene cepat. Kalau boleh Irene jujur, dia sebenarnya sering kali gugup jika Juna menelpon dan meminta pelaya
Baca selengkapnya
42. APES
“Kamu niat nggak, sih?!” Terdengar teriakan dari dalam ruangan Juna. Irene yang berniat memasuki ruangan tersebut, seketika tersentak. “Kamu itu udah saya kasih peringatan dan kesempatan. Terakhir kali saya bilang apa sama kamu, hah?” bentak Juna pada seorang mahasiswi yang sedang berdiri berhadapan dengannya. Mahasiswi itu terlihat menundukkan kepalanya, “Maaf, Pak.”“Bukan kata maaf yang ingin saya dengar. Tapi saya ingin kamu mengatakan apa yang saya katakan minggu lalu sama kamu, Alika!” Juna memberang, wajahnya merah padam. Sorot matanya benar-benar mencekam. “Kalau saya telat mengumpulkan tugas untuk yang kedua kalinya. Saya tidak akan lulus di mata kuliah Bapak,” lirih Alika. “Jadi sudah jelas bukan? Apalagi ini tugas untuk melengkapi nilaimu yang kurang. Saya kurang baik apa, Alika? Sudah keluar saja, tahun depan kamu mengontrak mata kuliah ini lagi,” tegas Juna. “Tapi, Pak. Itu bukan kesalahan sa—”“—Saya tidak ingin mendengar apa pub pembelaan kamu. Sudah saya kasih kes
Baca selengkapnya
43. SOSOK ALDI
Irene berharap waktu cepat berlalu. Pertama, agar pekerjaan lemburnya selesai. Kedua, agar dia bisa segera bertemu dengan Reno. Karena nanti malam, mereka ada janji untuk makan malam bersama.Sekitar pukul setengah tujuh malam, Irene dan Mia baru saja selesai dengan pekerjaan mereka. Ya, mereka berdua sedang lembur. Kini mereka berdua sedang turun ke lantai dasar. “Irene, ikut juga, kan?” tanya Mia saat mereka baru saja tiba di selasar lobi fakultas. “Ikut? Ke mana?” Wajah Irene nampak bingung mendengar pertanyaan dari partner kerjanya itu. “Loh, kamu lagi-lagi nggak buka grup squad muda, ya? Pak Juna ngajak kita yang lembur buat makan malam bareng. Dia juga yang akan traktir,” jawab Mia. 
Baca selengkapnya
44. IRENE DAN BELLA
“Saya nggak terlalu deket sama Aldi, Pak. Tapi kalau Irene deket banget sama dia.” Reno menjawab pertanyaan Farhan sambil melirik pada Irene.“Uhuk.” Sontak Irene tersedak minumannya sendiri. “Wah, Mbak Irene deket sama dia? Tolong sampaikan rasa terima kasih saya sama Aldi, ya. Saya jadi nggak kesepian lagi,” ucap Farhan. “Ah, i-iya, Pak,” jawab Irene sambil mengelap sisa muncratan minumannya tadi. Di satu sisi Juna malah memperhatikan Irene yang bertingkah aneh.“Tapi Pak Farhan nggak nemu yang aneh-aneh di aplikasi AproMatch, kan?” tanya Reno dengan tatapan matanya yang sedikit menyipit menatap Farhan. Sedangkan Farhan menautkan alisnya. “Aneh-aneh gimana?” tanyanya bingung. “Ya, kelihatannya aplikasi itu ramah sih, Pak, tapi tetep aja ada sisi gelapnya. Aldi itu pinter banget. Di awal aplikasi itu berkembang, pengguna perempuan itu sedikit dibandingkan pengguna laki-laki. Makanya dia membuat agensi yang talent-nya itu perempuan yang bisa menemani laki-laki kesepian itu. Awalny
Baca selengkapnya
45. TWICE (18+)
Irene membaringkan tubuhnya di atas kasur. Dia mendesah sembari memejamkan matanya. Melepaskan penat dan lelah setelah seharian bekerja. Seolah pekerjaannya itu tidak ada hentinya.Suara notifikasi pesan berbunyi, membuat kedua mata Irene terbuka. Dengan malas, dia mencoba meraih ponselnya yang ia letakan di atas nakas. Benda pipih itu ia pegang di atas wajahnya. Ia membaca pesan yang muncul di layar. Ternyata pesan itu berasal dari grup bersama dengan Gita dan Zee. Zee mengirim pesan yang menanyakan agenda mereka di bulan Agustus. Dia ingin berkumpul dan kalau bisa pergi mengunjungi Gita. Sayangnya, Irene hanya memiliki libur satu minggu dan itu akan ia gunakan untuk menemani sang adik. Ia pun segera membalas pesan tersebut.[Irene: Maaf, aku harus nemenin Irgie cari kosan di Jakarta. Dia mau kuliah tahun ini
Baca selengkapnya
46. SLEEP CALL
Juna menyibakkan rambutnya yang basah. Tubuh kekarnya kini dibasahi oleh keringat. Beberapa menit lalu dia baru saja melakukan layanan telepon panas dengan partner-nya, Bella. Punggunya itu ia daratkan pada sandaran kursi. Kepalanya mendongak ke atas, menatap langit-langit kamar apartemennya. Dengan napas yang masih tersengal-sengal, dia menarik sudut bibirnya sebelah. “Gila!” ucapnya. Perlahan Juna mengumpulkan tenaganya, yang sudah terkuras karena permainannya sendiri. Memang melakukan hal ini tidak mendapatkan kepuasan seratus persen. Namun, apa boleh buat, hanya ini yang bisa Juna lakukan untuk melepaskan hasrat dan gairahnya. “Ternyata selama ini kalian orang yang sama,” ungkap Juna lagi. Awalnya Juna tidak ingin mempercayai apa yang ia dengar dari Irene dan Aldi. Dari percakapan itu, Juna mendapatkan sebuah fakta bahwa Irene adalah Bella. Untuk meyakinkan hatinya yang sedikit ragu. Juna pun mengubungi Irene dengan nomor ponsel utamanya. “Suara di telepon emang bener-bene
Baca selengkapnya
47. BALASAN SINGKAT
“Bu Mia, kalau Pak Juna ke mana, ya? Kok udah hampir satu minggu aku nggak lihat dia,” tanya Irene.“Oh, dia kan jadwal semester pendeknya cuman hari Rabu sama Kamis saja. Kenapa Emangnya?” terang Mia yang langsung menanyakan alasan Irene bertanya tentang Juna.Irene mengangguk. “Oh, ini … anu ….” Dia harus mencari alasan sebagus mungkin. Tidak mungkin kalau dia harus menjawab, kalau dirinya ingin bertemu dengan Juna, karena ada yang ingin dia katakan. Yang ada nanti Mia akan terus menghujaninya pertanyaan. “Temen saya nanyain. Dia ada keperluan terkait mata kuliah,” ujarnya. “Suruh dia temui hari Rabu atau Kamis saja.” “Baik, Bu.” Irene pun mengangguk. Dia kembali fokus den
Baca selengkapnya
48. DUDA
Irene kedatangan tamu yang selalu ia nantikan. Siapa lagi kalau bukan, Reno. Laki-laki itu datang atas permintaan Irene, yang meminta bantuan untuk memperbaiki printer-nya yang mendadak tak bisa digunakan. “Ini, sih harus ganti cartridge,” ucap Reno yang tengah mengotak-atik benda berwarna hitam itu.“Wah, besok kali ya beli?” timpal Irene.“Mau sekalian nitip? Kebetulan aku juga mau ke Electronic Center,” tawar Reno. Irene langsung menarik kedua sudut bibirnya, dan ia merapatkan kedua telapak tangannya. “Boleh. Kira-kira berapa?” tanya Irene menanyakan nominal harga yang harus dia berikan pada Reno. “Mmm … 800 sampai 1 juta mungkin ada.” Irene menautkan alisnya. ‘Memangnya semahal itu, ya?’ batin Irene. Tak ingin mempertanyakan pada Reno. Irene mengambil ponselnya yang ia simpan di atas kasur. Lalu, ia membuka aplikasi m-banking dan mengirim sejumlah uang pada Reno.“Ya sudah aku transfer.” Kemudian ia menunjukkan ponselnya pada Reno. Memberi tahu kalau dia sudah mengirim uang se
Baca selengkapnya
49. LAKI-LAKI GILA
“Reno! Kamu lagi apa?” Irene terkejut ketika melihat laki-laki itu sedang membuka lemarinya. “Hah?” Sontak Reno membalikkan badannya. Terkejut, karena mendapati sang pemilik kamar berdiri di ambang pintu. Mata hitamnya itu membulat, ia menggigit bagian bibir dalamnya. Perlahan, Reno menutup lemari yang ada di belakangnya. Irene berjalan mendekat ke arah Reno. “Kenapa kamu buka lemari aku?” tanya Irene. “Oh … i-itu,” gagap Reno. Irene mengintip ke belakang tubuh Reno. Lemari itu belum tertutup rapat. Dia bisa melihat laci yang di dalamnya tersimpan barang-barang berharga milik Irene terbuka. “Oh, jadi, kamu yang mengambil barang aku?&rdq
Baca selengkapnya
50. PANIK
Juna mendadak panik, saat mendengar sedikit keributan dari seberang teleponnya. Saat inj sedang menelepon Bella, yang sudah ia ketahui identitas aslinya.“Bel, are you ok?” tanya Juna. Dia bisa mendengar percakapan Irene dengan seorang laki-laki. Yang akhirnya dia ketahui adalah Reno. “Oh, shit! Gawat,” resah Juna. Ia langsung menyambar kunci mobil yang disimpan pada rak. Kemudian dia bergegas menuju kosan Irene. Panggilannya dengan Irene pun tidak dimatikan. Juna bisa mendengar dengan jelas apa yang sedang mereka bicarakan. Keadaan pun semakin mendesak, dia segera menancapkan gas, melaju dengan kecepatan tinggi. “Irene, tunggu sebentar,” ucapnya sembari terus mengemudikan mobil di jalanan.Juna bisa mendengar dengan jelas rintihan dan isak tangis Irene. Ia juga bisa mendengar suara Reno yang mengancam gadis itu. Tak tahu pasti apa yang sedang mereka lakukan di sana. Namun, Juna berharap Tuhan masih memberikannya kesempatan untuk menyelamatkan Irene, tanpa terlambat. “Bangsat, Ren
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status